Arrogant Husband

Ucapan Menyakitkan Dari Pak Surya



Ucapan Menyakitkan Dari Pak Surya

0Sama seperti hari-hari biasa, Alisa menyiapkan segala keperluan Saga sebelum berangkat ke kantor. Ia membantu merapikan dasi kerja milik sang suami. Setelah itu, membawakan tas kerja milik Saga.     

Saga dan Alisa mendekati keranjang bayi. Si kecil ternyata masih tidur pulas di dalam. Setelah menatap sekilas, sepasang suami istri itu kemudian berjalan ke luar.     

Mereka sama-sama menuruni anak tangga dengan perlahan. Alisa menjinjing tas kerja milik sang suami sampai ke halaman depan.     

"Tunggu di sini dulu, ya, aku siapkan bekal sarapan dulu," ucap Alisa.     

"Baiklah sayang."     

Saga menunggu di samping mobil sport kesayangannya, sedangkan Alisa tengah menyiapkan bekal untuknya. Sang istri sangat perhatian padanya. Kalau tak makan di rumah, Alisa selalu menyiapkan bekal untuknya makan di kantor.     

Tak berselang lama, keluarlah Alisa sambil membawa sebuah kotak makan dimuat di dalam tas. Wanita cantik itu langsung menyerahkan benda tersebut pada Saga. Sang suami menyambutnya dengan penuh hangat.     

"Terima kasih, sayang. Kau memang istri yang paling baik."     

"Iya sayang. Jangan lupa dimakan, ya."     

"Pasti aku makan sayang."     

Alisa langsung menyalami tangan Saga. Pria itu lalu mencium keningnya sebelum berangkat ke kantor. Ada rasa hangat di hati Alisa, saat suaminya memperlakukannya secara istimewa seperti ini.     

"Jangan ke mana-mana, ya. Dan, tetap di rumah saja. Kalau mau apa-apa, suruh saja mereka atau telepon aku."     

"Iya sayang, baiklah. Jangan khawatir."     

Saga masuk ke dalam mobil setelah mencium kening sang istri. Kemudian, ia menyalakan mesin mobil dan mulai meninggalkan halaman rumah. Alisa melambai-lambaikan tangannya menatap kepergian Saga.     

Setelah Saga sudah pergi menuju kantor, tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang masuk ke halaman rumahnya. Alisa mengenali mobil tersebut. Sehingga tak terkejut lagi saat orang itu ke luar.     

"Pak Surya?"     

Kedatangan ayah mertuanya itu membuat Alisa cukup heran, ditambah lagi dengan datang seorang diri saja tanpa Bu Angel. Namun, ia tetap mempersilakannya untuk masuk ke dalam rumah.     

Anton yang melihat kedatangan Pak Surya ke sini, seakan bertanya-tanya. Ia tak suka, kalau kedatangan ayahnya Saga itu hanya untuk mengusik ketenangan sang Nyonya.     

"Untuk apa ayahnya Saga datang ke sini, ya?" Anton berharap tak akan ada hal buruk yang tengah menimpa Alisa nanti. Kalau pun sampai terjadi, ia akan langsung menghubungi Saga.     

Saat di dalam rumah, Alisa langsung mempersilakan ayah mertuanya untuk duduk. Ia pun bergegas ke dapur untuk membuatkan minuman. Sepeninggal Alisa, mata Pak Surya terlihat menatap seisi rumah sang anak. Tak ada yang berbeda dari dulu hingga sekarang. Saga tetap tak mengubah dekorasi rumahnya.     

Alisa sudah datang sambil membawa segelas jus jeruk untuk Pak Surya. Kemudian, ia pun meletakkannya di atas meja.     

"Silakan diminum, Pak."     

"Ternyata selera anakku masih saja kampungan seperti dulu. Rumah ini saja tak pernah berubah dekorasinya. Itu-itu saja, apalagi sekarang dia sudah punya istri yang sama kampungannya dengan rumah ini!" ketus Pak Surya.     

Namun, Alisa tak berniat untuk membalas ucapan sang ayah mertua. Ia lebih memilih untuk diam saja daripada harus melawan. Karena hal itu, akan membuat Pak Surya tambah membencinya. Alisa hanya bisa tersenyum saja sambil mendengarkan celotehan pria yang sudah berumur itu.     

Tatapan Pak Surya tak pernah lepas saat menatap Alisa. Seolah-olah ingin mencari celah kelemahannya.     

