Arrogant Husband

Reva Menginap di Rumah Agam



Reva Menginap di Rumah Agam

0Reva akan mengantar pulang Agam ke rumah. Pria itu berjalan bersamanya menuju ke mobil. Reva tersenyum semringah saat duduk bersama dengan pria yang ia cintai. Saat ini, ia sudah duduk di kursi kemudi. Mobil itu pun akhirnya mulai meninggalkan rumah.     

"Kau senang aku antar pulang seperti ini?" Reva menoleh ke arah Agam. Pria itu rileks saat duduk sambil menatap ke arah jalan.     

"Jelas saja aku senang. Hmm, sayang, kau jangan pulang dulu ya nanti."     

"Kenapa? Bukannya kita sudah cukup lama menghabiskan waktu bersama?" tanya Reva yang tersenyum ke arah sang kekasih.     

"Aku masih merasa kangen denganmu sayang." Agam menatap sang kekasih sekejap, lalu pandangan matanya menatap lurus ke depan.     

Reva tetap fokus menyetir, walaupun sang kekasih terlihat selalu menggombalinya. Namun, tetap saja mampu membuat hatinya bergetar tak karuan. Saat ini, ia masih senyum sendiri.     

Saat melihat senyuman Reva yang manis, membuat Agam seakan terpesona. Pria itu lalu menjulurkan tangan ke puncak kepala sang kekasih. Membuat Reva refleks menoleh sebentar ke arahnya.     

"Aku sangat mencintaimu," ujar Agam.     

"Aku juga sangat mencintaimu."     

Pria itu mengusap-ngusap pelan puncak kepalanya. Membuat Reva merasa bahagia. Diperlakukan seperti ini saja, sudah membuat hatinya menghangat.     

Tak terasa, Reva sudah sampai di depan rumah Agam. Mereka berdua lalu segera turun dari mobil. Karena ingin menuruti keinginan Agam, maka ia pun akan tetap berada di rumah ini dulu sementara. Dalam hatinya pun, Reva masih merasa rindu dengan sang kekasih. Maka dari itu, ia tak memutuskan untuk pulang dulu.     

Pria itu mempersilakan masuk ke dalam sambil merangkul pundak Reva. Sepasang kekasih itu pun melangkah bersamaan. Agam senang, karena keinginannya dikabulkan oleh wanita itu.     

"Terima kasih, ya, karena sudah mau masuk ke dalam rumahku."     

"Iya sayang." Reva mendudukkan dirinya di kursi.     

Agam langsung menuju ke dapur untuk membuatkan Reva minuman.     

"Kau tak usah repot-repot membuatkanku minuman," ujar Reva yang melihat sang kekasih menuju ke dapur.     

"Tak apa sayang. Kau duduk saja di sana," teriak Agam yang berada di dapur.     

Beberapa menit kemudian, Agam telah kembali ke ruang tamu sambil membawa segelas teh dingin. Ia pun menaruhnya tepat di atas meja. Reva berterima kasih pada pria itu karena telah menyuguhkannya minuman.     

Agam langsung duduk di samping Reva. Ia ingin memanjakan sang kekasih dalam pelukannya. Setelah wanita itu menyesap isi di dalam gelas, maka Reva langsung meletakkan kepalanya di pundak Agam. Mereka terlihat sangat bahagia saat seperti ini. Terlihat sederhana, tapi sarat dengan cinta.     

Reva menyukai posisi seperti ini. Ia ingin berlama-lama di sini sampai malam hari nanti. Agam jelas saja tak keberatan. Pria itu pun menoleh ke arah wajahnya.     

"Sayang, apakah aku boleh pulang nanti malam saja?" tanya Reva. "Aku ingin lebih lama lagi di sini sebelum pulang."     

"Hmm, bagaimana kalau kau tinggal saja di rumahku hari ini? Sama seperti biasa."     

Wanita itu langsung meangguk-anggukkan kepala. Ia sangat setuju dengan saran Agam. Mereka berdua akan lebih banyak menghabiskan waktu berdua.     

"Memang boleh? Kalau aku tinggal di rumahmu?" tanya Reva lagi.     

"Ya jelas boleh sayang. Apa pun itu, yang penting membuatmu senang." Agam mengecup puncak kepala Reva. Perasaan dalam hati pun tiba-tiba menghangat.     

