Arrogant Husband

Kedatangan Orang Tua Saga ke Rumah



Kedatangan Orang Tua Saga ke Rumah

0Pagi harinya, Reva lalu terbangun dan langsung mendapati sepiring nasi goreng telah berada di atas nakas. Aroma nasi goreng itu sangat lezat dan tersaji masih dalam keadaan hangat.     

"Ini pasti buatan Agam." Reva meraih piring itu dan ingin mencicipi nasi goreng tersebut.     

Setelah dicicipi, Reva langsung merasa suka dengan nasi goreng ini. "Sangat enak."     

Perpaduan racikan bumbu yang pas, membuat nasi goreng ini sangat lezat. Reva langsung memakannya dengan lahap. Di tengah menikmati makanannya, tiba-tiba saja Agam masuk ke dalam kamar. Terlihat pria itu sudah mandi dan wangi.     

"Kau menyukai nasi goreng ini?" Mata Agam langsung fokus pada nasi goreng yang ada di piring Reva. Hanya bersisa sedikit lagi.     

"Aku sangat suka. Ternyata kau pintar masak juga, ya." Reva memuji kepiawaian sang kekasih.     

"Habiskanlah makanannya. Aku akan segera berangkat."     

Reva seakan tak mau pulang dari sini. Ia sudah merasa nyaman tinggal di sini bersama dengan Agam.     

"Aku akan mengantarmu ke tempat kerja. Lalu, aku akan pulang ke rumah."     

Agam tak bisa melarang Reva untuk pulang ke rumah. "Baiklah sayang."     

Pria itu ke luar lebih dulu dari dalam kamar ini. Beberapa menit kemudian, maka Reva pun menyusulnya. Nasi goreng sudah habis tak bersisa sama sekali. Memang buatan Agam sangatlah lezat. Ia jadi ingin minta dibuatkan setiap hari.     

Alhasil, mereka berdua segera masuk ke dalam mobil. Reva akan mengantar sang kekasih untuk bekerja. Kemudian, ia pun akan segera pulang. Baginya, di rumah Agam sangatlah tenang, walaupun terlihat sederhana.     

***     

Reva sudah berada di rumahnya sendiri setelah mengantar Agam ke bar. Pria itu sangat senang karena diantar olehnya. Reva tak merasa keberatan sama sekali untuk melakukan hal ini.     

Wanita cantik itu langsung naik ke atas, menuju kamarnya sendiri. Reva ingin mengistirahatkan tubuhnya lagi.     

"Apakah bawaan sedang hamil memang seperti ini? Mudah sekali lelah akhir-akhir ini," gerutu Reva.     

Andai saja, ia tak mengandung seperti sekarang, maka Reva tak akan selelah ini. Padahal ia sama sekali tak mengerjakan aktivitas apa pun. Sejak di rumah Agam, ia juga tak melakukan hal yang berat. Reva pun memutuskan bahwa sore nanti, ia akan cek ke dokter. Untuk meminta vitamin agar membuat tenaganya sedikit berenergi seperti dulu.     

***     

Siang harinya, Reva dikejutkan dengan kedatangan Bu Angel dan juga Pak Surya. Suami istri itu entah ingin apa lagi ke sini. Ia pun sekarang tak menginginkan putra mereka lagi.     

"Tante, om?"     

Reva langsung mengajak Bu Angel dan Pak Surya masuk ke dalam rumahnya. Wanita berparas cantik itu mempersilakan mereka duduk di ruang tamu. Reva langsung menuju ke dapur untuk membuatkan minuman.     

"Kenapa om dan tante Angel datang kemari, ya?" ujarnya saat berada di dapur. Reva tengah membuatkan jus jeruk untuk mereka. Setelah itu, lekas membawanya menuju ke ruang tamu.     

Tanpa menunggu lama, minuman itu sudah tersaji di atas meja. Reva mempersilakan mereka untuk meminumnya.     

"Diminum ya, om, tante."     

"Iya sayang, terima kasih, ya. Harusnya tak usah repot-repot seperti ini," ucap Bu Angel.     

"Tak apa tante. Aku tak merasa direpotkan kok."     

Pandangan mata Reva menatap dua sejoli itu secara bergantian. Seolah ada yang ingin mereka bicarakan.     

"Tante dan om, ada perlu apa, ya, datang kemari?" tanya Reva perlahan.     

