Arrogant Husband

Reva Menyesal



Reva Menyesal

Setelah sudah sampai di rumah, Joseph segera melangkahkan kakinya menuju ke kamar. Pria itu ingin istirahat karena hari ini cukup membuatnya lelah. Setibanya di dalam kamar, Joseph langsung merebahkan dirinya dengan kasar di tempat tidur.     

Joseph mengedarkan pandangannya, ke kiri dan ke kanan. Setelah itu menatap lurus ke depan langit-langit kamarnya. Ia berpikir, kenapa Reva begitu tega menghabisi nyawa anak kandungnya sendiri. Membuat Joseph sangat sedih dan kecewa bukan main. Harusnya, wanita itu tak melakukan hal nekat seperti ini.     

Harapan yang Joseph gantungkan pada Reva, kini perlahan musnah. Ia sungguh kesal dan tidak tinggal diam melihat Reva bahagia bersama dengan Agam. Ia harus mempunyai bukti yang kuat, agar Agam segera meninggalkan wanita itu.     

Dengan cara seperti itu, mampu membuat rasa sakit hati seakan terobati. Rasa di dalam hatinya, kini menjadi sebuah kebencian. Menurut Joseph, Reva sangatlah angkuh karena telah menolak cintanya berkali-kali.     

Namun, sekarang mata hati Joseph telah terbuka penuh. Ia tak akan menginginkan Reva lagi.     

"Aku sangat kecewa padamu hari ini. Mulai hari ini juga, rasa cinta untukmu sudah hilang. Aku berharap, agar cinta ini tak kembali lagi untukmu," ujar Joseph.     

Menit demi menit pun berlalu. Namun, Joseph masih tak bisa melupakan kejadian hari ini.     

"Oh, sial! Aku masih saja memikirkan tentang Reva. Kenapa dia tega melakukan hal gila seperti itu? Kenapa ya Tuhan?"     

***     

Reva masih berada di rumah sakit dan tak diperbolehkan untuk pulang ke rumah dulu. Biaya rumah sakit sudah ditanggung oleh Joseph. Entah kenapa, setelah mengalami keguguran ini, hati Reva merasa sedih. Bukankah, ini yang ia inginkan agar bisa jauh dari Joseph?     

Ia pun mulai meraba-raba perutnya yang saat ini sudah kosong. Tak ada lagi janin yang ia kandung di dalamnya.     

Janin yang tak pernah ia harapkan, malah membuatnya sedih saat ini. Ia pun tadi sempat melihat, bagaimana reaksi Joseph saat tahu dirinya sudah keguguran. Hati pria itu pasti sangat hancur mengetahui hal ini.     

"Maafkan aku, Jo. Maafkan ibu, Nak." Reva pun akhirnya menitikkan air mata.     

Wanita cantik itu sudah gelap mata dan nekat melakukan sesuatu seperti ini. Hanya untuk menutupi kedoknya dari Agam. Ia tak mau, kalau dijauhi oleh Agam karena telah mengandung anak dari Joseph. Maka dari itu, Reva harus memilih salah satu di antara mereka.     

"Beristirahatlah dengan tenang di sana, Nak. Aku bukan ibu yang baik untukmu."     

***     

Sore harinya, Saga sudah pulang dari kantor. Ia pun langsung disambut dengan ramah oleh istri tercinta. Alisa membawanya ke dalam kamar. Saga melingkarkan sebelah tangannya ke pinggang sang istri.     

Setelah berada di dalam kamar, Saga ingin menceritakan perihal masalah tadi pada Alisa. Masalah yang terjadi pada Reva, Joseph, serta Agam.     

"Sayang, mendekatlah sini. Aku ingin bicara sesuatu padamu." Alisa pun mendekati sang suami dan duduk tak jauh dari Saga.     

"Bicara apa? Katakanlah." Alisa selalu merasa penasaran dengan ucapan Saga.     

"Reva keguguran."     

"A–apa? Kenapa bisa?" tanya Alisa yang terkejut bukan main.     

"Dia yang melakukannya sendiri."     

"Ma–maksudmu? Itu ulah Reva sendiri?"     

Saga langsung menganggukkan kepala. Ia menceritakan panjang lebar pada Alisa. Joseph pun tadi meminta bantuan padanya untuk membawa Agam ke rumah sakit, agar bisa membuka kedok Reva.     

