Arrogant Husband

Alisa Bisa Melupakan Masa Lalu



Alisa Bisa Melupakan Masa Lalu

0Setelah Joseph pulang, ia pun segera masuk ke dalam dan menghampiri sang istri. Pasti Alisa masih bersedih di kamar. Ia dengan cepat berlari dan menaiki anak tangga.     

Saga langsung membuka pegangan pintu dengan cepat dan mendapati sosok istrinya sedang duduk dalam keadaan masih menangis seperti tadi. Alisa rupanya belum bisa melupakan kejadian itu. Saga pelan-pelan akan bicara dengan istrinya.     

"Sayang, jangan memikirkan hal itu. Percayalah, di balik rasa sakitmu itu, semua sudah diatur oleh Tuhan. Tuhan ingin kau menjadi wanita yang lebih kuat lagi."     

Semua akan indah pada waktunya. Dan, mereka harus bersabar. Saga selalu membuat Alisa merasa tenang. Sehingga, wanita itu mulai menyeka air matanya sendiri dan berhenti menangis.     

Pria di sampingnya merasa senang, karena telah berhasil membuatnya tersenyum kembali. Alisa berterima kasih pada suaminya.     

"Ayo, sebentar lagi kau akan berangkat kerja kan?"     

"Aku harus melihat kau tersenyum dulu, baru bisa ke kantor."     

"Baiklah kalau begitu. Ini senyumanku." Alisa tersenyum lebar dan menampilkan deretan gigi-giginya yang putih bersih. Diiringi oleh canda tawa dari keduanya.     

"Nah, gitu dong. Kau memang istriku yang paling cantik." Saga langsung mencubit pipi Alisa karena merasa gemas. Sang istri memang selalu bisa membuatnya merasa bahagia.     

Alisa berdiri dan tampak menyiapkan jas kerja untuk Saga. Kemudian, membantu memasangkan dasi kerja terlebih dahulu di leher sang suami.     

"Aku tak ingin melihat kau bersedih. Kau harus tersenyum senang seperti ini."     

"Iya sayang," ucap Alisa.     

"Janji ya? Jangan bersedih lagi."     

Anggukan kepala dari Alisa membuat Saga merasa lega. Akhirnya, ia bisa pergi ke kantor dengan tenang. Wanita itu bisa mengontrol emosi sendiri. Meskipun Saga tahu, bahwa ini semua memang tak mudah.     

Saga sudah tampak rapi dan siap untuk bekerja. Namun, tiba-tiba saja bayi mereka menangis. Alisa dan Saga langsung menghampiri ke keranjang.     

"Anak ibu haus, ya?" Alisa dengan perlahan mengangkat sang anak dalam pelukannya. Ia ingin memberikan ASI untuk si kecil. Saga yang melihat itu merasa senang, beruntung mempunyai istri yang siap siaga.     

Saga menunda dulu untuk melangkah ke luar. Ia ingin melihat istri dan anaknya seperti ini.     

"Sayang, maaf ya. Aku harus menyusui Lisa dulu."     

"Iya sayang. Tidak apa-apa. Dia lebih membutuhkanmu daripada aku."     

Beberapa saat kemudian, Alisa sudah selesai menyusui si kecil. Ia pun mengajak Saga ke luar dari kamar. Tak lupa mengucapkan terima kasih pada sang suami karena sudah mau menunggunya lumayan lama di kamar.     

"Oh ya, biar pelayan saja yang menyiapkan sarapanku. Kau urus saja Lisa, sayang.     

Dalam gendongan Alisa, ada sang anak yang terlihat membuka mata. Si kecil masih belum tidur lagi. Membuatnya agak kesulitan untuk mengurus Saga sekarang.     

Kemudian, pelayan pun datang membawa sarapan milik Saga. Pria itu tak dibuat lama menunggu. Dua lembar roti dan selai cokelat, dengan ditambah segelas susu cair, telah terhidang di atas meja Saga.     

Alisa duduk di samping Saga sambil menggendong sang anak. Ia menatap suaminya yang lahap makan.     

"Kau jangan lupa sarapan setelah ini ya, sayang."     

"Iya sayang. Tenang saja."     

Saga sudah selesai sarapan pagi dengan ditemani oleh Alisa dan juga anaknya. Pria itu bangkit berdiri dan melangkah bersama menuju ke halaman. Di mana, mobil sudah terparkir di depan.     

