Arrogant Husband

Bu Angel Memilih Pulang



Bu Angel Memilih Pulang

0"Ibu belum tidur juga?"     

Saga masuk perlahan ke kamar sang ibu. Ternyata Bu Angel masih belum tidur juga. Ia pun menghampiri ibunya dan duduk di tepian ranjang. Pria itu menatap Bu Angel dengan tatapan penuh selidik.     

"Belum, Nak. Ibu masih belum ngantuk." Bu Angel melebarkan senyuman, kala menatap sang anak.     

"Apakah ada yang Ibu pikirkan?" Saga bertanya pada Bu Angel.     

Gelengan kepala dari Bu Angel membuat Saga ragu. Ia yakin, pasti ibunya tengah memikirkan sesuatu. Namun, sang ibu tak ingin berkata terus terang padanya.     

"Mending Ibu tidur aja, ya. Udah malam soalnya. Ibu jangan begadang." Saga perlahan membujuk Bu Angel agar mau tertidur. Ia tak ingin, kalau ibunya memikirkan sesuatu dan malah menjadi beban pikiran.     

"Ya sudah, Nak. Kau tidur juga, ya."     

"Iya, Bu."     

Saga menaikkan selimut hingga batas dagu sang ibu. Kemudian, pria itu ke luar perlahan dari kamar. Setelah Saga ke luar dari kamar, Bu Angel masih juga belum tidur. Ia tengah memikirkan keadaan sang suami yang berada di sana. Apakah dirinya telah lalai dalam mengurus suami?     

Namun, Bu Angel masih merasa kecewa pada suaminya. Pak Surya telah membuatnya menangis dan juga sakit hati.     

"Ayah gimana ya keadaannya di sana? Sudah makan apa belum? Biasanya aku selalu membuatkan makanan untuknya."     

Kekhawatiran itu masih terlihat jelas dari raut wajah Bu Angel. Ia sangat cemas dengan suaminya di sana. Mungkin besok ia akan berpikiran untuk pulang saja dari rumah Saga. Tak nyaman rasanya kalau jauh-jauh dari Pak Surya.     

"Ibu tak sanggup kalau harus jauh-jauh dari ayah. Sebenarnya ibu masih kecewa, tapi tak mungkin jika seorang istri tak melayani suaminya di rumah."     

Wanita paruh baya itu akhirnya memutuskan untuk tidur. Besok pagi, ia akan minta izin pada Saga dan juga Alisa untuk pulang saja ke rumah.     

***     

Sebagai seorang istri, Alisa melayani sang suami untuk siap-siap berangkat ke kantor. Ia merapikan dasi kerja milik Saga dengan telaten. Dijinjingnya tas berwarna hitam legam itu. Sebelum sepasang suami istri itu turun ke bawah, Saga lebih dulu pamitan dengana sang anak yang masih terlena tidur.     

"Nak, Ayah berangkat dulu, ya. Jangan rewel sama ibu di rumah." Saga menatap anaknya dengan penuh kekaguman. Bocah kecil bak malaikat ini telah hadir dalam kehidupannya bersama dengan Alisa.     

Alisa melihat kedekatan suami dan anaknya dengan pandangan kagum. Meskipun, bayi itu bukan anak kandung Saga, tapi pria itu amat sayang padanya. Rasa sayangnya sama besar pada Alisa.     

Sepasang suami istri itu lalu melangkah ke luar dari kamar. Saga dan Alisa berjalan bersisian. Wanita itu membawa tas kerjanya menuju ke ruang makan.     

"Nanti aku siapkan sarapan dulu, ya," ujar Alisa.     

"Iya sayang."     

Namun, mereka berdua dikejutkan dengan Bu Angel yang sedang membawa koper dari kamar tamu. Saga dan Alisa pun buru-buru menuruni anak tangga. Sedang apa Bu Angel membawa koper ke luar.     

"Ibu!" teriak Saga.     

Bu Angel seketika menoleh ke arah sang anak dan juga menantunya. Langkah kakinya terhenti ketika melihat mereka berdua.     

"Ibu mau ke mana? Kok bawa koper segala?" Alisa bertanya pada sang ibu mertua.     

"Ibu mau pulang ke rumah saja," ujarnya.     