Alisa tak menyangka sama sekali dengan ulah Reva. Ia hanya bisa mengembuskan napas panjang.     

"Di saat kita berdua menginginkan seorang anak di tengah-tengah kita. Maka Reva nekat membunuh anaknya sendiri."     

"Aku juga tak habis pikir dengan Reva, sayang. Kok dia begitu nekat melakukan hal itu."     

Wanita itu langsung berlendeh di pundak kekar Saga. Alisa merasa iba dengan kejadian ini.     

"Sayang, aku menceritakan hal ini padamu, bukan untuk membuatmu bersedih," ujar Saga yang melihat wajah sang istri tiba-tiba murung.     

"Aku sungguh terkejut kalau Reva nekat melakukan hal itu. Apa yang ada di dalam kepalanya jadi seperti itu?"     

"Dia tak mau, kalau sampai ketahuan Agam bahwa dirinya tengah berbadan dua. Dia rela membunuh anaknya sendiri demi menutupi kedoknya dari Agam."     

"Aku jadi merasa kasihan dengan Agam. Semoga saja, pria itu cepat mengetahui, bahwa Reva bukanlah wanita yang baik."     

"Aku dan Joseph akan terus berjuang untuk hal ini. Agar Agam percaya, bahwa kami berdua tak pernah bohong."     

Niat tulus Saga tentu saja disambut baik oleh Alisa. Wanita itu mendukung sang suami seratus persen.     

"Aku pasti mendukungmu, apa pun yang akan terjadi nanti," ucap Alisa.     

Wajah sang istri begitu dekat dengannya sekarang. Ia tak bisa menolak pesona kecantikan Alisa. Saga pun langsung mencuri kesempatan untuk berciuman dengan istri tercinta. Di saat suasana menegangkan yang terjadi sekarang, maka ia beruntung ada Alisa yang selalu membuatnya merasa tenang.     

"Aku sangat mencintaimu, sayang."     

"Aku juga sangat mencintaimu."     

"Aku tak berdaya, kalau jauh darimu."     

Suami istri itu saling berciuman satu sama lain. Ciuman mereka dalam durasi yang lama. Alisa dan Saga sangat menikmatinya.     

Alisa berhenti sejenak mencium bibir sang suami. Membuat Saga menatap wajahnya.     

"Kenapa berhenti?"     

"Sebaiknya kau ganti pakaian kerjamu dulu, sayang. Mandi, lalu kita melanjutkannya lagi."     

"Apa aku bau?" tanya Saga.     

"Tidak. Aku tak bau sama sekali."     

"Kalau begitu, nanti saja mandinya. Aku ingin melanjutkan lagi berciuman denganmu."     

"Dasar suami nakal!"     

Alisa mencubit lengan Saga yang kekar itu. Pria itu tersenyum senang saat berduaan seperti ini dengan sang istri. Ia berdoa, semoga saja rumah tangga mereka akan utuh selamanya.     

Saga berjanji tak akan pernah meninggalkan Alisa sampai kapan pun, begitu pun sebaliknya. Cinta mereka pasti akan terus diuji dan keduanya tak akan berpisah.     

Semua orang pasti punya masalah masing-masing. Begitu pun di dalam hubungan keluarganya saat ini. Walaupun Pak Surya dan Bu Angel tak merestuinya untuk adopsi anak, tapi tetap saja dirinya dan Saga akan tetap mempertahankan anak itu.     

"Sayang, jangan pernah berhenti berjuang untuk kita, ya."     

"Aku tak akan pernah berhenti berjuang untukmu dan juga anak kita sayang. Aku berjanji. Tak akan ada seorang pun yang memisahkan kita," ujar Saga sembari mengecup kening Alisa dengan hangat.     

Wanita itu amat senang dengan perlakuan manis Saga. Setelah itu, Saga pun akan memutuskan untuk mandi sebentar.     

"Hmm, aku mau mandi dulu. Tunggu aku sebentar, ya."     

"Iya sayang."     

Sang suami mulai melangkah menuju ke kamar mandi. Tak lupa, membawa sebuah handuk yang berada di dalam lemari. Alisa pun menghampiri sang anak yang tengah tidur pulas dalam keranjang.     

"Anak ibu tidurnya pulas banget, ya? Sehat-sehat terus ya, Nak." Alisa tak berani menoel-noel pipi sang anak. Ia tak ingin mengganggu kenyamanan tidurnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.