Arrogant Husband

Agam Khawatir Pada Reva



Agam Khawatir Pada Reva

0"Sa–sayang?"     

Alisa melihat kedatangan Saga yang terlihat lesu. Ia pun menghampiri sang suami dan langsung mengajaknya duduk bersama di atas ranjang.     

"Kau kenapa? Tak seperti biasanya."     

"Maafkan aku," ucap Saga yang tiba-tiba. Membuat Alisa tak mengerti apa pun.     

"Kenapa kau minta maaf? Apa salahmu?"     

Saga ingin bicara terus terang pada Alisa. Bahwa yang menculik anaknya adalah Pak Surya sendiri. Dan, sang ibu pun malah tutup mulut karena masalah ini.     

"Aku minta maaf karena ayahku telah menculik anak kita." Saga memandang wajah Alisa dengan serius. Wanita itu hanya diam saja dan tak mau bicara.     

'Jadi, memang benar apa yang dikatakan oleh Reva.'     

Alisa masih saja melamun dan tak merespons ucapan Saga. Pria itu lalu meraih kedua tangannya lalu menciuminya bertubi-tubi.     

"Aku tahu, kau sangat kecewa dengan ayahku. Tapi, aku sangat minta maaf padamu."     

"Aku tadi ke rumah Reva." Akhirnya, Alisa buka suara juga perihal ini. "Dia yang mengatakan padaku bahwa dirinya telah disuruh oleh ayah."     

Akhirnya, Saga mengetahui bahwa mereka berdua telah sekongkol untuk menculik si kecil. Ia tak menyangka sama sekali.     

"Jadi, kau sudah tahu lebih dulu ketimbang aku?" tanya Saga.     

"Ya." Alisa hanya bisa menjawab singkat. Ia masih sakit hati dengan masalah ini.     

Orang-orang yang ingin memisahkannya dari si kecil, hanyalah mereka yang cemburu dan tak ingin melihatnya bahagia. Namun, apa pun yang terjadi, Alisa tak akan diam saja. Ia akan terus membuat bayi itu merasa aman.     

Saga terus saja mengucapkan permintaan maaf pada Alisa. Ia juga menyuruh istrinya untuk menjauhi Reva selama-lamanya. Tak ada untungnya sama sekali berteman dengan Reva.     

"Entah kenapa, ayahmu selalu bersikap seperti itu padaku. Beliau tak pernah suka kalau aku bahagia seperti ini." Alisa tersenyum singkat dan bersedih hati mengingat perlakuan Pak Surya pada dirinya.     

Saga juga merasa sedih karena sang ayah selalu jahat dengan istrinya. Padahal Alisa merupakan seorang menantu yang baik. Namun, tetap saja semua itu tak menjamin bahwa Pak Surya akan menerimanya dengan baik.     

Di saat mereka tengah bersedih hati, tiba-tiba saja si kecil menangis. Alisa buru-buru berdiri dan menghampiri bayi itu. Saga melihat itu dengan seulas senyuman. Bayi itu telah membuatnya merasa sedikit tersenyum.     

"Anak ibu haus, ya?" Alisa langsung duduk di samping Saga setelah mengambil bayi itu dari dalam keranjang.     

Saga melihat Alisa yang sedang menyusui. Ia merasa, kalau wanita itu memang mempunyai hati yang baik. Berhati seorang ibu, yang rela melakukan apa saja untuk anaknya.     

"Kau memang ibu yang baik, sayang." Saga memuji sang istri yang sedang menyusui.     

"Kau ini bisa saja." Alisa merasa senang bukan main saat dipuji seperti ini oleh suaminya sendiri.     

Beberapa saat kemudian setelah Alisa sudah menyusui sang anak, tiba-tiba Saga lebih mendekatkan tubuhnya ke arah wanita itu. Kemudian Alisa mendelik ke arah suaminya.     

"Kau kenapa sayang?"     

"Aku hanya ingin bermanja-manja dengan istriku sendiri." Saga rupanya memberikan kode keras pada sang istri.     

Alisa tersipu malu saat Saga lebih mendekat lagi. Sang suami menyuruhnya untuk meletakkan si kecil dalam keranjang bayi.     

"Layani aku. Aku ingin bercinta denganmu sebentar saja." Saga meminta pada Alisa untuk bersamanya di atas ranjang.     

