Arrogant Husband

Masih Punya Hati



Masih Punya Hati

0"Jo?"     

Reva melihat Joseph yang sedang menungguinya di rumah sakit. Wanita cantik itu tak menyangka, bahwa Joseph akan membawanya kemari.     

Tiba-tiba, Joseph perlahan bangun dari tidurnya. Ia mendapati Reva yang sudah sadarkan diri.     

"Kenapa kau membawaku kemari?" tanya Reva.     

"Aku masih punya hati dan tidak sejahat dirimu."     

Reva lalu terdiam saat dikatai oleh Joseph. Pikirannya pun langsung tertuju dengan bayi itu. "Bayi itu di mana?" Reva bertanya lagi.     

"Dia sudah aman bersama dengan orang tuanya." Joseph berucap dengan terus terang, bahwa saat ini bayi itu telah bersama dengan Saga dan Alisa.     

'Sial! Saga sudah mengambil bayi itu dariku.'     

Reva masih saja kesal. Ia tak bisa membawa bayi itu kabur bersamanya. Malah dirinya yang justru mengalami kecelakaan.     

"Sudahlah, biarkan saja Saga dan Alisa bahagia. Kau tak usah mengganggu hubungan mereka lagi."     

"Aku juga tak bermaksud untuk mengganggu rumah tangga mereka. Tapi–" Tak mungkin Reva mengatakan yang sebenarnya, bahwa ia disuruh oleh Pak Surya untuk melakukan hal ini. Uang bayaran pun sudah diterimanya dengan baik.     

"Tapi apa?" Joseph sangat penasaran dengan kelanjutan ucapan Reva. Ia masih menunggu jawaban dari wanita itu.     

"Ah, sudahlah. Itu tak penting!"     

Reva ingin segera pulang dari rumah sakit ini. Ia buru-buru turun dari brankar. Joseph menyuruhnya untuk tetap berada di sini dan istirahat. Namun, wanita itu jelas menolak dan tak mau.     

"Jo, tak usah kau pedulikan aku lagi. Aku bisa sendiri!" Reva berkata dengan lantang pada Joseph tanpa mengucapkan terima kasih.     

Joseph hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Reva yang masih saja sama seperti dulu. Wanita itu tak berubah sedikit pun. Masih keras kepala sama seperti dulu.     

"Dasar tak tahu terima kasih! Untung sudah aku tolong." Joseph membiarkan saja Reva pergi dari rumah sakit ini. Ia sudah tak peduli lagi dengan wanita itu.     

Reva berjalan dengan langkah gontai untuk melangkah ke parkiran. Ia lupa bahwa saat ini mobilnya pasti masih ada di tempat kecelakaan malam tadi.     

"Aku kan dibawa oleh Joseph. Mobilku sekarang tak ada. Aku pun lupa membawa tas dan dompet."     

Wanita itu merasa kesal bukan main. Apa yang harus Reva lakukan sekarang. Nasib sial ternyata telah menimpanya hari ini. Ia melirik jam yang masih melingkar di tangan kiri. Ternyata sudah pukul setengah enam pagi.     

Terpaksa Reva harus berjalan kaki seorang diri menuju rumah. Dengan langkah tempuh yang sangat jauh.     

"Mau pulang?" tanya Joseph yang tiba-tiba sudah berada di samping Reva.     

"Memangnya kenapa?" Reva menjawab dengan nada ketus.     

"Aku ingin mengantarmu pulang."     

"Kenapa kau masih peduli padaku?"     

"Karena aku masih punya hati. Kalau aku berlaku jahat dan membalas perbuatanmu, apa bedanya kita berdua?" Joseph tak akan pernah lupa dengan kejadian, di mana Reva telah melukainya waktu itu.     

Joseph berusaha untuk berpikir dewasa. Ia tak mau membalas perlakuan jahat Reva. Sekarang dirinya ingin menolong wanita itu lagi untuk mengantarkan pulang ke rumah.     

"Mau atau tidak? Kenapa hanya diam saja?"     

"Ya sudah. Antarkan aku pulang ke rumah!"     

Joseph dan Reva melangkah bersama menuju ke dalam mobil. Pria itu akan mengantarnya pulang ke rumah.     

***     

Saga sampai sekarang masih belum bangun juga. Mungkin karena pria itu merasa lelah karena begadang malam tadi. Alisa jadi tak tega untuk membangunkannya. Biar bagaimanapun, karena usaha dan kerja keras Saga sudah membuahkan hasil.     

