Arrogant Husband

Agam Masih Tak Percaya



Agam Masih Tak Percaya

0"Kalau sekarang, aku tak mencintaimu lagi. Aku sudah kecewa olehmu, Va."     

"Syukurlah kalau begitu. Akhirnya, kau bisa juga melupakan aku, Jo."     

"Dengan kejadian ini, aku merasa menyesal karena sudah banyak membuang waktu yang berharga hanya untuk mengejarmu saja! Padahal masih banyak hal penting yang harus kulakukan."     

Reva merasa lega sekaligus masih takut. Kalau Joseph nekat membocorkan masalah ini pada Agam. Terlihat dari wajahnya yang serius dan tak ada candaan sama sekali.     

"Kau harus menerima semua ganjarannya, Va! Aku tak bisa terima sama sekali karena anakku telah tiada."     

Reva membuang muka saat pria itu bicara tentangnya. Namun, ia sama sekali tak peduli. Terpenting sekarang, membuat Agam lebih percaya lagi dengannya, bukan dengan Joseph.     

"Hmm, lantas apa yang ingin kau lakukan setelah ini?" tanya Reva.     

"Ke bar. Di mana ada Agam di sana."     

Dengan segala cara, Reva berusaha untuk mencegah kepergian Joseph. "Kau jangan ke mana-mana. Tetap di sini saja!"     

"Tidak! Aku tidak mau menemanimu di sini. Minggir!"     

Joseph sedikit mendorong tubuh Reva agar segera menjauh dari hadapannya. Wanita itu pun akhirnya terhuyung ke belakang. Pria itu segera bergegas menuju ke bar untuk menjelaskan semuanya.     

Reva masih berusaha untuk bangkit perlahan. Ia merasa yakin, kalau Agam tak mungkin bisa percaya dengan ucapan Joseph.     

"Kalau kau tetap keras untuk bertemu dengan Agam di bar dan ingin menjelaskan masalah ini, lakukan saja. Katakan yang sejujurnya pada kekasihku. Palingan dia tidak percaya dengan ucapan Joseph."     

Reva harus membuat dirinya setenang mungkin, agar tak terpancing oleh umpan Joseph. Ia harus bisa lebih meyakinkan Agam, agar pria itu percaya dengan ucapannya bukan dengan orang lain.     

***     

Joseph sudah sampai dan langsung masuk ke dalam bar. Saat itu juga, Agam tengah melihatnya masuk. Pria itu lalu menghampirinya dan bertanya dengan ketus.     

"Untuk apa lagi kau datang kemari, Jo? Drama apa lagi yang akan kau mainkan?"     

"Gam, aku ingin bicara denganmu sebentar saja. Aku mohon."     

Namun, Agam tak mau bicara apa pun bersama dengan Joseph. Pria itu malah mengusir Joseph dari sini.     

"Agam percayalah padaku. Semua yang kukatakan itu benar. Reva tidak sebaik yang kau kira."     

"Jadi, kau merasa dirimu sudah lebih baik, begitukah?" ujar Agam seolah tak terima kalau Reva dipojokkan terus.     

Lama-lama Joseph juga murka sendiri karena tak ada yang percaya dengan ucapannya.     

"Gam, Reva pernah bercinta denganku beberapa kali. Dan, dia pun hamil. Namun, dia justru menggugurkan kandungannya sendiri."     

Agam langsung geleng-geleng kepala. Ia tak percaya, kalau Reva akan melakukan hal serendah itu. Ia tetap mempercayai ucapan sang kekasih daripada Joseph.     

"Maaf Jo, sebaiknya kau pulang saja dari bar ini. Aku sungguh muak melihatmu di sini. Aku tetap percaya dengan ucapan kekasihku daripada orang lain."     

"Baik kalau begitu. Tapi, jika suatu hari nanti ucapanku benar, maka kau jangan menyesal karena sudah terlalu percaya dengan Reva. Keburukan tak selamanya tersimpan baik, Gam."     

Agam mencoba mencermati setiap ucapan yang dilontarkan oleh Joseph. Tak ada raut bercanda di wajahnya. Membuat Agam makin ke sini, makin bertanya-tanya. Apakah benar Reva bersikap seperti itu.     

Melihat ekspresi Agam yang tampak terdiam, membuat Joseph yakin kalau pria itu saat ini tengah memikirkan Reva. Joseph pun terus bicara yang sebenarnya.     

