Arrogant Husband

Pak Surya Menemui Agam



Pak Surya Menemui Agam

0"Ayah mau ke mana sih, kok sudah rapi seperti ini?" tanya Bu Angel yang melihat sang suami tengah bersiap-siap untuk pergi.     

"Ayah mau pergi sebentar. Ibu tunggu di rumah saja, ya."     

"Tapi, mau ke mana?" Rasa penasaran Bu Angel semakin menjadi. Wanita paruh baya itu terus menanyakan hal ini pada sang suami.     

Pak Surya merasa kesal karena ditanya seperti ini terus. Ia pun memilih untuk tak menggubris sama sekali ucapan Bu Angel. Daripada dirinya marah-marah tak jelas seperti kemarin.     

"Ayah, jawab dong pertanyaan ibu. Mau ke mana sih sebenarnya?"     

"Bukan urusan, ibu!" bentak Pak Surya pada sang istri. Ia sudah tak bisa lagi menahan kesabaran.     

"Ini juga urusan ibu, yah. Ibu juga berhak tahu. Ibu ini istrinya ayah!"     

Namun, Pak Surya makin diam saja. Pria itu lebih memilih untuk berjalan cepat melaluinya. Pak Surya tengah membuka pintu kamar dengan tergesa dan menuruni anak tangga dengan cepat.     

Bu Angel sangat takut, kalau suaminya ingin merencanakan suatu hal lagi, yang akan membuat Saga dan Alisa menderita. Wanita paruh baya itu melihat sang suami berjalan cepat menuju pintu keluar.     

"Yah, tunggu ibu dulu!" ujar Bu Angel yang menuruni anak tangga.     

Pak Surya sama sekali tak menoleh ke belakang dan fokus untuk terus berjalan ke depan. Akhirnya, pria itu sudah sampai di mobil. Tak lama kemudian, Pak Surya mulai tancap gas untuk pergi. Teriakan dari Bu Angel pun sama sekali tak digubrisnya.     

"Ya ampun, si ayah mau ke mana lagi, ya? Aku takut kalau ayah mulai berencana mengganggu rumah tangga Saga dan Alisa lagi." Bu Angel mondar-mandir dan hatinya jadi tak karuan.     

Bu Angel berharap, agar perasaan dalam hatinya tak benar. Pak Surya bukan menuju ke rumah Saga, tapi menuju ke tempat yang lain. Akhirnya, wanita paruh baya itu memutuskan untuk kembali saja ke kamar. Bu Angel ingin istirahat dalam waktu lama.     

***     

Pak Surya sengaja ingin menemui kekasih Reva di bar. Alamatnya pun sudah berhasil ditemukan oleh para anak buah. Tanpa berlama-lama lagi, akhirnya Pak Surya masuk ke dalam sana.     

Suasana di bar ini membuatnya sangat nyaman. Sudah cukup lama, ia tak bersantai-santai seperti ini. Pak Surya bisa melihat seorang bartender sedang melayani para pembeli. Ia pun segera menghampiri pria itu.     

"Anda mau minum?" Agam menawarkan minuman pada Pak Surya.     

"Aku hanya ingin bicara denganmu saja sebentar."     

"Ba–baiklah pak."     

'Ternyata dia tak mengenaliku sama sekali. Baguslah.'     

Agam terlihat siap untuk bicara dengan Pak Surya. Pria yang sudah berusia cukup tua ini, mulai bertanya pada Agam.     

"Apa kau kekasihnya Reva?" tanya Pak Agam langsung, tanpa basa-basi.     

"Anda siapa, ya?"     

"Aku adalah ayahnya Saga."     

Mendengar jawaban dari Pak Surya, membuat Agam tampak hormat dengannya. Pria itu terlihat membungkukkan badan.     

"Maafkan saya, Pak. Saya sungguh tidak tahu kalau Anda ini adalah ayahnya Saga."     

"Ah, tidak apa-apa. Aku ingin kau menjawab dengan jujur pertanyaanku tadi.     

"Iya, Pak. Saya memang kekasihnya Reva. Ada apa ya?"     

"Kenapa kau mau menjalin hubungan dengan Reva? Dia itu sangat jahat!"     

Agam tampak konsentrasi sejenak. Mencoba memikirkan bayangan wajah Reva saat ini. Meskipun begitu, ia merasa telah dikecewakan.     

