Arrogant Husband

Hasutan Demi Hasutan



Hasutan Demi Hasutan

0Permasalahan yang terjadi di dalam keluarga Saga Herlambang terus muncul. Kedua orang tuanya makin tak menyukai bayi itu. Mereka ingin, bayi itu segera dikembalikan saja ke panti asuhan. Namun, suruhan dari mereka ditantang keras oleh Alisa. Wanita itu amat sangat menyayangi sang anak dan tak akan pernah melepaskannya begitu saja.     

Saga juga tak mau, kalau kedua orang tuanya harus memaksa kehendak mereka. Ia dan Alisa sudah berkomitmen untuk mengurus bayi itu sampai dewasa.     

Bu Angel terlihat kesal, jelas sekali dari wajahnya yang makin kusut. Bibirnya pun sedikit monyong. Keinginannya ditantang keras oleh sang menantu. Sang anak juga diam saja dan tak berkutik.     

"Kalian ini gimana, sih? Bayi itu bukan darah daging kalian!" ucap Bu Angel. "Masih saja mempertahankannya!"     

"Meskipun begitu, kami berdua tak akan menyerahkannya ke panti asuhan. Aku dan Saga sangat menyayanginya."     

Alisa terlihat sangat marah karena keinginannya tak sejalan dengan sang mertua. Wanita berparas cantik itu tak peduli dengan mereka. Terpenting sekarang, Lisa aman bersamanya dan juga Saga. Bayi yang berada dalam gendongannya, masih tertidur pulas.     

Karena tak ingin membuat sang bayi merasa terganggu, akhirnya Alisa naik ke atas kamar. Ia ingin meletakkan bayi itu dalam keranjang. Saga melihat sang istri yang berjalan pelan menaiki anak tangga.     

"Saga, kau juga sama dengan Alisa! Bisa-bisanya kau menerima bayi itu di keluarga kita! Dia bukan–"     

"Ibu cukup!" Saga tak tahan lagi kalau dipojokkan seperti ini oleh ibu sendiri.     

Pak Surya memandang ke arah mereka berdua dengan perasaan senang. Pria paruh baya itu mulai melancarkan aksi-aksinya. Ia ingin buka suara.     

"Yang ibumu katakan itu ada benarnya. Kau harusnya tak mengadopsi anak itu!"     

"Ini sudah keputusan aku dan Alisa, yah! Jadi, setuju atau tidak, tak akan pernah menggoyahkan tekadku."     

Tak berselang lama, muncullah Alisa menuruni anak tangga perlahan. Ia pun bergabung kembali dengan Bu Angel dan Pak Surya. Alisa duduk bersisian dengan Saga. Kemudian, pria itu langsung menggenggam tangannya.     

"Apa pun yang akan terjadi, aku dan Alisa tak akan pernah menyerahkan bayi itu ke panti asuhan. Kami berdua sudah sangat menyayanginya layaknya anak kandung sendiri," ucap Saga dengan tegas.     

Ucapan Saga membuat Bu Angel makin naik pitam. Ia tak menyangka, bahwa anak laki-lakinya begitu membangkang sekarang.     

"Ibu tak menyangka, kalau kau sekarang terus saja membangkang ucapan ibu dan juga ayah. Kau dan istrimu ini sama saja!"     

"Maafkan aku, yah, bu, aku tak bermaksud begitu. Aku hanya ingin mempertahankan bayi itu di rumah ini."     

Alisa hanya diam saja sedari tadi. Membiarkan Saga dan kedua orang tuanya saja yang bicara. Wanita itu memandang ke arah sang suami. Pasti berat ketika menjadi Saga, yang kebingungan harus memilih antara anak dan kedua orang tuanya. Namun, Alisa akan terus berada di sampingnya.     

"Bu, lebih baik kita pergi saja dari rumah ini! Percuma saja kita berdua datang, tapi tak dihargai sama sekali," ujar Pak Surya.     

"Iya, yah. Ayo!"     

Bu Angel bangkit dari duduknya bersama dengan sang suami. Keadaan sekarang makin bertambah runyam saja. Saga jelas tak bisa meninggalkan bayi itu dan menyerahkannya ke panti asuhan.     

Alisa yang melihat Saga gundah, langsung berusaha menenangkannya. Diusap-usapnya pundak kekar itu dan menatap manik mata Saga.     

