Arrogant Husband

Kecewa Terdalam



Kecewa Terdalam

0Saga, Alisa, dan Joseph menghampiri Reva yang masih terbaring lemah di rumah sakit. Mereka merasa bersimpati pada wanita itu. Namun, Joseph masih menaruh kesal sekaligus rasa benci padanya.     

Alisa menatap Reva dengan tatapan iba. Ia jadi tak tega untuk menghakimi. Jauh di lubuk hati terdalam, Alisa sangat menyayangkan sikap wanita itu.     

"Kalian datang kemari untuk menjengukku?" tanya Reva.     

"Iya, Va. Semoga kau cepat ke luar dari rumah sakit, ya, dan kondisimu segera pulih," ujar Alisa.     

Alisa menitipkan anaknya pada pelayan di rumah. Hanya dirinya dan Saga yang datang kemari bersama Joseph.     

"Terima kasih banyak, Sa."     

"Sama-sama."     

Joseph dan Saga sedari tadi hanya diam saja. Mereka berdua tak ingin bicara dengan Reva. Hanya ingin mengetahui keadaannya saja. Yang berbicara dengan wanita itu hanya Alisa saja. Saga tahu, pasti sang istri tak tega untuk menyalahkan Reva yang masih dalam keadaan lemah.     

Sekilas, Saga dan Alisa saling bertatapan. Sepasang suami istri itu lalu berangkulan tangan.     

"Jo?" panggil Reva.     

"Apa?" balas Joseph datar. Pria itu sama sekali tak berselera untuk menjawabnya.     

"Maafkan aku atas kejadian ini. Aku sekarang menyesal."     

Joseph pun hanya bisa tertawa kecil mendengar ucapan Reva. Sekarang ia sama sekali tak percaya dengan akting wanita itu. Ia sudah sangat kecewa dengan Reva. Jadi, mau minta maaf pun, tak ada gunanya sama sekali.     

"Menyesal? Bukankah ini yang kau inginkan sejak dulu? Kau tak ingin bayi itu lahir kan?!"     

"Memang benar. Tapi, aku sungguh menyesalinya. Aku seorang ibu yang sangat jahat."     

"Iya. Kau memang sangat jahat, Va. Aku kecewa sekali padamu. Semoga saja, Agam segera mengetahui hal ini dan dia bisa melihat kejahatanmu."     

"Ja–jangan katakan hal ini padanya, Jo," lirih Reva.     

Wanita itu memohon pada Joseph, agar merahasiakan kejadian ini. Namun, Joseph tak ingin sama sekali mendengarkan ucapan Reva. Ia akan terus membuat Agam percaya, bahwa Reva tidak sebaik yang dia kira.     

"Jo, aku mohon." Reva meraih tangan Joseph dan menggoyang-goyangkannya. Pria itu hanya menatapnya datar.     

"Aku tahu, kau masih sangat kecewa padaku. Tapi–"     

"Tapi, kenapa? Kau ingin bayi itu tiada untuk bisa bersama dengan Agam kan?" ujar Joseph.     

Melihat kondisi di ruang inap jadi bersitegang, akhirnya Saga mengajak Alisa untuk ke luar dari kamar ini. Ia tak mau, kalau sang istri merasa tak nyaman.     

Joseph melihat Saga dan Alisa ke luar dari sini. Ia pun langsung bicara dengan serius dengan Reva.     

"Va, aku akan balas dendam atas semua sikapmu ini! Akan kubongkar pada Agam rahasia ini nanti. Lihat saja!" Joseph memberikan tatapan tajam pada Reva.     

"Jo, aku mohon kau jangan seperti itu. Aku mohon dengan sangat."     

"Percuma! Kau sudah membunuh bayi itu. Apakah kau tak merasa kasihan karena sudah membuatnya kehilangan nyawa? Ibu macam apa kau ini?!" bentak Joseph pada Reva.     

Joseph sangat bersedih apabila mengingat hal itu. Reva pun akhirnya menitikkan air mata. Ia menyesali semua perbuatannya sekarang. Ia meminta maaf pada Joseph.     

"Percuma bila kau minta maaf padaku sekarang. Tak ada gunanya sama sekali! Kau sudah mengecewakanku terlalu dalam."     

Pria itu akhirnya melangkah ke luar dari sini, meninggalkan Reva seorang diri. Wanita itu masih menangis, tapi Joseph sama sekali tak peduli. Ia tak ingin menoleh ke arah Reva.     