"Bukan hanya itu saja. Reva juga pernah menggugurkan kandungan istrinya Saga dengan menggunakan racun. Apa kau masih tak percaya juga dengan ucapanku? Lebih baik kita bertemu dengan saga langsung. Biar semakin jelas masalahnya," ucap Joseph panjang lebar.     

"Apa untungnya untukku bila aku percaya dengan semua ucapanmu itu?" Agam bersikeras untuk percaya dengan Reva.     

"Aku kenal dengan Reva. Dia seorang wanita yang baik dan manis. Jadi, mana mungkin dia yang sengaja melakukannya?"     

Joseph merasa kesal sendiri, karena Agam tetap dengan pendiriannya untuk berada di pihak Reva. Namun, ia tak akan mudah menyerah karena masalah ini.     

"Kau lihat saja nanti. Siapa yang busuk, antara aku dan Reva! Tapi, kau jangan terkejut nanti, apabila kekasihmu itu yang licik," ujar Joseph.     

"Aku yakin, ini semua hanya rencana busukmu saja untuk menghancurkan hubunganku bersama dengan Reva. Karena sejak dulu kau begitu mencintainya dan tak rela melihat kami bersama sekarang. Iya kan?" Agam berucap dengan tegas, bahwa dirinya tak akan pernah melepaskan Reva sedikit pun. Pria itu juga akan mempertahankan sang kekasih dan tak akan mudah termakan oleh ucapan Joseph.     

Merasa ucapannya tak dihargai sama sekali, maka Joseph pun memilih pulang saja dari sini. Ia makin malas untuk berdebat karena suatu hal yang tidak penting. Joseph sangat kesal setengah mati pada Agam.     

"Baiklah kalau kau masih tak percaya dengan semua ucapanku ini. Kau jangan menyesal nanti, Gam, apabila kau sudah mengetahui kebenarannya seperti apa. Kau pasti menyesal karena sudah kenal dengan Reva." Joseph tersenyum menyeringai pada Agam.     

Joseph melangkah dengan tergesa-gesa menuju ke mobil. Melihat kepergian Joseph, membuat Agam semakin berpikir, apakah ini sebuah kejujuran yang terucap? Atau justru hanya permainan dari pria itu saja.     

"Apa benar, Reva seperti itu orangnya?" tanya Agam pada dirinya sendiri. "Aku harus bertemu dengan Reva sore ini, sehabis pulang kerja. Aku ingin mengetahuinya langsung dari dia. Reva tak akan pernah bohong padaku. Dia akan jujur." Agam mengangguk-anggukkan kepala. Ia yakin, bahwa Reva memang wanita yang baik.     

Setelah melihat kepergian Joseph dari sini, Agam pun memutuskan untuk kembali lagi bekerja. Ia masih sulit percaya dengan ucapan pria itu. Di kepalanya masih saja mengingat masalah ini. Rasanya tak mungkin, kalau sang kekasih pernah bercinta dengan Joseph, lalu berbadan dua.     

"Jangan goyah, Reva pasti tak pernah melakukan hal itu. Aku harus percaya dengannya, bukan dengan Joseph atau siapa pun itu."     

***     

Joseph berkali-kali memukul stir kemudi mobil. Ia merasa kesal bukan main, karena Agam tidak percaya dengan semua ucapannya. Harus dengan cara apalagi untuk memberitahukan Agam?     

"Kenapa dia tak pernah percaya dengan semua yang kuucapkan? Aku sama sekali tak pernah berbohong. Memang benar, Reva orangnya seperti itu. Agam harus secepatnya tahu dengan Reva yang sebenarnya."     

Joseph tak mau, kalau Agam menjadi korban selanjutkan. Ia harus bisa membuat pria itu percaya dengan ucapannya.     

"Aku yakin, Reva pasti akan mendapat ganjarannya. Cepat atau lambat, Agam pasti akan tahu juga," ujar Joseph dengan yakin. Ia percaya, Tuhan akan adil padanya dan akan menunjukkan semua ini.     

Pria itu pun lalu menuju ke rumah dengan mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi. Ia masih saja merasa kesal saat ini.     

Agam harus percaya dengan ucapannya. Joseph pun akan kembali meminta bantuan Saga lagi nanti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.