Arrogant Husband

Ingin Menggugurkan Kandungan



Ingin Menggugurkan Kandungan

0Perjuangan cinta Joseph untuk Reva tak akan pernah padam. Pria itu kembali lagi datang ke rumah untuk menemui sang pujaan hati. Meskipun telah berkali-kali ditolak, tapi tetap saja Joseph akan berdiri tegak dan tak goyah untuk bertahan demi cinta.     

Ia pun segera mengetuk pintu rumah Reva. Berharap wanita itu mau membuka pintu untuknya. Tak berselang lama, Reva pun ke luar. Wanita itu cukup terkejut melihat kedatangannya ke sini.     

"Jo, untuk apa lagi kau datang kemari?" tanya Reva.     

"Aku hanya ingin menemuimu saja di sini. Apa tak boleh?" Joseph mengernyitkan kening ke arah wanita itu.     

"Ini bukan saat yang tepat untuk bercanda, Jo! Lebih baik kau pulang saja." Reva tetap mengusir kedatangan Joseph kemari. Namun, sepertinya pria itu tak terima.     

"Kau ingat kan? Yang ada di dalam perutmu itu anak siapa?" tanya Joseph lagi.     

Pertanyaan Joseph membuat Reva marah. Ia takut, kalau Joseph akan membocorkan rahasia ini pada Agam. Kekasihnya itu belum tahu tentang kebenaran ini.     

"Kau diam saja, Jo! Dan, jangan banyak bicara. Aku akan lebih membencimu lagi kalau begitu." Wajah Reva terlihat sengit. Ia tak terima, kalau Joseph seolah menekannya seperti ini.     

"Aku bisa saja membocorkan rahasia ini pada pria itu."     

"Jadi, kau seolah mengancamku? Begitu?"     

Reva tak suka kalau dirinya diancam seperti ini oleh Joseph. Pria itu tertawa lebar saat melihat perubahan wajahnya.     

"Bisa jadi seperti itu. Kalau kau tak menurut dengan ucapanku, aku bisa saja memberitahukan hal ini padanya," ujar Joseph lagi.     

Reva langsung memijit kepalanya yang tiba-tiba merasa sakit. Ia geleng-geleng saat melihat tingkah Joseph.     

"Jadi, bagaimana? Apa masih mau mengusirku dari sini, atau menyuruhku masuk?" Joseph seakan menang sekarang. Reva tak bisa berbuat apa-apa karena takut rahasia ini akan terbongkar.     

Wanita itu lalu menyuruhnya untuk masuk ke dalam. Alangkah senangnya hati Joseph, saat disuruh masuk oleh Reva. Keadaan seperti inilah yang ia inginkan. Wanita itu menuruti perkataannya.     

Jelas saja Reva tak suka melihat kedatangan Joseph kemari. Namun, apa boleh buat agar rahasia kehamilannya bisa tertutupi dari Agam. Alhasil, Joseph menyuruhnya untuk duduk di samping. Mau tak mau, ia menurut lagi.     

Joseph senang bukan main karena Reva menurut terus dengannya. Walaupun, terlihat dari wajah wanita itu tampak tak suka, ketika dalam posisi seperti ini. Perlahan-lahan, tangannya mulai bergerayang ke daerah perut.     

"Hei, kau!" bentak Reva. "Jangan!"     

"Kenapa? Aku hanya ingin menyapa anakku di dalam sana."     

Sentuhan tangan Joseph begitu menghangat, saat pria itu mulai menyentuh daerah perutnya. Tak jarang, Joseph juga bicara dengan si jabang bayi. Membuat Reva seketika tersenyum singkat.     

"Aku bahagia," ujar Joseph saat memandang ke arah Reva.     

"Kenapa?"     

"Karena kau hamil sekarang. Aku tak ingin, kalau kau menggugurkan bayi tak berdosa ini."     

Reva tampak tersenyum meremehkan. "Kau tahu tentang dosa? Sedangkan kau saja menghamiliku tanpa ikatan pernikahan, Jo!"     

"Kalau begitu, ayo kita menikah. Mau sekarang pun aku siap!"     

"Tapi, sayangnya. Aku tak pernah mencintaimu, Jo. Kau hanya kuanggap teman biasa dan tak lebih. Mengerti?"     

Joseph langsung menarik pergelangan tangan Reva, hingga membuat wanita itu semakin dekat dengannya. Reva berontak, agar Joseph menjauh sedikit dan memberi ruang. Hingga akhirnya, genggaman itu berhasil terlepas.     

