Arrogant Husband

Terima Kasih Untuk Malam Ini



Terima Kasih Untuk Malam Ini

0Pak Surya pun akhirnya pulang dari rumah Saga. Ia merasa sedikit lega karena sudah menepati janjinya sendiri untuk sang anak. Biar bagaimanapun juga, Pak Surya tak tega melihat anaknya bersedih.     

'Dari kecil, kau yang paling aku sayangi. Semua keinginanmu akan kukabulkan dari dulu sampai dengan sekarang. Walaupun, kau kini mulai tak menyayangiku seperti dulu. Tapi, yakinlah nak, kasih sayangku akan selalu ada untukmu.'     

Pria itu melamun sejenak sebelum menstarter motornya. Beberapa menit kemudian, Pak Surya mulai melaju dan meninggalkan halaman rumah Saga yang megah. Ia ingin segera kembali ke rumahnya.     

***     

"Ayahmu sudah pulang kah?" tanya Bu Angel yang menyadari sang suami sudah tak terlihat di sini lagi.     

"Iya, bu. Ayah sudah pulang. Mungkin sepuluh menit yang lalu."     

"Oh, biarlah ayahmu pulang lebih dulu. Ibu masih ingin bersama dengan cucu ibu dulu di atas, ya." Bu Angel naik kembali ke atas kamar untuk menemui Alisa dan cucunya.     

Ingin sekali Bu Angel bisa menginap di rumah ini walau hanya semalam saja. Namun, ia merasa tak enak kalau sang suami melarangnya keras untuk bermalam di sini. Biar bagaimanapun, Bu Angel tetap patuh pada Pak Surya. Mungkin sebentar lagi, ia akan pulang dari sini.     

Bu Angel membuka kenop pintu dan bertemu kembali dengan Alisa. Sang menantu mulai melepaskan pernak-pernik yang ada di rambut, karena dirasa terlalu berat.     

"Sini, biar ibu bantu." Bu Angel menawarkan diri untuk membantu Alisa.     

"Terima kasih ya, bu."     

"Sama-sama, nak."     

Mereka berdua pun mulai mengobrol satu sama lain. Alisa dan Bu Angel bicara dengan nada pelan, takut kalau si kecil akan terbangun.     

"Ayah sudah pulang, bu?" tanya Alisa.     

"Iya nak, dia sudah pulang baru saja."     

Alisa tampak terdiam seketika. Bu Angel pun langsung bertanya padanya.     

"Memangnya kenapa, nak? Apa yang tengah kau pikirkan?"     

"Hm, apa mungkin ayah bisa menerimaku nanti sebagai menantu, bu?" tanya Alisa dengan hati-hati. Ia tak mau menyinggung perasaan ibu mertuanya juga.     

"Tentu saja, nak. Berdoa terus pada Tuhan, ya. Semoga doa-doamu itu lekas dikabulkan oleh-Nya." Bu Angel memamerkan deretan giginya yang putih bersih. Kemudian, tersenyum ke arah Alisa.     

"Iya, bu. Pasti."     

Setelah membantu Alisa melepaskan pernak-pernik di rambutnya, lalu Bu Angel mengajak Alisa bicara lagi.     

"Entah sudah ke berapa kali, ibu menegur ayah mertuamu itu untuk bisa menerimamu sebagai menantu, tapi dia masih tetap keukeuh tak mau. Jadi, ibu tak bisa berbuat banyak, nak."     

"Tak apa, bu. Jangan khawatirkan hal itu. Aku tidak apa-apa kalau masih tak disukai oleh ayah."     

Bu Angel mengusap-usap pundak sang menantu dengan lembut. Wanita yang sudah berusia empat puluh tahunan lebih itu terlihat menguatkan Alisa.     

"Percayalah pada ibu, suatu hari nanti ayahnya Saga bisa menerimamu sebagai menantu dan tak menganggapmu musuh lagi."     

Alisa hanya bisa terus berdoa dan bersabar untuk menunggu keajaiban itu datang padanya. Biar bagaimanapun, ia tak akan memaksakan kehendak. Biar waktu yang berjalan terus dan membuat Pak Surya menyukainya.     

"Terima kasih bu, karena sudah memberiku dukungan terus. Aku beruntung mempunyai ibu mertua sepertimu."     

Bu Angel langsung memeluk tubuh Alisa dengan erat. Sang menantu sangat baik padanya. Apa yang telah ia lakukan dulu, tak pernah dibalas oleh Alisa. Saga beruntung mempunyai istri sepertinya.     

