Arrogant Husband

Tak Goyah



Tak Goyah

0Saat Saga dan sang istri sedang asyik bermesraan, tiba-tiba saja ponselnya berdering di atas nakas. Dengan terpaksa, ia pun menghentikan ciuman panasnya bersama Alisa. Tangannya terjulur untuk mengambil ponsel itu. Sebuah nama terpampang jelas telah memanggilnya, tapi tak lekas ia angkat.     

"Siapa sayang?" Alisa pun lalu bertanya padanya.     

"Joseph."     

"Angkat saja. Siapa tahu ada yang penting."     

Saga pun mengangkat panggilan itu. Ia terlihat mengangguk-angguk. Beberapa menit kemudian, Saga telah selesai berbicara dengan Joseph lewat telepon.     

"Hmm sayang. Aku tinggal sebentar ke rumah Joseph. Tak apa-apa, kan?" tanya Saga.     

"Iya sayang, tentu saja. Pergilah."     

Saga mengecup singkat kening sang istri, lalu meraih jas hitam miliknya yang berada di belakang pintu. Pria itu juga berpesan pada Alisa untuk tidur saja lebih awal dan jangan menunggunya datang.     

***     

Akhirnya, Saga sudah sampai di rumah Joseph. Entah mau apa pria itu meminta tolongnya lagi. Kedatangan Saga langsung disambut baik oleh Joseph.     

Pria itu membawanya masuk dan mempersilakan Saga duduk di sofa. Sepertinya memang ada yang ingin Joseph bicarakan. Suasana pun jadi hening seketika.     

"Bicaralah. Kau mau minta tolong hal apa?"     

"Kau mau kan? Membantuku untuk membuat Agam percaya? Aku ingin, Reva merasakan akibatnya karena telah berbuat nekat menggugurkan seorang bayi."     

"Iya, baiklah. Tapi, sekarang biarkanlah dia untuk sendiri dulu."     

"Aku tak bisa, Ga. Kalau harus menunggu dan menunggu."     

Saga jadi serba salah. Di lain sisi, ia ingin membantu Joseph, tapi dirinya juga ingin memberi waktu untuk Agam. Pria itu pasti masih tak percaya dengan semua yang mereka katakan.     

"Aku yakin, Agam masih tak percaya dengan ucapan kita berdua."     

"Aku ingin sekali membuat Reva menyesal. Hanya itu saja!" ujar Joseph.     

Rasa cinta di hati Joseph untuk Reva, perlahan menghilang karena wanita itu sudah membuat janin yang dikandung menjadi tiada. Membuat Joseph sungguh murka pada Reva. Pria itu menanti-nanti kelahiran sang anak, tapi dengan mudahnya wanita itu membuat semuanya jadi berantakan.     

"Kau sabar dulu, Jo. Jangan terlalu cepat untuk melakukan sesuatu."     

Saga mencoba untuk membuat Joseph agar sedikit lebih tenang dalam menyikapi sebuah masalah. Pria itu pun akhirnya menurut dengan ucapannya. Sementara ini, Joseph akan membiarkan Agam dulu untuk berpikir, sambil mencari bukti untuk menunjukkannya pada Agam.     

"Baiklah, aku akan menurut dengan ucapanmu, Ga. Terima kasih karena sudah memberiku masukan."     

"Iya, sama-sama," balas Saga.     

"Hmm, apa kau sudah menganggapku teman seperti dulu?" tanya Joseph.     

"Iya, Jo. Aku sudah memaafkanmu. Kita lupakan semua masalah yang sudah terjadi."     

Akhirnya, Joseph dan Saga kembali berteman seperti dulu. Kedua pria itu lalu sama-sama tersenyum.     

"Oh, ya, mungkin sebentar lagi aku akan pulang. Kasihan Alisa kalau ditinggal di rumah tanpa aku."     

"Baik, Ga. Terima kasih karena kau telah datang ke sini."     

Beberapa menit kemudian, Saga pun izin pamit dengan Joseph. Pria itu lalu mengantarnya ke halaman depan.     

"Ahh, aku jadi merepotkanmu untuk datang ke sini."     

"Tak apa, Jo. Hubungi saja aku bila kau memerlukan bantuan."     

Keduanya sudah mulai berteman baik. Saga sudah melupakan apa yang telah terjadi. Joseph senang, bisa kembali berteman dengan pria itu. Saga langsung masuk ke dalam mobil setelah berpamitan dengan Joseph. Ia segera menyalakan mesin mobil dan meninggalkan halaman rumah tersebut.     