"Loh, kok pulang bu? Aku tak mau kalau ibu bersedih lagi gara-gara ayah di rumah." Saga tetap tak membiarkan Bu Angel untuk pergi dari sini.     

"Maaf nak, tak bisa. Ibu harus pulang sekarang juga. Ibu selalu kepikiran tentang ayahmu. Biar bagaimanapun, kami masih sah menjadi suami istri. Tak baik rasanya, kalau ibu tak melayani ayahmu di rumah." Bu Angel menjelaskan panjang lebar di hadapan Saga dan juga Alisa.     

Saga tak bisa melarang kepergian sang ibu. Bu Angel pamit dengan mereka berdua sambil membawa kopernya. Saga dan juga Alisa mengantar kepergian Bu Angel menuju halaman depan.     

"Baiklah, kalau begitu. Hati-hati, Bu. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi aku."     

"Iya, Nak."     

Bu Angel lekas masuk ke dalam mobil. Saga yang melihat itu tak bisa berbuat banyak. Itu semua karena keinginan ibunya yang hendak pulang ke rumah. Mobil itu melaju meninggalkan halaman rumah.     

Saga hanya bisa termangu di tempat. Ia merasa tak berdaya saat melihat wajah ibunya seperti tadi. Terlihat masih kecewa, tapi sang ibu masih mengedepankan kewajibannya sebagai istri. Betapa Pak Surya beruntung mempunyai istri seperti Bu Angel.     

Saat Alisa hendak ke dalam untuk menyiapkan sarapan untuk dibawa oleh suaminya, tiba-tiba saja Saga menarik pergelangan tangannya. Membuatnya menoleh seketika.     

"Kenapa?" Alisa bertanya sekaligus berkejut dengan sang suami.     

"Tak usah repot-repot menyiapkan sarapan untukku, sayang. Biar nanti aku makan di kantin kantor saja," ujarnya.     

"Ba–baiklah, sayang."     

"Ya sudah, aku berangkat ke kantor dulu." Saga lekas mencium kening Alisa sebelum masuk ke dalam mobil. "Jangan pergi ke mana-mana dan tetap berada di rumah saja. Kalau perlu apa-apa suruh mereka saja atau hubungi aku."     

"Iya sayang. Hati-hati di jalan dan jangan lupa makan."     

Alisa memperhatikan kepergian suaminya yang mulai melaju mengendarai mobil. Ia yakin, pasti Saga langsung tak karuan rasa ketika Bu Angel mendadak memilih pergi saja dari rumah ini. Wajah sang suami pun terlihat muram. Namun, Saga tak memberitahukan kegundahan hatinya pada Alisa.     

"Aku yakin, kau pasti memikirkan ibumu. Kau tak ingin ibu pulang lebih cepat, karena peduli dengan keadaannya."     

Beberapa saat setelah berdiri di halaman rumah, Alisa memilih untuk masuk ke dalam. Ia ingin sarapan terlebih dulu sebelum menjaga sang anak. Wanita berparas cantik itu merasa lapar dan langsung menuju ke meja makan. Beberapa pelayan kemudian tiba dengan cepat di hadapannya.     

"Tolong buatkan aku sarapan ya, Bi. Aku merasa lapar."     

"Baik, Nyonya."     

Alisa menunggu beberapa saat sampai makanan itu terhidangkan di atas meja. Pikirannya masih tak bisa lepas dari Bu Angel. Sang ibu mertua masih memikirkan Pak Surya di sana. Apa yang diucapkan oleh Bu Angel ada benarnya juga. Wanita itu lebih mementingkan kewajibannya sebagai istri.     

Ia merasa kagum dengan sosok Bu Angel. Perlahan-lahan, wanita paruh baya itu berubah menjadi baik. Alisa pun merasa nyaman sekarang bersama Bu Angel.     

Tak lama kemudian, akhirnya makanan sudah tersaji di atas meja. Nasi goreng dengan telur ceplok, serta sayur-mayur tampak menghiasi piring makan. Ada juga buah-buahan yang segar juga tak ketinggalan di atas meja.     

"Silakan dimakan, Nyonya."     

"Terina kasih, ya." Alisa melebarkan senyuman manis pada pelayannya.     

Alisa makan dengan lahap dan tak ingin berlama-lama. Setelah ini, ia akan menjaga sang anak yang ada di dalam kamar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.