"Kasihan sekali suamiku. Dia sangat lelah sekarang," ucap Alisa yang masih berada di atas ranjang.     

Jarum jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Namun, sampai sekarang Saga masih belum bangun.     

"Bangun tidak, ya?"     

Suara dengkuran Saga pun masih jelas terdengar. Sang suami masih merasa nyaman dalam tidurnya. Alhasil, Alisa pun tak ingin mengganggu kenyamana Saga.     

"Dia kan bos di perusahaannya sendiri. Jadi, tak mengapa kalau dia terlambat sedikit nanti."     

Tak lama setelah Alisa berucap seperti tadi, terlihat Saga yang menggeliat di atas tempat tidur. Tangan Alisa terjulur untuk menyentuh lengan sang suami.     

"Sayang?" panggil Alisa dengan lembut.     

Saga langsung menoleh ke arah Alisa. Pria itu mengerjap-ngerjapkan mata dan berusaha untuk mengumpulkan nyawa. Melihat wajah sang istri yang cantik, membuat Saga perlahan duduk.     

"Iya sayang?"     

"Kau masih lelah, ya?"     

"Tidak sayang. Aku tak merasa lelah lagi karena sudah memandang wajahmu yang cantik." Saga menggombali sang istri.     

Wajah Alisa langsung bersemu merah karenanya. Sang suami selalu saja bisa membuatnya seperti ini.     

"Aku bertanya serius. Jangan menggombal seperti itu."     

"Yah, maafkan aku sayang. Tapi, aku berkata jujur kok. Rasa lelahku sudah hilang karena disambut oleh dirimu."     

Sepasang suami istri itu lalu menyempatkan untuk berciuman. Saga meraih tubuh Alisa dan mendekapnya dengan erat. Mereka saling menautkan bibir dengan mesra. Hari-hari yang mereka lewati sangatlah berat. Sekarang saatnya untuk mereka bersantai sejenak.     

Kedua tangan Saga sambil meremas-remas bukit kembar milik sang istri. Alisa merasakan sentuhan tiap sentuhan dari suaminya dengan penuh kehangatan. Mereka berdua masih larut dalam gelora asmara.     

Hingga Saga lupa untuk segera mandi karena tengah menghabiskan waktu bersama dengan Alisa. Wanita itu juga merasakan hal yang sama. Mereka masih merasa nyaman saat seperti ini.     

"Sayang, terima kasih ya."     

"Terima kasih untuk apa sayang?" Saga menghentikan sejenak aktivitasnya untuk meremas-remas bagian dada sang istri.     

"Karena kau sudah berusaha keras untuk mendapatkan anak kita kembali."     

Saga pun terdiam sejenak. Ia ingin bicara jujur dengan Alisa. Padahal yang sudah menemukan bayi mereka adalah Joseph. Kalau bukan pria itu, mungkin Saga masih belum tahu dengan keberadaan anaknya.     

"Sebenarnya yang telah menemukan anak kita bukan aku, tapi Joseph. Dia yang mengabariku malam tadi bahwa sudah menemukan anak kita. Dia juga memberiku sebuah alamat dan aku langsung datang ke tujuan."     

"Kalau begitu, aku harus mengucapkan terima kasih pada Joseph nanti."     

"Dan, kau mau tahu, siapa pelakunya yang sudah menculik anak kita?"     

"Siapa sayang?"     

"Reva orangnya."     

Alisa cukup terkejut karena nama itu disebut. Ia pikir, Reva sudah tak bisa berbuat jahat lagi. Namun, sepertinya wanita itu tak jera untuk berbuat seperti ini.     

"Aku kira, bukan dia orangnya."     

"Makanya, kau jangan pernah dekat-dekat dengan Reva lagi mulai sekarang. Kau paham sayang?" Saga menyuruh sang istri untuk tak berteman lagi dengan Reva.     

"Iya sayang. Aku paham."     

Saga tersenyum senang karena sang istri sudah paham dengan maksud ucapannya. Ia yakin, Alisa pasti selalu menurut.     

"Jangan sampai kita berdua kehilangan anak lagi," ujar Saga dengan tegas.     

"Iya sayang, pasti."     

Mereka berdua tak akan pernah membiarkan satu orang pun menyentuh sang anak. Kalau sampai hal itu terjadi, maka Saga dan Alisa tak akan pernah tinggal diam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.