"Iya nak. Hm, sepertinya ibu harus pulang dulu."     

"Mari kuantar, bu."     

"Tak usah. Kau tetap di sini saja menjaga Lisa "     

Bu Angel tak mau kalau Alisa repot-repot mengantarnya ke luar dalam berpakaian seperti ini. Gaun panjang yang terjuntai itu telah membatasi pergerakan langkahnya.     

"Ba-baiklah bu."     

Terlihat sang ibu mertua mulai melangkah menuju ke luar kamar. Ia hanya bisa menyaksikannya dari atas ranjang. Bu Angel tak mau diantar ke luar.     

"Semoga ibu baik-baik saja selama perjalanan."     

Saat di luar, Bu Angel terlihat mencari Saga. Matanya celingak-celinguk memantau sang anak. Ia ingin berpamitan padanya dulu sebelum pergi.     

"Saga!" teriak Bu Angel. Ia pun segera turun beberapa langkah lagi dari anak tangga.     

"Iya bu, kenapa?" Saga pun mendekati sang ibu.     

"Ibu pulang dulu, ya. Ibu tak bisa kalau meninggalkan ayahmu sendirian di rumah. Padahal ibu ingin sekali bisa bermalam di sini, walau satu hari saja."     

"Ya sudah kalau begitu. Kapan-kapan saja, bu. Ajak ayah juga untuk datang kemari dan bermalam di sini, ya."     

Saga mengantar sang ibu ke luar halaman. Pria itu terlihat sangat hormat pada Bu Angel.     

"Hati-hati di jalan, bu. Jangan ngebu, bawa mobilnya santai saja," ujar Saga.     

"Iya nak. Ya sudah, ibu pulang dulu ya."     

Saga melambai-lambaikan tangan ke arah sang ibu. Beberapa menit kemudian, mobil Bu Angel sudah terlihat ke luar dari halaman rumah.     

Hari ini, Saga merasa senang luar biasa, karena kedua orang tuanya juga turut hadir untuk meramaikan acara perayaannya malam ini. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata lagi selain ucapan syukur pada Tuhan.     

"Aku tahu, ayah pasti akan datang malam ini. Karena ayah tak mau membuatku kecewa sedikit pun. Dan, aku juga tahu, bahwa ayah masih belum bisa menerima Alisa dengan baik."     

"Tapi, tak mengapa. Kehadiran ayah malam ini saja sudah membuatku dan Alisa bahagia. Itu sama seperti telah memberi restu pada kami berdua, walaupun tak secara langsung."     

Setelah beberapa saat berada di luar, Saga pun akhirnya memutuskan untuk masuk. Menemui sang istri dan juga anaknya yang ada di dalam kamar. Acara malam ini juga sudah selesai.     

Pria itu melaju cepat menaiki tangga. Rasanya tak sabar lagi ingin menghabiskan sisa malam ini bersama Alisa di atas ranjang. Gelojak cintanya sudah mulai menggebu-gebu.     

Saat Saga sudah masuk ke dalam kamar, Alisa terlihat terkejut karena kedatangannya. Sang istri masih mengenakan gaun panjang tersebut.     

"Sayang, bantu aku," ucap Alisa memohon.     

"Bantu apa sayang?"     

"Bantu aku untuk melepaskan gaun ini. Tolong buka ritsleting-nya ya."     

Saga dengan cepat membantu keluhan sang istri tercinta. Ia menempelkan tubuhnya agar semakin dekat dengan Alisa. Aroma tubuh wanita itu sangat wangi, membuatnya betah berlama-lama di sisi Alisa.     

"Sayang, kau wangi sekali. Bisakah kita malam ini menghabiskan waktu bersama?" tanya Saga dengan pandangan menggoda.     

"Apa pun akan kulakukan untukmu sayang."     

Kalung berlian pemberian darinya terlihat berkilau di leher Alisa. Sang istri memang cocok mengenakannya.     

"Akhirnya, aku dapat jatah juga malam ini."     

"Kau akan selalu dapat jatahmu setiap malam, sayang." Alisa balas menggoda Saga.     

"Benarkah itu?" Kening Saga berkerut. Pria itu terlihat usil dengan mencubit pinggang sang istri. Membuat Alisa mengaduh sakit.     

"Tapi, yang jelas ... terima kasih banyak untuk malam ini sayang," ujar Alisa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.