Arrogant Husband

Kedatangan Pak Surya



Kedatangan Pak Surya

0Alisa tak kalah terkejutnya dengan Bu Angel. Wanita berparas cantik itu menatap lekat kepada seorang pria yang baru saja masuk ke dalam rumah. Mereka berdua tak bisa berkata apa-apa.     

Kemudian, Saga menghampiri mereka. Pria itu senang, akhirnya yang ditunggu-tunggu muncul juga.     

"Ayah, akhirnya kau datang juga ke sini," ucap Saga. Ia mempersilakan pada ayahnya untuk mencicipi makanan.     

"Iya. Ayah datang." Pandangan mata Pak Surya tak lepas dari Alisa dan bayi itu.     

Alisa tak menyangka, bahwa Pak Surya bisa datang kemari. Namun, pandangan pria itu menatap tajam ke arahnya dan juga sang anak. Bu Angel langsung menarik tangan suaminya untuk menjauh dari Alisa.     

"Ayah berubah pikiran ya, jadi datang ke sini? Tadi kan bilangnya tak mau ikut sama ibu?"     

"Iya. Ayah sudah berubah pikiran dan mau datang ke sini untuk melihat pesta perayaan mereka berdua."     

Bu Angel merasa was-was dengan tingkah sang suami. Namun, walaupun begitu, ia merasa senang karena Pak Surya bersedia untuk datang kemari.     

"Ya sudah. Ayah jangan mikir yang aneh-aneh ya di sini. Ibu tak mau kalau ayah sampai melakukan sesuatu pada Alisa," bisik Bu Angel tepat di telinga suaminya.     

"Memangnya ayah ada melakukan hal apa pada Alisa, tak ada kan?" tanya Pak Surya.     

"Kalau sekarang memang tak ada, tapi entah itu kalau nanti. Ibu tak akan tinggal diam, kalau ayah sampai membuat Alisa menitikkan air mata."     

Pak Surya terdengar mendengkus setelah diwanti-wanti oleh sang istri. Kemudian, Bu Angel segera berlalu dari hadapannya.     

'Aku sungguh tak terima melihat Saga dan wanita kampungan itu merasa bahagia malam ini. Akan kuhancurkan mereka semua, lihat saja nanti.'     

Saga dan Alisa sedang asyik bersama dengan anak mereka. Keduanya terlihat senang bukan main saat merayakan anniversary pertama ini. Malam pun semakin larut saja. Para tamu undangan, satu per satu mulai membubarkan diri. Saga sangat berterima kasih untuk kedatangan mereka semua.     

"Terima kasih karena Anda sudah datang kemari." Saga menjabat tangan pada beberapa orang yang terlihat membubarkan diri.     

Setelah itu, Saga menghampiri sang ayah yang berada di ambang pintu masuk. Kedua pria itu terlihat saling pandang.     

"Ayah tak makan?"     

"Tidak. Ayah sudah makan tadi di rumah."     

"Sedikit saja, yah. Ayo, makanlah sedikit."     

"Nanti saja, nak."     

Saga mengembuskan napas panjang. Ia tak bisa memaksakan kehendak pada sang ayah. Dari jauh, Alisa bisa melihat keduanya tengah bicara.     

Sambil menimang-nimang sang anak dalam pangkuan, Alisa meminta pada salah satu pelayannya untuk menemani Lisa di kamar. Ia merasa susah sekali bergerak karena memakai gaun panjang menjuntai ini.     

"Aku minta tolong, ya. Tolong tempatkan Lisa ke dalam keranjang, habis itu temani dia. Dan, kau jangan ke mana-mana," titah Alisa.     

"Baik, Nyonya."     

Alisa menyerahkan bayinya ke tangan pelayan. Wanita itu mulai menaiki anak tangga dengan pelan. Ia terus memandangi sang anak yang menuju ke kamar bersama dengan pelayan itu.     

Ingin rasanya Alisa bergabung dengan Saga dan juga ayah mertuanya. Namun, itu semua mustahil. Pria paruh baya itu tak pernah menginginkan kehadirannya. Alisa tahu diri, siapa ia sebenarnya.     

"Nak?" panggil Bu Angel yang tiba-tiba berada di sampingnya.     

"Ibu?"     

"Kau kenapa melamun?"     

"Tidak apa-apa, bu."     

