Arrogant Husband

Ketulusan Cinta



Ketulusan Cinta

0"Terima kasih ya, Nin. Kau sudah mau menerimaku sebagai kekasihmu." Mata Agam berkaca-kaca dan siap meneteskan air mata. Ia terharu karena wanita yang dicintainya mau menerimanya sebagai kekasih.     

"Iya, Sayang. Sama-sama."     

"Padahal aku hanyalah pria biasa. Jauh sekali dari kemewahan."     

"Bukan itu yang aku cari Gam. Tapi, kasih sayang yang tulus dan juga cinta yang besar. Dan, aku melihat itu ada pada dirimu."     

Senyum tersungging dari sudut bibir Nina. Ia lebih mengutamakan sebuah rasa daripada kemewahan.     

"Harta bisa dicari, Gam. Tapi, kalau setia dan ketulusan terhadap pasangan sangat sulit dicari."     

Agam pun langsung memegang kedua tangan Nina dan berjanji tak akan berkhianat dengannya. Ia akan selalu setia sampai akhir hayat. Tak ada wanita lain yang mampu singgah dalam hatinya.     

"Aku sangat beruntung mendapatkan wanita seperti dirimu, Nin. Kau tak memandang sebuah harta. Yang kau cari hanya ketulusan."     

Agam mengusap-usap punggung tangan Nina dengan lembut. Nina bahkan membiarkan saja tangannya dielus seperti itu. Ia yakin bersama dengan Agam bisa membangun bahtera rumah tangga.     

Keduanya berharap bahwa cinta ini akan sampai akhir hayat. Saling setia dan tak akan ke lain hati.     

"Apakah suatu hari nanti kau mau menikah denganku, Nin?" tanya Agam yang ingin tahu jawaban dari Nina.     

"Tentu saja aku mau. Aku tak akan pernah menolak untuk menjadi istrimu nanti," balas Nina dengan perasaan yang luar biasa.     

Agam sangat lega sekarang. Hari ini memang telah berpihak padanya. Semua yang baik di hari ini, membuat rencananya berjalan lancar.     

Mereka berdua saling mengobrol lagi. Dan, tak terasa sudah menjelang senja. Maka dari itu, Nina akan segera pulang ke rumah.     

"Gam, aku pamit pulang dulu, ya. Besok kita akan bertemu lagi di kantor." Nina beranjak dari kursi dan bergegas ke halaman.     

Agam mengantarkan Nina menuju ke arah mobil. Lantas, wanita itu masuk ke dalam dan sudah duduk di balik kemudi. Sebentar lagi, Nina akan segera pulang.     

"Hati-hati di jalan, ya, Sayang." Agam melambaikan tangan ke arah Nina.     

"Iya, Sayang. Aku pulang dulu."     

Akhirnya, mobil yang dikemudikan oleh Nina sudah melesat pergi. Agam pun segera masuk ke dalam dan akan mandi, karena sejak datang ke rumah, ia hanya bicara saja dengan sang kekasih di ruang tamu. Hari ini benar-benar membuatnya sangat bahagia.     

***     

"Sayang, bagaimana kerjaan di kantor tadi?" tanya Alisa yang duduk di sebelah Saga. Sang suami baru saja pulang ke rumah.     

"Lancar-lancar saja, Sayang."     

"Syukurlah kalau begitu."     

"Aku ada kabar gembira untukmu," ucap Saga kepada sang istri.     

Alisa pun penasaran dibuatnya. "Apa itu?"     

"Agam punya pacar sekarang. Akhirnya, dia sudah bisa melupakan Reva." Saga turut senang dan lega karena sang sahabat sudah tak mengingat Reva lagi.     

Alisa pun turut senang mendengar kabar ini. Ia mendoakan agar Agam dan juga kekasihnya itu selalu bahagia.     

"Iya, Sayang. Semoga saja itu jodohnya Agam dan mereka berdua akan cepat menikah."     

"Aamiin."     

Saga merangkul sang istri dalam dekapan. Akhirnya, hari-hari yang berat dan melelahkan sudah mereka lalui bersama. Masa-masa sulit mampu membuat mereka bangkit dan kuat.     

Saga dan Alisa yakin, di setiap cobaan atau musibah yang datang, pasti akan ada hikmah di balik itu semua. Keduanya sangat yakin dengan kuasa Tuhan.     