"Mana anak adopsimu itu?" tanya Pak Surya.     

"Lisa sedang tidur di kamar, yah."     

"Aku tak pernah peduli namanya siapa. Tapi, yang jelas kedatanganku ke sini hanya ingin anak itu kembali ke tempat asalnya."     

"Maksud ayah apa?"     

"Ya, apalagi kalau bukan mengembalikannya ke panti asuhan. Melihat wajahmu saja aku tak pernah suka dari dulu sampai sekarang. Kemudian, anak itu muncul tiba-tiba di sini, makin membuatku tambah muak saja!"     

"Aku tak akan pernah mengembalikan bayi itu ke panti asuhan. Dia sudah menjadi anakku dan Saga. Kami pun sangat menyayanginya seperti anak kandung sendiri."     

Pak Surya tersenyum meremehkan. Jelas saja, ia tak suka dengan jawaban Alisa.     

"Dasar wanita kampungan! Sekarang kau bisa hidup mewah dan berkecukupan seperti ini, gara-gara Saga! Anakku rela memungutmu dari tempat terpencil, lalu membawamu ke sini."     

Alisa merasa sakit hati karena ucapan Pak Surya. Ia memang seorang wanita yang miskin dan tak mempunyai banyak harta. Namun, bukan berarti bisa dicampakkan seperti ini. Hanya lewat air mata saja, perasaan Alisa terwakilkan.     

Pak Surya senang melihat Alisa menangis seperti ini. Ia ingin selalu membuat menantunya itu bersedih tiap hari.     

"Jangan sok bergaya kau, hanya mentang-mentang sudah jadi istrinya Saga. Aku tak akan membiarkan anakku hanyut dalam permainanmu cukup lama."     

"Aku tak pernah berniat buruk pada Saga, yah. Cintaku padanya sangat tulus, tak pernah main-main sedikit pun."     

"Alah! Kau ini pintar sekali berakting. Aku sama sekali tak percaya dengan semua ucapanmu."     

Pak Surya selalu saja membuat Alisa merasa terpojokkan. Wanita itu kemudian menangis deras. Berat rasanya hidup seperti ini, sebagai menantu yang tak pernah dianggap dan dihargai. Dari awal, Alisa tak pernah merasa disayangi oleh Pak Surya.     

"Yah, aku ini menantumu. Kenapa kau selalu bersikap seperti ini terus padaku? Apa kesalahan yang telah kuperbuat?"     

"Kau salah menjadi menantuku. Harusnya bukan kau, tapi Reva. Tapi, Saga sudah memilihmu, ya bagaimana lagi?" Pak Surya mengedikkan kedua bahunya.     

Alisa menyeka air matanya yang sedari tadi terus turun ke area pipi. Ia harus selalu kuat, saat dipojokkan seperti ini oleh Pak Surya. Ia lakukan semua ini demi Saga dan juga anaknya.     

"Cinta kami berdua tak akan pernah salah, yah. Saga mencintaiku dan aku mencintainya. Kami berdua tak akan pernah terpisahkan, kecuali oleh maut," ucap Alisa dengan tegas.     

Pak Surya lagi-lagi meremehkannya. Pria paruh baya itu tersenyum menyeringai. Rasa di hatinya tak pernah menyukai Alisa sedikit pun.     

"Terserah kau saja, yang penting aku tak akan semudah itu masuk dalam perangkapmu. Kau bisa saja mengelabui semua orang termasuk istriku. Tapi, denganku tak bisa sama sekali."     

Alisa tak paham sama sekali dengan ucapan Pak Surya. Perangkap apa yang telah ia rencanakan. Alisa hanya bisa geleng-geleng kepala, saat tuduhan itu selalu saja terlontar dari mulut ayah mertuanya. Ia hanya bisa bersabar saja.     

Pak Surya sekarang sudah puas karena membuat Alisa semakin merasa sakit hati. Menantunya kini tertunduk lesu. Namun, ia sama sekali tak peduli bagaimana pun dengan Alisa. Kemudian, tangan kanannya terjulur untuk mengambil gelas yang berisikan jus jeruk. Pak Surya langsung meneguk isinya sedikit, lalu meletakkan gelas itu kembali.     

'Aku akan terus membuatmu tersakiti. Dan, pelan-pelan kau bisa meninggalkan anakku.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.