"Jujurlah sama ibu, nak. Jangan ada yang ditutupi seperti ini."     

"Hm, aku ingin menemui mereka berdua bu. Berada di tengah-tengah antara Saga dan juga ayah. Tapi, itu rasanya tak mungkin."     

"Kenapa tak mungkin? Ayo, coba saja sana." Bu Angel mengajaknya untuk ke sana, berbincang bersama dengan Saga dan juga Pak Surya. Namun, Alisa merasa takut.     

"Aku tak mau, bu. Aku takut ke sana."     

"Jangan takut nak. Ada ibu bersamamu. Ayoo."     

Bu Angel tetap keukeuh mengajak Alisa untuk menghampiri Saga dan juga Pak Surya. Ia tahu, bahwa sang menantu sangat takut dengan suaminya.     

Kemudian, Alisa mendadak canggung, ketika sudah berada di antara Saga dan Pak Surya. Ia terlihat diam saja dan tak ingin bicara apa pun. Delikan mata Pak Surya tengah menatapnya dengan tajam.     

'Mau apa sih dia mendekat ke sini?'     

Pak Surya tak menyukai kalau ada Alisa di dekatnya. Ini pasti ulah sang istri, yang memang sengaja membawa wanita itu ke hadapannya sekarang.     

'Ini pasti ulahnya ibu. Awas saja nanti kalau sudah di rumah, ya.'     

"Sayang? Kenapa diam saja?" tanya Saga pada sang istri.     

Bu Angel menyuruh menantunya untuk buka suara. Niatnya ke sini hanya ingin membuat Alisa tak merasa takut lagi dengan suaminya.     

"Jangan diam seperti itu terus, nak. Bicaralah dengan kami."     

"I–iya, bu."     

"Apa kau merasa capek sayang? Kalau capek, mari kuantar ke kamar saja, ya. Biar kau istirahat lebih dulu."     

Alisa pun menurut saja, daripada ia harus melihat tatapan kebencian dari Pak Surya. Percuma saja, ayah mertuanya itu tak pernah menganggapnya ada.     

"Baiklah sayang. Tolong bantu aku, ya."     

Sepasang suami istri itu terlihat berjalan pelan menaiki anak tangga. Setelah keduanya sudah naik, Bu Angel ingin bicara sesuatu pada suaminya.     

"Ibu mau bicara sesuatu sama ayah."     

"Bicaralah."     

"Buka hati ayah sedikit saja untuk Alisa. Kasihan dia. Dia hanya ingin kenal lebih jauh sama ayah aja. Tapi, respons ayah cuek dan sadis begini."     

Sang suami terlihat mengibas-ngibaskan tangan ke wajahnya. Membuat Bu Angel sangat geram. Andai saja saat ini mereka berdua ada di rumah, maka adu mulut pun tak terelakkan lagi. Keduanya akan saling melontarkan kata dan tak ada yang mau mengalah. Akhirnya, Bu Angel menjauh dari hadapan Pak Surya.     

'Aku ingin sekali menculik bayi itu secara diam-diam. Tapi, bagaimana caranya? Aku masih belum menemukan cara yang betul-betul matang.'     

Beberapa saat kemudian, muncullah Saga. Sang anak terlihat menghampirinya kemari. Pak Surya bersikap seperti biasa saja, seolah tak pernah berdebat dengan sang istri sebelumnya.     

"Nak, sebentar lagi ayah akan pulang, ya."     

"Kenapa ayah buru-buru sekali ingin pulang? Baru saja ayah datang kan?"     

"Iya nak. Maafkan ayah, ya. Ayah tak bisa lama-lama soalnya."     

"Baiklah yah. Ayah datang ke sini naik apa?"     

"Naik moge kesayangannya ayah. Ayah merasa rindu naik motor lagi, makanya datang ke sini naik itu."     

Lantas, Pak Surya pun pamit pada Saga untuk pulang ke rumah. Ia meninggalkan sang istri yang masih betah di sini bersama dengan cucu kesayangannya itu. Daripada makan hati terus-menerus di sini, lebih baik Pak Surya pulang saja.     

Tujuannya kemari yaitu satu, untuk memenuhi suruhan Saga. Pak Surya jadi tak tega sendiri, saat sang anak memintanya untuk datang malam ini. Meskipun, Pak Surya tak bisa menerima Alisa, tapi ia datang ke sini hanya untuk Saga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.