Arrogant Husband

Perkataan Jujur



Perkataan Jujur

0Joseph tampak diam seribu bahasa. Ia masih berusaha untuk mencerna dengan setiap ucapan Agam. Menurutnya ini memang sedikit aneh. Wanita seperti Reva tak tahu rimbanya sekarang.     

"Jadi, bukan kau yang telah menyembunyikan Reva?" tanya Agam sekali lagi.     

"Ya jelas saja, bukan aku. Untuk apa aku melakukan hal itu?"     

Agam tak mempersilakan Joseph untuk masuk ke dalam rumahnya. Pria itu memutuskan ingin bekerja. "Ya sudah, aku mau ke tempat kerja dulu."     

"Biar aku yang mengantarmu, bagaimana?" Joseph menawarkan tumpangan pada Agam, agar sekalian dirinya bisa bicara dengan pria itu.     

"Tak usah. Terima kasih atas tawarannya," tolak Agam dengan halus.     

Namun, Joseph tak menyerah untuk menawarkan tumpangan. Ia ingin sekalian bicara dengan Agam di dalam mobil.     

"Ayolah, naik ke mobilku. Aku akan mengantarmu sampai sana. Sekalian ada yang ingin kutanyakan."     

"Menanyakan hal apa lagi?"     

"Ayolah, aku mohon."     

Agam terlihat berpikir untuk mengiyakan keinginan Joseph. Beberapa detik kemudian, ia pun setuju untuk ikut bersama dengan Joseph.     

"Baiklah, aku akan ikut bersamamu."     

***     

Dalam keadaan yang mengenaskan, Reva akhirnya bisa pulang dengan selamat sampai ke rumahnya. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dengan berjalan kaki. Ia tak henti menangis. Tak peduli lagi dengan tatapan dan cibiran orang lain yang lewat melihat keadaannya.     

Betapa murkanya Reva, karena kelakuan Pak Surya yang sudah membuatnya seperti ini. Ia pun ingin balas dendam dengan pria tua itu.     

"Aku tak akan tinggal diam Om Surya. Aku pasti akan membalas semua perlakuanmu padaku."     

Setelah masuk ke dalam rumah, Reva bergegas menuju ke kamar. Wanita itu ingin membersihkan diri karena kemarin berada di jalanan. Ia pun juga merasakan lapar, karena tak ada yang mau memberinya makan.     

Namun, sebelum pergi ke kamar mandi, Reva melihat ponselnya yang masih tergeletak di atas nakas. Ia pun meraih benda pipih itu dan mengeceknya.     

"Agam?" Reva melihat panggilan tak terjawab dari pria itu sebanyak dua puluh satu kali. Bukan hanya itu saja, sang kekasih juga telah mengirimnya sebuah pesan singkat.     

"Astaga, maafkan aku sayang. Kau jadi mencari-cari aku seperti ini."     

Reva berniat akan menyusul Agam di tempat kerjanya. Pria itu pasti sangat khawatir dengan keadaannya sekarang.     

"Tunggu aku sayang. Aku akan datang menemuimu."     

***     

"Apa kau sangat mencintai Reva?" tanya Joseph pada Agam.     

"Tentu saja. Dia adalah cinta pertamaku. Aku tak mungkin bisa melupakannya."     

Joseph tertawa sekilas. Reva ternyata adalah cinta pertama bagi Agam.     

"Aku juga sempat mencintainya, tapi itu dulu. Sekarang tak ada rasa lagi," ujar Joseph sambil melirik ke arah Agam sekilas.     

Mereka sedang membicarakan Reva. Joseph berkata bahwa dirinya tak mencintai Reva lagi.     

"Bagaimana aku bisa percaya dengan semua ucapanmu itu, Jo?"     

"Terserah kau saja, mau percaya atau tidak. Yang jelas, aku sudah tak punya rasa apa pun lagi pada Reva. Aku dulu tak pernah dihargai olehnya. Cintaku bertepuk sebelah tangan. Aku rela melakukan apa saja untuk membuatnya senang. Bahkan aku–" Ucapan Joseph terpotong dan membuat Agam sangat penasaran dengan ceritanya.     

"Aku apa?"     

"Bahkan aku telah nekat menggugurkan kandungan Alisa hanya demi Reva. Reva ingin meracuni kandungan Alisa dan aku yang melakukan semua itu."     

