Arrogant Husband

Cinta Kamu, Tapi Itu Dulu



Cinta Kamu, Tapi Itu Dulu

0Saga dan Alisa sama-sama saling menyalurkan hasrat mereka. Wanita berparas cantik dan berambut panjang itu kian mendesah, saat dimasuki oleh junior milik Saga. Junior itu masuk semakin dalam ke dalam lubang kenikmatan miliknya.     

Saga terus melakukan gerakan goyangannya dengan cepat. Kedua tangan Alisa tengah memegangi pergelangannya yang kekar. Ia semakin merasa keenakan malam ini. Alisa pun dibuat klimaks oleh Saga.     

Beberapa saat kemudian, Saga pun mengeluarkan junior miliknya dari dalam sana. Kemudian, merebahkan diri di samping sang istri. Napas keduanya pun saling terengah-engah. Ia menoleh ke samping, mendapati wajah Alisa yang masih tak karuan. Peluh di tubuh pun sudah cukup membasahi tempat tidur mereka.     

"Sayang, mari tidur. Sudah malam," ajak Saga.     

"I–iya sayang ...." Napas Alisa masih tersengal-sengal.     

Saga meraih selimut tebal yang ada di bawah kakinya. Kemudian, mulai menyampirkannya ke tubuh sang istri. Kini, tubuh mereka dalam keadaan polos, tak tertutupi sehelai kain pun. Maka dari itu, Saga memakaikan selimut ini.     

Alisa langsung melingkarkan kedua tangannya di tubuh Saga. Pria itu kembali memanjakannya lagi. Alisa yakin, malam ini ia akan tidur dengan nyenyak, setelah mendapatkan kepuasan dari suaminya.     

Sebelum tidur, Alisa mendapatkan satu kecupan dari Saga. Pria itu mengecup keningnya lumayan singkat.     

"Ayo, tidur! Pejamkan matamu." Saga kembali mengajak Alisa untuk tidur.     

Wanita itu menuruti ucapannya. Tak berselang lama, akhirnya Alisa sudah memejamkan kedua mata. Saga pun mulai memejamkan mata juga.     

***     

Joseph masih belum bisa tidur juga, padahal sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Pikirannya masih tertuju dengan Reva. Ingin sekali ia membongkar rahasia ini pada Agam. Namun, pria itu masih belum bisa percaya dengannya.     

Kalau Joseph tak bisa mendapatkan Reva seutuhnya, maka Agam pun juga tak bisa. Wanita itu tak boleh dimiliki siapa-siapa. Di satu sisi, Joseph pun masih kecewa berat.     

"Cara apa lagi agar Agam bisa percaya padaku? Apa aku harus mengajaknya besok ke rumah sakit untuk menemui Reva? Apa dia mau?"     

Meminta bantuan Saga pun juga sudah. Namun, Agam jelas tak percaya dengan ucapan mereka berdua. Ia dan Saga sudah jadi teman baik lagi. Mereka tak akan bertengkar lagi seperti dulu, hanya gara-gara Reva.     

"Sial! Aku masih belum bisa melupakan Reva. Padahal dia sudah sangat mengecewakanku. Kenapa semua ini terjadi padaku, Tuhan?"     

Andai saja, kisah percintaan Joseph mulus-mulus saja seperti kebanyakan orang, maka ia akan senang dan bisa hidup bahagia bersama Reva. Namun, ada saja masalah percintaan yang datang terjadi. Dulu ia sempat bermusuhan dengan Saga, karena wanita itu lebih memilih temannya sendiri. Sekarang pun, Reva masih enggan untuk memberikan hatinya untuk Joseph.     

"Saga sangat beruntung mempunyai istri sebaik Alisa. Wanita itu setia dengannya. Dia tak pernah selingkuh di belakang Saga."     

Menit demi menit pun berlalu. Kini, sudah menunjukkan pukul setengah dua dini hari. Joseph masih terjaga dan menatap ke sekitar kamar. Matanya lalu menatap lurus ke langit-langit kamar. Pikirannya ke sana kemari.     

"Shit! Selarut ini masih belum bisa tidur juga!" gerutunya pada diri sendiri.     