"Ya sudah, aku berangkat ke kantor dulu, ya."     

Tak lupa sebelum berangkat ke kantor, Saga terlebih dulu mencium kening sang istri cukup lama. Kemudian, ciumannya beralih pada si kecil yang masih juga terbangun.     

Saga bergegas untuk menuju ke kantor. Sekarang pria itu sudah duduk di kursi kemudi. Alisa terlihat tersenyum ketika mobil sang suami mulai bergerak perlahan. Mobil itu akhirnya sudah benar-benar pergi.     

Wanita berparas cantik dan berambut panjang itu, akhirnya melangkah masuk ke dalam rumah. Ia ingin naik ke atas bersama dengan Lisa. Menghabiskan waktu lebih banyak bersama dengan anak, memang sangat berharga. Alisa sangat menyayangi bayi itu layaknya anak kandung sendiri.     

Setelah sampai di dalam kamar, Alisa kembali menimang-nimang bayinya lagi sampai tertidur pulas. Setelah itu, ia akan sarapan sebentar di ruang makan.     

"Sayang tidur, ya."     

Setelah beberapa saat kemudian, si kecil mulai terpejam matanya. Akhirnya, Alisa merasa lega juga melihat si kecil kembali tidur dengan pulas. Wanita itu meletakkan bayinya dalam keranjang.     

"Semoga ibu selalu bisa menjagamu dengan baik selamanya. Jangan pernah tinggalkan ibu ya, Nak. Ibu dan ayah sangat menyayangimu." Alisa merasa takut kalau ada yang ingin mengusik ketenteraman keluarga kecilnya. Apalagi ada bayi ini bersama dengannya.     

Semoga saja rumah tangga Alisa dan Saga akan baik-baik saja, serga berjalan dengan penuh harmonis. Keluarga kecil yang ia punya saat ini, merupakan bentuk kasih sayang Tuhan padanya. Benar kata Saga, semua akan indah pada waktunya.     

Alisa melangkah perlahan menuju ke luar kamar. Ia ingin sarapan pagi terlebih dahulu di dapur. Meninggalkan sebentar Lisa sementara makan sebentar.     

Alisa menuruni anak tangga dengan perlahan. Wanita berparas cantik itu segera menuju ke dapur. Tampak pelayannya sangat ramah menyambutnya.     

"Nyonya, mau sarapan ya?" tanya salah satu pelayannya.     

"Iya, Bi. Tolong buatkan ya. Aku lapar."     

"Baik, Nyonya."     

Pelayan itu segera menyiapkan makanannya, sedangkan Alisa duduk sendirian di meja makan. Pikirannya kembali teringat dengan perkataan Joseph tadi. Harusnya, ia tak berlama-lama berlarut dalam kesedihan seperti ini. Ia sudah mempunyai seorang anak sekarang. Masalah yang dulu biarlah berlalu.     

Beberapa menit kemudian, makanan sudah terhidangkan di atas meja. Alisa tak lupa mengucapkan terima kasih pada pelayannya.     

"Terima kasih, ya, Bi."     

"Sama-sama, Nyonya. Selamat makan."     

***     

Joseph baru saja pulang dan langsung menuju ke kamarnya. Pria itu harus lebih banyak bersabar lagi untuk mengungkap kebusukan Reva.     

"Aku harus mematuhi perkataan Saga. Aku harus bisa bersabar sedikit lagi."     

Pria itu mematuhi ucapan Saga. Ia akan bersabar lagi, seperti yang Saga ucapkan tadi. Reva memang sangat pintar dan licik. Maka dari itu, ia harus hati-hati dalam bertindak.     

"Kali ini, kau bisa lolos dariku, Va. Tapi, nanti ... kau tak akan lolos."     

Joseph sudah berjanji, sebelum Reva menikah dengan Agam, ia harus bisa membongkar semua rahasia wanita itu. Ia tak akak membiarkan Reva meneguk madu asmara bersama dengan Agam. Bukan berarti Joseph merasa cemburu, tapi karena ingin balas dendam saja atas apa yang sudah dilakukannya.     

"Kau akan menerima akibatnya, Va. Kau harus sakit hati, sama seperti yang aku rasakan."     

Pria itu mengepal tangannya dengan kuat. Mengingat Reva, hatinya semakin terasa panas. Ingin sekali, ia menghancurkan kebahagiaan wanita itu sekarang juga. Namun, sepertinya Joseph harus bersabar lagi untuk itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.