"Baiklah, aku akan melayanimu sayang." Alisa tak bisa menolak keinginan sang suami ketika lagi ingin bercinta.     

Setelah meletakkan bayi itu di dalam keranjang, Alisa segera naik ke atas ranjang. Wanita itu ingin melayani keinginan nafsu suaminya. Saga sedang ingin bercinta dengannya saat ini. Kebetulan sekali, si kecil sudah kembali tidur dengan nyenyak.     

Saga ingin melepaskan semua beban pikirannya bersama dengan Alisa. Hanya bersama dengan sang istri, ia mampu melupakan segala masalahnya. Wanita itu juga menjadi candu ternikmatnya sampai nanti.     

Saga memegangi kedua pundak Alisa, lalu mulai meluruhkan dress mini miliknya. Dan, hanya menampilkan bra dan celana dalam saja. Membuat pria itu makin bernafsu bukan main. Alisa mulai menggoda suaminya sendiri.     

Tangan Alisa mulai bergerayang ke sana kemari, hingga membuat Saga merasa terpacu. Hasrat pria itu makin memburu. Saga lekas melepaskan kaitan bra yang ada di belakang istrinya.     

Beberapa menit kemudian, tubuh mereka sama-sama polos. Saga menciumi Alisa bertubi-tubi dari bagian bibir hingga menciumi paha mulusnya. Sentuhan pria itu membuat Alisa begitu terhanyut dalam buai asmara.     

Sedikit demi sedikit, suasana hati Saga sudah kembali membaik berkat Alisa. Wanita itu telah berhasil membuatnya melupakan kelakuan sang ayah. Saga pun terus memberi sentuhan-sentuhannya pada Alisa. Mereka bercinta penuh hasrat di atas ranjang.     

Saga tak segan-segan untuk memasukkan si juniornya ke dalam lubang kenikmatan. Mereka sama-sama merasa keenakan. Alisa pun mendesah penuh manja. Setelah masalah yang telah menimpa mereka, keduanya tak akan pernah goyah.     

"Ahhh," desah Alisa yang terasa begitu nikmat di gendang telinga Saga.     

Pria itu makin menggenjot dengan penuh semangat. Alisa memberikan pelayanannya yang terbaik hanya untuk Saga. Suaminya tak bisa pergi ke lain hati lagi karena saking cintanya.     

"Aku sangat mencintaimu, Alisa," ucap Saga perlahan.     

Mereka berdua melewatinya dengan hasrat yang menggebu. Baik Alisa dan Saga tak ingin perpaduan ini hanya sebentar saja.     

***     

Agam melamun di pelataran rumahnya. Pria itu sedang memikirkan Reva yang jauh di sana. Beberapa hari sudah, mereka tak bertemu. Wanita itu juga tak kunjung memberinya kabar.     

"Apa Reva lagi sakit, ya?" ujarnya.     

Agam berencana besok setelah pulang kerja, ia akan mampir sebentar ke rumah Reva. Hatinya kini merasa cemas. Takut kalau sang kekasih kenapa-kenapa.     

Pria itu juga memikirkan tentang rencana pernikahannya nanti bersama dengan Reva. Semoga saja tak ada aral yang melintang dan berjalan dengan mulus. Agam sangat mencintai wanita itu dengan tulus. Hanya bersama dengan Reva, hatinya menjadi lebih tenang dan penuh warna.     

"Mungkin ini yang dinamakan cinta sejati." Agam masih nyaman duduk di pelataran rumah sambil merasakan hawa dingin yang menusuk ke tulang. "Aku tak bisa meninggalkan Reva, apa pun yang terjadi nanti."     

Walaupun Joseph selalu saja ikut campur dalam hubungan asmaranya, tapi Agam akan selalu mempertahankan jalinan kasihnya bersama dengan Reva. Wanita itu juga mencintainya sangat dalam.     

"Semoga cinta kita akan selalu menyatu seperti ini, Va. Tak akan ada satu orang pun yang akan memisahkan kita." Agam terus berdoa agar hubungannya bersama dengan wanita itu tetap langgeng. Dan, hanya maut yang akan memisahkan mereka.     

Sudah cukup lama Agam berada di luar rumah, akhirnya pria itu memutuskan untuk masuk dan istirahat di dalam kamar. Malam pun sudah semakin larut saja. Ia tak mungkin begadang karena besok pagi harus kembali bekerja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.