Pak Surya langsung menatap ke arah sang istri. Reva sedari tadi, hanya menatap sepasang suami istri itu bergantian.     

"Reva, apa kau masih menyukai Saga?" tanya Pak Surya.     

"Kenapa om bertanya seperti itu?"     

"Om hanya ingin tahu."     

Reva pun berkata dengan terus terang, bahwa dirinya sudah tak mencintai Saga lagi. Ia sudah ikhlas melepaskan pria itu bersama dengan Alisa, hidup bahagia bersama. Mereka berdua langsung terkejut dengan ucapan Reva.     

"Kau yakin, Va? Sudah tak menyukai Saga lagi?"     

"Iya, aku serius om, tante. Aku sudah tak menyukai, bahkan tak mencintainya lagi. Aku sudah ikhlas sepenuhnya bahwa Saga sudah menjadi milik Alisa seutuhnya."     

Pak Surya langsung geram mendengarnya. Ternyata, Reva sudah mengikhlaskan semua ini. Bu Angel hanya diam saja di tempat. Ia tak mau ikut campur dalam masalah ini.     

"Memang kenapa ya, om? Jadi bertanya seperti itu? Apa telah terjadi sesuatu antara Alisa dan Saga?"     

"Om ingin mereka segera pisah saja!"     

Reva langsung menyunggingkan senyum. Baginya, memisahkan Saga dan Alisa tak mudah sama sekali. Dari dulu, ia sudah menggunakan berbagai cara agar keduanya berpisah. Namun, kenyataannya sekarang mereka masih bersama.     

"Maaf om. Biarkanlah Saga dan Alisa bahagia dengan hidup mereka yang sekarang. Om ikhlaskan saja, ya. Mereka berdua memang ditakdirkan untuk berjodoh."     

"Om maunya kalau Saga itu sama kau, Va."     

Reva hanya membalas dengan gelengan kepala. Tentu saja, ia menolak hal ini karena sudah mempunyai Agam. Ia tak akan mengkhianati pria itu.     

Bu Angel hanya terdiam sedari tadi. Ia tak mau buka suara tentang hal ini. Pak Surya pun lalu menoleh ke arahnya.     

Pak Surya berpikir, apa jangan-jangan Reva sudah mempunyai tambatan hati yang lain. Makanya, ia berani untuk mengikhlaskan Saga.     

Ingin sekali Bu Angel mengajak sang suami untuk pulang dari sini, karena ia berubah pikiran untuk segera ke rumah. Ditambah lagi, Reva sudah membuatnya kehilangan seorang cucu dari dalam kandungan Alisa.     

"Yah, lebih baik kita pulang saja, ya."     

"Loh, kok begitu?"     

Reva memandang Bu Angel dan Pak Surya secara bergantian. Ia juga mendengar pembicaraan mereka. Tampak ada sesuatu yang telah terjadi. Namun, Reva tak ingin bertanya lebih detail lagi.     

Setelah berhasil dibujuk oleh Bu Angel, maka Pak Surya setuju untuk pulang saja. Tak lupa, mereka meneguk sedikit minuman yang sudah tersaji di atas meja. Setelah itu, mereka berdua pamit dengan Reva.     

Reva mengantar keduanya menuju ke halaman depan. Pak Surya terlihat tak senang sama sekali dengan keputusan Reva. Sementara itu, Bu Angel tak mau bicara sepatah kata pun dengannya.     

"Hati-hati di jalan, om dan tante," ujar Reva pada mereka berdua.     

Tak lupa, Reva melambaikan tangan ke arah mereka yang ke luar dari halaman rumahnya. Mobil sedan itu melaju cepat. Tak berselang lama, Reva kembali lagi masuk ke dalam.     

Namun, tiba-tiba saja perasaan mual pun kembali menyerang. Ia segera berlari ke arah dapur untuk memuntahkannya. Keadaan seperti ini amat sangat menyiksanya.     

Reva berpikir untuk cepat-cepat menggugurkan kandungannya. Agar tak semakin tersiksa seperti ini. Joseph tak perlu tahu tentang apa yang akan ia lakukan nanti.     

"Maafkan aku. Aku harus menggugurkannya dengan segera!" ujar Reva yang telah selesai muntah-muntah. Tenaganya mendadak lesu. Ia pun berjalan pelan naik ke atas tangga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.