Raut wajah Reva semakin kusut. Ia pun memposisikan diri untuk menjauh sedikit. Sedangkan, Joseph hanya bisa mengembuskan napas panjang. Baru sebentar, ia merasa bahagia tapi sekarang wanita itu malah menjauh lagi.     

"Kenapa menjauh, Va? Aku ingin dekat denganmu kali ini."     

"Aku tak bisa, Jo. Maaf," lirih Reva.     

"Kenapa?"     

"Tak apa-apa. Lebih baik kau pulang saja. Tiba-tiba aku lelah dan ingin istirahat."     

Reva memintanya untuk segera pulang dari sini. Sekali lagi, Joseph hanya menurut saja. Meskipun, dari dalam lubuk hatinya, ia masih ingin bersama dengan Reva. Menghabiskan lebih banyak waktu lagi, walaupun wanita itu tak menginginkan keberadaannya.     

Pria itu berdiri dengan lesu. Ia sama sekali tak bergairah lagi, saat diusir oleh Reva. Wanita itu memintanya untuk pulang saja.     

"Aku pulang dulu."     

Reva pun tak mengantarnya ke depan pintu, hanya membiarkannya sendirian melangkah ke luar. Joseph terlalu banyak berharap pada Reva. Hingga, akhirnya hatinya kembali tersakiti.     

"Aku tak akan pernah menyerah," ucap Joseph yang tiba-tiba saja menoleh ke belakang. Menatap ke arah pintu rumah Reva yang masih terbuka lebar. Kemudian, ia pun segera melangkah ke dalam mobil.     

Sepeninggal Joseph dari rumahnya, Reva langsung mengunci pintu luar. Ia melangkah perlahan-lahan, karena tenaganya saat sedang hamil seakan terkuras. Wanita itu tak mau minum vitamin, bahkan tak ingin meminum susu. Ia akan membiarkan saja seperti ini.     

"Aku tak pernah mengharapkan keberadaan anak ini, Jo!" ucapnya dengan sedih. Reva pun menangis dan kembali duduk di sofa. Hatinya kembali sakit, saat mengetahui anak ini adalah anak dari Joseph.     

Lantas, apa yang nanti akan ia sampaikan pada Agam saat menjelang pernikahan tiba? Haruskah ia berkata jujur pada pria itu? Memendam rahasia sebesar ini, membuatnya makin tertekan. Namun, Reva juga tak mau, kalau berkata yang sejujurnya pada Agam. Ia tak mau, melihat sang kekasih jadi patah hati.     

"Agam sangat mencintaiku. Apa jadinya nanti, kalau dia tahu masalah ini?" Kedua tangan Reva menutupi wajah. Ia menangis makin deras.     

"Aku hamil! Apakah kau akan menerima semua ini, Gam? Atau justru akan meninggalkanku selamanya?"     

Tangis Reva makin pecah saat membayangkan Agam pergi meninggalkannya. Sedangkan, ia tak mau kalau sang kekasih menjauh. Apa jadinya nanti, kalau Agam meninggalkannya.     

"Maaf, aku tak bisa berkata jujur denganmu, Gam. Aku tak ingin melihatmu sakit hati. Aku pun sekarang merasa tersakiti karena kehadiran anak ini!"     

Si jabang bayi yang tak pernah diharapkan oleh Reva kehadirannya. Ini karena Joseph! Pria itu telah menghamilinya. Reva tak bisa membayangkan kalau anak ini lahir nantinya. Entah, dirinya bisa menerima anak ini atau justru membencinya.     

Reva juga tak mau, kalau harus meminta pertanggung jawaban pada Joseph. Pria itu pasti langsung mau, karena inilah yang ia inginkan. Sekarang, niat Joseph sudah terkabul karena telah membuatnya hamil. Namun, Reva lagi-lagi merasa kesal dengan diri sendiri, yang dengan mudahnya menyerahkan mahkota berharganya sendiri untuk pria itu. Alhasil, ini seakan menjadi boomerang untuknya.     

"Hidupku kenapa selalu sial begini! Aku tak mau, kalau Joseph merasa puas dengan pencapaiannya ini. Pokoknya, aku harus segera menggugurkan bayi ini sebelum pernikahanku dan Agam semakin dekat!" Reva bertekad akan menggugurkan bayi itu dengan segera. Karena, ia sama sekali tak mengharapkan kehadiran bayi itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.