"Sayang, semoga cinta kita akan abadi sampai akhir hayat kelak." Saga langsung mencium punggung tangan Alisa dengan mesra. Sang istri sangat senang diperlakukan seperti ini.     

"Iya sayang. Aku tak bisa hidup tanpamu."     

Mereka berpelukan mesra. Dua sejoli itu lalu sama-sama merebahkan tubuh di atas ranjang. Keduanya saling tatap-menatap.     

Saga selalu merasa terpesona akan kecantikan Alisa. Ia beruntung bisa mendapatkan sosok wanita seperti ini.     

"Kau ini sudah cantik, baik hati, setia padaku, dan masih banyak hal ajaib lainnya. Jadi, tak mungkin aku bisa melepaskanmu."     

"Kau ini bisa saja, Sayang." Alisa tiba-tiba mencubit hidung bangir milik Saga.     

Dicubit oleh sang istri malah membuat Saga merasa dimanjakan. Wanita itu berkali-kali mencubit hidungnya. Saga hanya membiarkan saja karena terpesona dengan tawa dan senyum Alisa.     

"Cubit saja hidungku, Sayang. Aku pasrah. Asal aku bisa melihat senyum indahmu terus seperti ini."     

"Kau gombal!" Alisa memukul pelan pergelangan tangan Saga. Hingga sang suami terkekeh.     

"Aku bicara apa adanya, Sayang."     

"Ya sudah. Lebih baik kau segera mandi saja." Alisa menyuruh sang suami untuk membersihkan diri, karena sejak tadi Saga langsung merebahkan diri di atas ranjang.     

"Sebentar lagi. Aku masih ingin bermanja-manja denganmu." Saga agak menunda untuk mandi karena ingin bersama dengan sang istri.     

Mereka pun berpelukan di atas ranjang. Saga dan Alisa masih terus dalam posisi seperti ini. Hingga pada akhirnya, senja pun datang, Saga tak mandi juga.     

"Sayang, ayolah. Mandi sana!"     

"Sebentar lagi. Aku ingin bersamamu dulu sekarang. Tak bau juga, kan?"     

"Siapa bilang tak bau? Kau sungguh bau sekarang." Alisa mengibaskan tangannya ke arah Saga.     

Wajah Saga jadi masam seketika karena sang istri yang menggodanya. Alisa tertawa puas dan menatap sang suami dengan penuh kemenangan.     

"Aku hanya bercanda, Sayang. Sana! Mandi cepat!"     

"Hm, baiklah kalau begitu." Saga bangkit dan berdiri dengan pelan. Pria itu menuju ke arah lemari dan mengambil handuk.     

Alisa menatap sang suami yang terlihat ogah-ogahan. Ia tertawa melihat tingkah suaminya sendiri. Saga kini sudah masuk ke dalam kamar mandi.     

"Ada-ada saja suamiku itu. Sedikit-sedikit cemberut."     

Tok! Tok!     

"Ya, masuk," suruh Alisa.     

Ternyata Bu Angel yang mengetuk pintu kamar. Alisa segera menyuruh sang ibu mertua untuk duduk bersamanya di atas ranjang. Wanita paruh baya itu lantas naik ke sana..     

"Ibu ...."     

"Ibu tadi ketiduran. Bahkan saat Saga sudah pulang pun, ibu baru sadar."     

"Tak apa, Bu. Ibu lagi kelelahan, makanya seperti ibu."     

Alisa menyuruh Bu Angel untuk banyak istirahat dan tak melakukan aktivitas berat apa pun. Dua wanita itu saling tersenyum.     

"Kau tak usah khawatirkan kondisi ibu sekarang. Ibu tak apa-apa, kok. Tapi, kau yang harus jaga kondisi kandunganmu dengan sebaik mungkin," ujar Bu Angel memberikan nasihat kepada menantunya sendiri.     

"Baik, Bu. Pasti akan kujaga kandungan ini dengan sebaik mungkin."     

Bu Angel lalu memeluk tubuh Alisa. Ia menyalurkan rasa cinta dan kasih sayangnya pada wanita itu.     

"Ibu sangat sayang padamu, Alisa. Ibu tak mau kalau terjadi sesuatu padamu."     

"Aku juga sayang dengan ibu. Ibu tenang saja, aku akan menjaga diri dengan baik. Hingga janin yang kukandung ini dalam keadaan sehat dan baik-baik saja," ujar Alisa dengan mantap dan sembari tersenyum manis ke arah sang ibu mertua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.