"Karena saya cinta padanya. Saya tak mau, kalau hubungan kami tak dapat kejelasan. Maka dari itu, saya akan segera melamarnya."     

Pak Surya tertawa geli saat mendengar ucapan Agam yang hendak menikahi Reva. Ia tak yakin, kalau rumah tangga mereka akan awet.     

"Sepertinya mending kau pikir-pikir lagi deh untuk nikah sama Reva. Pokoknya dia tak sebaik yang kau kira." Pak Surya ingin membuat Agam merasa goyah dan menyerah untuk mendapatkan wanita itu.     

"Jadi, kedatangan Anda ke sini hanya untuk memberi ceramah pada saya?" tanya Agam yang seolah mengejek Pak Surya. "Lebih baik Anda ke luar dari tempat ini dan cari saja tempat lain."     

Tak ingin melawan, Pak Surya hanya menampilkan senyuman liciknya. Deretan gigi-gigi bersih dan rapi pun begitu terlihat. Agam terlihat kesal sekarang.     

Setelah menyampaikan semua tentang Reva, Pak Surya pun akan segera pulang dari tempat ini. Ia tak ingin berlama-lama di bar.     

"Baiklah, aku akan pergi. Tapi, pikirkanlah semua itu karena mumpung belum terlambat."     

Agam semakin kesal dengan dirinya sendiri. Semua orang terlihat menyuruhnya waspada dengan Reva. Apa yang sebenarnya telah terjadi pada sang kekasih? Makin banyak orang yang tak percaya dengan Reva.     

"Apa Reva punya hutang?" tanya Agam tiba-tiba.     

"Bukan. Dia tak punya hutang sama sekali." Pak Surya terlihat bangkit dari tempat duduknya.     

Agam melihat Pak Surya yang tersenyum ke arahnya sebelum pergi. Pria paruh baya itu terlihat berjalan dengan santai menuju ke mobil, seolah tak ada beban yang tengah dipikulnya.     

"Satu lagi, ayahnya Saga menemuiku di sini dan mengatakan bahwa aku harus melepaskan Reva."     

Pertahanan hati Agam semakin goyah. Makin banyak pihak yang ingin hubungannya putus dengan Reva. Mereka yang menginginkan hal tersebut, lantaran tak mau dirinya jadi permainan Reva semata.     

***     

Pak Surya merasa yakin, kalau saat ini Agam pasti tengah berpikir tentang wanita itu. "Sebentar lagi, hubungan Reva dengan pria itu akan kandas. Aku akan menghancurkanmu perlahan, Va."     

Terlihat dari raut wajah Agam yang kelihatan bingung sekali dengan hal ini. Pak Surya ingin sekali membuat Reva menderita. Ia rela menyuruh anak buahnya untuk mengikuti wanita itu ke mana pun pergi.     

"Aku akan membalas semua perbuatanmu, va. Bisa-bisanya kau berhasil meloloskan diri! dari tempat itu kemarin."     

"Yah?" panggil Bu Angel yang aecara tiba-tiba.     

Melihat kedatangan sang istri kemari, Pak Surya lekas tutup mulut dan tak ingin membahas Reva terlebih dahulu. Sang istri pasti curiga sekarang.     

"Apa sih, Bu?"     

"Ibu hanya bertanya saja. Abis dari mana, yah?"     

"Dari rumah teman ayah. Memangnya kenapa sayang?" Pak Surya berteriak kencang agar didengar oleh Bu Angel.     

Wanita itu terkejut karena suara Pak Surya makin tinggi. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sang suami.     

"Ibu ini gimana sih! Jangan suka ikut campur dalam masalah orang. Mending ibu buatin kopi untuk ayah aja, ya. Mau kan?"     

"Iya, iya. Sebentar." Bu Angel meninggalkan suaminya di teras depan dan berlalu ke dapur.     

Bu Angel ingin membuatkan kopi, seperti permintaan sang suami. Sedangkan, Pak Surya berada di luar rumah sambil terus mengoceh tak karuan.     

"Ayah makin hari, makin susah untuk didekati. Entah apa yang harus aku lakukan sekarang agar suamiku bisa seperti dulu lagi." Bu Angel pun menuju ke luar seraya membawa nampan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.