"Jadi, kau disuruh oleh Reva? Begitu?"     

"Iya, Gam."     

Haruskah Agam percaya dengan ucapan Joseph ini?     

"Aku bicara apa adanya. Bila kau tak percaya dengan ucapanku, kau bisa tanyakan langsung pada Saga atau pun istrinya. Bagaimana kondisi Alisa saat itu. Dan, dia sangat terpuruk sekali mendengar bahwa bayinya telah tiada."     

'Apa Reva sejahat itu?'     

"Gam, kau hanya orang baru dan masih belum terlalu mengenal Reva dengan baik. Aku dan Saga sudah lama mengenalnya. Jadi, kami berdua tahu dengan sikapnya seperti apa."     

Perasaan Agam pada Reva mulai goyah. Pria itu telah termakan oleh omongan Joseph. Namun, di hatinya masih tak percaya bahwa sang kekasih bisa sejahat itu.     

Melihat Agam yang diam saja, maka Joseph pun melanjutkan lagi kalimatnya. "Aku bukannya ingin menghancurkan hubunganmu dengan Reva, tapi malah ingin menyelamatkanmu dari dia. Kau pria yang baik, Gam. Kau pun harus mendapatkan wanita yang baik pula."     

Joseph tetap fokus menyetir ke depan. Dirinya masih saja bicara panjang lebar membahas Reva. Joseph yakin sekali, bahwa Agam sekarang sudah mulai terpengaruh oleh ucapannya.     

"Apa benar begitu?" tanya Agam yang mulai tergoyahkan.     

"Iya, memang seperti itu. Dan, beberapa hari yang lalu Reva mengalami kecelakaan."     

Sontak, ucapan Joseph membuat Agam sangat terkejut. Pria itu ingin meminta penjelasan padanya. Agam bertanya tentang keberadaan Reva sekarang.     

"Di mana Reva sekarang? Di mana?"     

"Aku tak tahu, Gam. Saat dia kecelakaan waktu itu, aku langsung membawanya ke rumah sakit. Dia tak sadarkan diri."     

Agam masih saja merasa cemas dengan Reva di sana. Sang kekasih masih belum tahu di mana kabarnya sekarang.     

"Dan, apakah kau tahu? Apa yang Reva lakukan saat tengah malam seperti itu hingga membuatnya mengalami kecelakaan?" Joseph ingin tahu respons dari Agam.     

"Aku tak tahu, memangnya apa?"     

"Dia saat itu lagi kejar-kejaran mobil dengan Saga, karena Reva sudah menculik bayinya. Kau pasti tak menyangka kan? Bahwa kekasihmu tega menculik bayi orang lain."     

Agam menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, itu semua tidak mungkin. Kau hanya membual saja, Jo! Aku tak percaya dengan ucapanmu."     

"Terserah kau saja. Kau bisa langsung tanyakan sendiri pada Reva nanti. Kau masih punya waktu, Gam, sebelum terlambat. Wanita itu sangat licik."     

Tak ingin mendengar lebih jauh penjelasan dari Joseph, akhirnya Agam memilih untuk turun saja dari dalam mobil. Terpaksa ia harus jalan kaki untuk sampai menuju tempat kerjanya yang sebentar lagi sampai. Joseph pasrah saat pria itu ke luar dari mobilnya, yang penting sekarang Agam sudah tahu yang sebenarnya.     

"Aku yakin, kau pasti terus kepikiran karena kata-kataku barusan. Kau pasti tak akan menyangka, bahwa Reva sejahat itu."     

Joseph terus memandangi langkah Agam yang semakin jauh di depan sana. Mobilnya masih berhenti dan tak jalan dulu.     

"Dasar, kau sudah dibutakan oleh Reva, sama sepertiku dulu. Hingga tak bisa membedakan mana yang baik dan buruknya. Namun, aku tak ingin kalau kau menyesal karena sudah terlalu jauh mencintai wanita itu. Sebelum terlambat dan kau menikah dengan Reva, maka aku ingin Agam mengetahui semuanya."     

Joseph sudah menganggap Agam seperti teman baiknya sendiri. Ia tak ingin kalau pria itu termakan oleh bujuk rayu Reva. Wanita itu punya tipu muslihat yang mematikan. Maka dari itu, Joseph ingin mencegahnya.     

"Agam harus tahu semua kebusukan Reva dengan mata kepalanya sendiri."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.