Setelah Joseph sudah ke luar, ia pun langsung bertemu dengan Saga dan Alisa. Mereka berdua rupanya masih berada di sini.     

"Kukira kalian berdua sudah pulang," ujar Joseph.     

"Kami berdua menunggumu. Sudah selesai bicara dengan Reva di dalam?"     

"Hm, sudah."     

Joseph mengajak Alisa dan Saga pergi dari sini. Mereka bertiga sudah selesai menjenguk Reva. Ketiganya berjalan menyusuri lorong rumah sakit dan segera pulang.     

Joseph terlihat menundukkan kepala. Memang tak mudah baginya melupakan Reva dalam sekejap. Setelah bertahun-tahun lamanya mengidam-idamkan wanita itu, tapi tak bisa juga digapai. Terpaksa Joseph pun akhirnya menyerah untuk mendapatkan hati Reva.     

Saat sudah sampai di parkiran rumah sakit, Joseph dan Saga berpisah. Mobil keduanya melaju dengan arah yang berbeda.     

***     

Setelah pulang dari rumah sakit, Alisa langsung ingin bertemu dengan anaknya di dalam kamar. Ditemani oleh seorang pelayan yang tengah menjaga bayi perempuan tersebut. Alisa pun langsung menghampiri.     

Kini, bayi perempuan itu telah berpindah ke tangan Alisa. Kemudian, pelayan itu dengan hormat padanya untuk ke luar dari kamar ini. Setelah pelayan wanita itu ke luar, maka muncullah Saga. Pria itu masuk ke dalam dan menghampiri Alisa.     

Pria itu langsung meraih tubuh ramping sang istri dan membawanya untuk lebih dekat lagi. Kemudian, Saga pun mencium kening Alisa dengan penuh kehangatan. Alisa benar-benar terbuai oleh kelembutan yang Saga beri.     

"Bagaimana menurutmu tentang Reva tadi?" tanya Alisa.     

"Sangat disayangkan, dia jadi seperti itu. Dia tega berbuat nekat dengan janinnya sendiri."     

Alisa hanya tersenyum tipis. Kemudian, kembali lagi menimang-nimang sang anak yang masih berada di pangkuannya. Saga mengecup singkat pipi bayi perempuannya itu, lalu mengusap-ngusap pelan pipinya.     

"Kau wanita yang sangat baik yang pernah kutemui," ujar Saga sambil memandang ke arah Alisa. "Hatimu bagaikan seorang malaikat."     

"Kau bisa saja memujiku terus seperti ini."     

"Memang benar. Hatimu baik sekali seperti malaikat."     

Saga terus saja merayunya, hingga pipi Alisa bersemu merah. Wanita itu hanya tersenyum-senyum saja sambil menimang sang anak.     

"Lisa sudah tidur juga kan?" tanya Saga. "Saatnya kita istirahat, yuk!"     

"Iya sayang."     

Alisa mematuhi ucapan Saga. Ia pun membawa bayi perempuannya ke dalam keranjang. Wanita itu lalu naik ke atas tempat tidur.     

Alisa naik dan disambut dengan hangat oleh Saga. Pria itu menyuruhnya untuk duduk di atas paha. Saga jadi lebih leluasa untuk bisa menatap wajah sang istri dari jarak sedekat ini.     

"Kenapa kau menyuruhku untuk duduk di atas paha?"     

"Agar bisa memandang wajahmu dari jarak sedekat ini."     

Embusan napas Saga begitu terasa hangat di wajahnya. Alisa sangat mengagumi wajah tampan sang suami, begitu pula sebaliknya. Saga kemudian mendekati leher jenjang Alisa dan mulai menciuminya bertubi-tubi. Membuat wanita itu menengadahkan wajah ke atas.     

Kedua tangan Saga berada di paha mulus sang istri. Sekarang, ia merasa ingin menyalurkan hasratnya lagi. Pria itu masih menciumi area sekitar leher dan juga dada. Membuat Alisa tak bisa menolak hasrat penuh cinta ini. Keduanya sama-sama ingin melakukan lebih lagi.     

"Sayang?" panggil Saga dengan bisikan manja di telinga Alisa.     

"Iya sayang."     

"Layani aku, ya. Malam ini sebelum tidur, aku ingin dipuaskan oleh dirimu dulu." Saga mengedipkan sebelah matanya.     

Alisa mengangguk dan mematuhi ucapan sang suami. Mereka berdua pun mulai melancarkan aksi masing-masing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.