"Terima kasih ya sayang."     

Alangkah senangnya dua sejoli itu hari ini. Mereka berdua lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Agam dan Reva sebentar lagi akan menikah.     

"Aku sudah tak sabar lagi, ingin segera menikahimu," ucap Agam.     

"Aku juga sudah tak sabar lagi, ingin hidup berdua denganmu. Tak ada lagi yang bisa mengganggu kita berdua."     

Agam mengangguk-angguk. Setelah menikah nanti, tak akan ada yang bisa merebut Reva darinya, termasuk Joseph. Pria itu mungkin sudah kalah telak darinya. Reva lebih memilihnya ketimbang pria itu. Padahal, Joseph anak orang kaya dan bergelimang harta.     

"Iya sayang. Aku akan selalu menjagamu sampai nanti."     

Ucapan-ucapan dari Agam mampu membuat hati Reva merasa sangat senang. Wanita itu berharap, agar semuanya nanti berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan. Semoga saja, Agam akan selalu berada di sampingnya, apa pun yang akan terjadi nanti.     

Reva pun makin mengeratkan pelukannya di tubuh Agam. Pria itu balas memeluknya dengan erat. Menit demi menit pun telah berlalu. Kini, hari sudah menjelang malam. Namun, dua insan manusia itu masih merasa betah duduk di ruang tamu.     

Agam begitu sangat tergoda melihat kecantikan Reva. Wanita yang selama ini ia kagumi, sekarang telah menjadi miliknya. Satu langkah lagi, ia bisa mendapatkan Reva seutuhnya. Tak akan ada yang bisa merebut sang kekasih.     

Banyak wanita yang mencoba singgah di hatinya, tapi tak ada yang berhasil membuat Agam tertarik. Namun, dengan Reva semuanya berbeda. Wanita itu telah berhasil membuatnya tergoda dan melabuhkan hati sepenuhnya. Reva cantik dan terlihat tulus dalam hal mencintainya.     

Agam tak akan pernah menyia-nyiakan Reva. Wanita yang berada di sampingnya, menurutnya langka karena hanya dia saja yang berhasil menaklukkan hatinya.     

"Sayang?" panggil Reva kemudian.     

"Iya sayang?"     

"Jangan pernah tinggalkan aku, ya, apa pun yang akan terjadi nanti." Reva takut, kalau Agam akan menjauh dari sisinya. Ia juga takut, kalau kebenaran ini akan segera terungkap.     

Joseph sewaktu-waktu bisa saja membocorkan rahasia besar ini pada Agam. Maka dari itu, Reva harus berhati-hati padanya. Jangan sampai pria itu berkata jujur pada Agam.     

"Iya sayang. Aku tak akan pernah meninggalkanmu sendirian. Aku berjanji."     

"Aku takut ...," lirih Reva dengan wajah lesu dan tertunduk.     

Agam pun meraih dagu lancip Reva dan menyuruh wanita itu untuk menatapnya. Kemudian, mereka saling bertatapan satu sama lain.     

"Apa yang kau takutkan, sayang? Aku ada di sini bersama denganmu."     

Saat menatap manik mata Agam, Reva jadi semakin takut. Mata yang awalnya teduh dan menenangkan itu, akan berubah menjadi marah kalau Agam tahu akan rahasia tersebut.     

"Aku sangat takut kehilanganmu."     

Saat Reva mengucapkan hal itu, Agam langsung memeluknya dengan erat. Pria itu tak akan pernah berpaling dari sisinya. Namun, tetap saja hal itu membuatnya tak karuan rasa.     

'Andai saja, kehamilan ini tak terjadi, maka aku akan sangat bahagia bila bersama Agam. Dan, tak merasa tertekan seperti ini.'     

Reva masih berusaha untuk tetap tenang dalam hal ini. Ia tak mau, kalau Agam sampai curiga dengan gerak-geriknya.     

"Sudah sayang, sudah. Jangan takut lagi. Aku tak akan pernah meninggalkanmu. Aku sudah berjanji, kan?"     

"Iya sayang," ucap Reva.     

"Ya sudah, jangan pikirkan hal itu lagi, ya. Sekarang lebih baik kau istirahat saja di dalam kamar." Agam menyuruh Reva untuk masuk ke kamar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.