Joseph pun memutuskan bahwa besok akan mendatangi Agam lagi di tempat kerjanya. Biar bagaimanapun, ia harus berusaha yang terbaik. Kalau pun gagal lagi, Joseph akan terus datang ke sana dan membuat Agam percaya dengan ucapannya.     

Ia sudah sadar akan selama ini salah mencintai seorang wanita. Joseph juga tak mau, kalau Agam akan terluka pada akhirnya. Maka dari itu, ia akan membuka kedok Reva.     

"Aku akan datang ke sana lagi besok menemui Agam. Dia percaya atau tidak, itu urusan belakangan."     

Kemudian, Joseph memilih untuk tidur saja karena sudah larut malam. Pria tampan berhidung mancung itu mulai mencari posisi yang nyaman untuk tidur.     

***     

Reva tak bisa tidur dengan nyenyak semalaman karena memikirkan Joseph yang masih sangat marah dengannya. Ia pun pagi ini memilih untuk pulang saja dari rumah sakit. Semua biaya administrasi pun sudah dibayar lunas. Rasanya, Reva sudah tak tahan kalau harus di sini setiap hari.     

Ia makin merasa tertekan, apalagi setelah menggugurkan kandungannya. Reva makin merasa takut lagi, kalau Agam akan tahu dengan rahasia ini. Harus bagaimana lagi agar Joseph tak berniat membocorkan hal ini pada Agam?     

Saat ini Reva tengah menunggu sebuah taksi yang melintas. Wanita cantik itu lalu meraba-raba perutnya yang sudah kosong, tak ada lagi makhluk mungil di dalamnya.     

"Entah kenapa, aku jadi menyesal sekarang. Maafkan ibu, Nak, karena sudah menggugurkanmu."     

Sepuluh menit pun berlalu. Akhirnya, Reva sudah dapat sebuah taksi dan ia langsung masuk ke dalam. Ia juga memberikan alamatnya dengan jelas pada sang sopir. Sopir itu langsung bergegas ke alamat yang dituju.     

***     

Sebelum menemui Agam, Joseph ingin bertemu dulu dengan Reva. Saat ini, ia sudah sampai di depan parkiran rumah sakit. Ia pun berjalan cepat menuju kamar rawat inap.     

Setelah sudah sampai di depan pintu, Joseph terkejut karena tak mendapati Reva berada di dalam kamar ini. Ia pun berlari dan bertanya pada salah satu suster di sini.     

"Suster, ke mana pasien yang ada di dalam kamar ini?"     

"Ohh, pasien itu sudah pulang tadi, Pak."     

Joseph kemudian mengucapkan terima kasih pada suster itu. Ia tahu, di mana Reva berada. Pasti wanita itu saat ini sedang menuju ke rumah. Joseph langsung bergegas menuju ke sana.     

***     

Joseph mengetuk-ngetuk pintu rumah Reva berkali-kali. Ia ingin cepat bertemu dengan wanita itu di dalam. Tak berselang lama, maka pintu pun terbuka dari dalam. Menampilkan sosok seorang wanita cantik yang masih dalam keadaan lemas.     

"Jo?"     

Pria itu langsung menerobos masuk dan menarik tangan Reva ke dalam bersamanya.     

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku!" ujar Reva setengah berteriak.     

Pria itu langsung melepaskan genggamannya dengan sedikit kasar. Manik matanya pun bertatapan dengan Joseph.     

"Kau mau apa lagi datang ke sini, Jo? Sudah cukup kau mengejar-ngejarku selama ini. Berhentilah! Karena kau tak akan pernah bisa mendapatkan apa yang kau mau!"     

Ucapan Reva begitu menusuk hatinya. Bisa-bisanya wanita itu berkata demikian, yang semakin membuatnya ingin sekali membongkar masalah ini pada Agam.     

"Dan, kau juga tak akan pernah bisa mendapatkan apa yang kau mau juga, Va! Berhentilah bermimpi yang indah bersama dengan kekasihmu itu. Aku pastikan, sebentar lagi Agam akan tahu soal ini."     

Reva diancam oleh Joseph, membuatnya sedikit takut. Ia pun langsung terdiam dan tsk melanjutkan ucapannya lagi pada pria yang ada di depannya kini.     

"Hmm, kau terdiam juga kan akhirnya? Makanya jangan pernah berlagak padaku. Kau salah orang! Memang benar selama ini aku mencintaimu, tapi itu dulu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.