"Sayang, sudahlah. Biarkan saja ayah dan ibumu. Terpenting sekarang, Lisa akan tetap bersama dengan kita."     

"Iya sayang. Aku tak rela, kalau harus berpisah dengan Lisa. Dia sudah menjadi bagian dari keluarga ini."     

"Aku pun juga tak rela kalau harus menuruti ucapan orang tuamu."     

Alisa dan Saga kemudian saling pandang. Dua sejoli itu tampak tak rela kalau harus melepaskan Lisa dalam hidup mereka. Bayi perempuan mungil itu sudah merasuk ke dalam hati masing-masing.     

Alhasil, dua sejoli itu berdiri dan melangkah bersama menuju ke kamar. Mereka berjalan bersisian dan saling berpegangan tangan. Kali ini, cinta mereka masih diuji juga dengan adanya Lisa. Sang istri bersandar di pundak kekarnya, sambil menaiki anak tangga.     

"Terima kasih karena kau tetap mempertahankan bayi kita," ucap Alisa.     

"Iya sayang. Aku akan melakukan apa saja untuk membuatmu bahagia. Aku sangat mencintaimu."     

"Aku juga sangat mencintaimu."     

Saga telah berjanji, tak akan pernah mengecewakan sang istri. Ia akan tetap mempertahankan bayi itu dan membesarkannya dengan segenap jiwa. Dua sejoli itu akhirnya sampai di dalam kamar dan akan istirahat bersama.     

***     

"Huh!"     

Bu Angel masuk dengan tergesa-gesa ke dalam kamar. Diiringi oleh sang suami yang juga terlihat uring-uringan. Mereka berdua masih belum bisa memisahkan bayi itu dari Saga.     

"Bagaimana ini, yah? Saga makin hari, makin tak bisa dinasehati. Ibu tak ingin, bayi itu berada di tengah-tengah keluarga kita!" Bu Angel merasa jengkel, karena saran darinya tak diindahkan oleh Saga.     

"Ya sudah jelas, itu semua karena ulah Alisa. Pasti dia yang mencuci pikiran Saga untuk tetap mempertahankan bayi itu."     

Bu Angel terdiam sejenak. Mencoba mencermati setiap ucapan sang suami. Yang dikatakan oleh Pak Surya, menurutnya ada benarnya juga. Saga tak akan bisa membantah ucapan Alisa.     

"Benarkan? Apa yang ayah bilang?" ucap Pak Surya lagi.     

"Iya yah. Ada benarnya juga apa kata ayah. Saga tak akan bisa membantah ucapan Alisa."     

"Nah, ya sudah. Apa ibu masih mau menganggap Alisa sebagai menantu? Sedangkan, dia saja selalu meracuni pikiran Saga agar tak menurut dengan ucapan kita berdua."     

Makin hari, Bu Angel makin tambah pusing karena masalah ini. Saga selalu saja tak mau menurut dengan ucapannya. Lantas, bagaimana caranya agar memisahkan bayi itu dari sang anak. Keturunan Bu Angel harus sedarah dan bayi itu bukan darah dagingnya Saga.     

Ucapan Pak Surya pun juga tak diindahkannya. Wanita yang sudah berumur itu, tampak terduduk lesu. Wajahnya tengah memikirkan hal-hal yang berat. Pak Surya selalu saja mencoba menghasut sang istri agar membenci Alisa lagi.     

"Makanya, Bu. Tak untung kalau ibu tetap berlaku baik dengan Alisa. Dia saja tak peduli dengan perkataan ibu."     

"Yah, sudah, ya. Lebih baik ayah tidur saja di ranjang." Bu Angel mendengkus ke arah sang suami.     

Walaupun begitu, Pak Surya tetap merasa puas karena sudah berhasil membuat sang istri merasa bimbang. Ia yakin, saat ini Bu Angel sedang memikirkan Saga dan Alisa.     

'Ayah akan berusaha selalu buat meracuni pikiran ibu, agar ibu semakin jauh dengan Alisa.'     

Senyum menyeringai terukir di sudut bibir Pak Surya. Pria itu lantas merebahkan diri di atas tempat tidur. Sedangkan, sang istri masih terduduk, tak jauh dari tempatnya berada. Pak Surya akan selalu membuat pikiran sang istri kacau.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.