***     

Saga membuka pintu kamarnya dengan pelan. Ia ingin melihat Alisa apakah sudah tidur atau belum. Setelah pintu terbuka, ia pun langsung melihat sosok sang istri yang tengah menggendong bayi perempuannya.     

Alisa pun langsung menoleh ke belakang, melihat sang suami sudah pulang ke rumah. Wanita berparas cantik itu pun menghampiri Saga. Keduanya tampak saling berdekatan. Saga lekas mencium kening Alisa dengan penuh cinta.     

"Syukurlah kau sudah pulang," ucap Alisa.     

"Iya sayang. Aku tak bisa lama-lama kalau harus jauh darimu. Aku sangat merindukanmu dan anak kita."     

Alisa tersenyum manis sambil menimang-nimang sang anak dalam pelukan. Bayi perempuan itu tadi terbangun dan Alisa langsung memberi susu formula untuknya.     

Saga mengajak sang istri untuk duduk bersama di atas tempat tidur. Saat ini, Lalisa sudah tertidur pulas di pangkuan Alisa. Wanita itu pun berdiri sebentar dan akan meletakkan bayi perempuannya di dalam keranjang.     

Setelah menidurkan bayinya, Alisa dengan segera menghampiri sang suami yang sudah lebih dulu di atas ranjang. Ia ingin bermanja-manja dengan suaminya malam ini. Ia sungguh merasa ingin dimanja sekarang.     

"Sayang?" panggil Alisa.     

"Iya sayang, ada apa?"     

"Ayo, kita tidur. Aku sudah lumayan mengantuk."     

Alisa pun mengajak suaminya untuk merebahkan diri. Wanita itu lalu melingkarkan kedua tangannya ke bagian dada bidang Saga. Pria itu hanya tersenyum-senyum saja saat melihat kelakuan Alisa.     

"Aku ingin dimanja-manja denganmu malam ini sayang," ucap Alisa.     

Saga dengan cekatan langsung mengecup kening Alisa dalam waktu yang lama. Kecupan itu terasa hangat bagi Alisa. Wanita cantik itu, ingin selalu berada di samping Saga. Kemudian, pria itu menurunkan ciumannya menuju ke bibir. Mereka pun akhirnya berciuman.     

Saga tak bisa kalau sehari saja, tak mencium bibir sang istri. Ia selalu ingin memanjakan wanita itu. Alisa begitu senang dalam keadaan seperti ini. Setiap malam, ia dan Alisa akan bermanja-manja seperti ini sebelum tidur.     

"Kau tadi ke rumah Joseph, membahas apa saja?" Alisa ingin tahu tentang pembicaraan mereka berdua tadi.     

"Dia ingin meminta bantuanku untuk menemui Agam. Tapi, aku tak mau, karena ingin memberikan waktu untuk Agam dulu."     

"Memang ini tak mudah untuk Joseph sayang. Dia sangat mencintai Reva dari dulu, kan?"     

"Iya. Dia sangat mencintainya dari dulu. Saat aku menjalin hubungan dengan Reva pun, Joseph masih mengharapkannya dan ingin aku memutuskan hubungan dengan Reva."     

Alisa mengangguk-angguk. "Jadi, Reva sangat berarti sekali untuk Joseph?"     

"Iya, itu dulu. Sekarang tidak lagi. Dia sungguh kecewa dengan perbuatan Reva. Reva telah membunuh seorang anak."     

Alisa menatap ke arah langit-langit kamar sambil memegangi pergelangan tangan Saga. Pria itu menyuruhnya untuk tidur saja, karena hari sudah malam.     

"Tidurlah sayang. Kau pasti merasa lelah."     

"Hmm, iya sayang. Sebentar lagi, ya. Masih ada yang aku ingin tanyakan padamu."     

"Tanyakanlah sekarang, jangan nanti-nanti."     

"Kau mencintaiku, kan?" tanya Alisa pada Saga. Membuat pria itu mengangkat sebelah alisnya.     

"Ya tentu saja, sayang. Aku sangat mencintaimu."     

"Aku berharap. Semoga saja rumah tangga kita dijauhkan dari segala masalah. Aku tak ingin, kalau orang tuamu membuatmu berubah pikiran tentang Lisa. Aku tak ingin kau menyerah dalam hal ini!"     

Saga pun jadi terdiam sejenak. Ia mencerna setiap ucapan sang istri. Dirinya sudah berjanji pada Alisa untuk terus bertahan dalam mempertahankan sang anak tercinta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.