Arrogant Husband

Reva, Wanita Licik



Reva, Wanita Licik

0Joseph sudah mengantar Reva pulang ke rumahnya. "Aku pulang dulu," ucapnya.     

"Terima kasih." Reva pun langsung ke luar dari mobil tanpa menatap wajah Joseph.     

Tak ingin berlama-lama di sini, akhirnya Joseph segera melajukan mobilnya untuk pergi dari rumah Reva. Ia juga akan menuju ke rumah.     

Saat sudah berada di dalam kamar, Reva pun melangkah ke sebuah cermin rias. Ia berdiri dan memandangi pantulan diri sendiri. Ia melihat sedikit luka yang ada di pelipis bagian kanan.     

"Joseph masih bersikap baik padaku. Tapi, aku yang selalu berbuat jahat padanya."     

Reva hanya mengembuskan napas panjang. Ia tak tahu, apa yang ada di dalam pikiran Joseph.     

"Apa dia tulus membantuku atau ada maunya saja?" Reva masih bertanya-tanya sendiri.     

Setelah itu, Reva menuju ke atas ranjang dan akan istirahat. Kepalanya masih saja terasa pusing dan sakit. Namun, berkat pertolongan dari Joseph tadi ia bisa ke rumah dalam keadaan baik-baik saja.     

"Sekali lagi, terima kasih, Jo."     

***     

Setelah Saga sudah berangkat ke kantor, Alisa berniat akan mendatangi rumah Reva dan ingin berkata sesuatu. Ia menitipkan bayinya di rumah dan akan pergi bersama dengan Anton. Ia merasa jengkel karena kelakuan Reva yang menurutnya sudah keterlaluan.     

Alisa sudah bersiap-siap dan segera pergi. "Anton, temani aku ke rumah Reva, ya. Aku ingin bicara dengannya sebentar."     

"Baik, Nyonya."     

Wanita berwajah cantik itu langsung masuk ke dalam mobil. Anton pun sudah duduk di kursi kemudi. Mereka berdua akan segera berangkat dari rumah.     

Anton melihat wajah sang Nyonya dari pantulan kaca mobil yang ada di atas. Alisa saat ini pasti sedang marah. Tanpa membuang waktu lagi, Anton segera melajukan mobilnya untuk pergi dari sini.     

***     

Alisa sengaja menggedor-gedor pintu rumah Reva dengan keras agar bertemu dengan wanita itu. Ia tak sabar untuk menanyakan langsung suatu hal.     

"Reva ke luar kau!" teriak Alisa.     

Saat di dalam kamar, Reva mendengar teriakan dari arah bawah. "Sepertinya ada orang yang datang."     

Reva menuju ke jendela kamar untuk melihat siapa yang datang. Ada sebuah mobil yang terparkir di halaman depan rumah. Tanpa membuang waktu, ia pun segera ke bawah.     

Alisa sudah tak sabar lagi ingin bertemu dengan Reva langsung. Bisa-bisanya wanita itu telah menculik bayinya dan membuatnya merasa hampir gila karena kehilangan anak. Perasaan seorang ibu sangatlah sakit kalau dijauhkan dari anak mereka.     

"A–Alisa?" Reva membuka pintu rumahnya dan langsung berhadapan dengan Alisa.     

Plak!     

Tanpa basa-basi, Alisa langsung menampar wajah Reva dengan keras. Hingga wanita itu terkejut bukan main.     

"Hei kau! Kenapa menamparku?"     

"Jangan berlagak bodoh! Kenapa kau tega menculik bayiku, hah?! Kau tega sekali memisahkannya dari ibunya."     

Reva tak terima kalau ditampar seperti ini oleh Alisa. "Memang kau ibu kandungnya, hah?!"     

"Inilah perbedaannya kita. Aku diberikan oleh Tuhan hati seorang ibu dan kau tidak sama sekali. Meskipun bayi itu bukan anak kandungku sendiri, tapi aku sangat menyayanginya."     

Anton merasa bangga pada Alisa. Sang Nyonya ternyata sangat lugas dalam berbicara. Alisa juga mampu membuat Reva diam tak berkutik.     

"Aku bisa saja lapor polisi karena sudah membuat anakku celaka! Dia dibawa kabur olehmu, sedangkan kau kemarin malam mengalami kecelakaan kan?"     

Alisa tahu semua itu dari Saga. Pria itu sudah menjelaskannya tentang masalah ini.     

"Aku hanya disuruh, Sa," ujar Reva kemudian.     

"Disuruh? Disuruh oleh siapa?"     

Apakah Reva akan memberitahukan rahasia ini pada Alisa? Karena ia tak ingin dilaporkan oleh Alisa, maka akhirnya Reva pun berkata terus terang.     

"Disuruh oleh Om Surya."     

Mendengar nama Pak Surya disebut, membuat Alisa geleng-geleng kepala. Ia tak percaya, kalau ayah mertuanya tega melakukan hal seperti itu. Anton juga sangat terkejut mendengarnya.     

"Ayah yang menyuruhmu?" tanya Alisa untuk memastikan.     

"Iya. Om Surya, ayahnya Saga."     

"Tidak mungkin! Kemarin ayah begitu senang dekat dengan cucunya."     

"Dia hanya pura-pura," ujar Reva lagi.     

Wanita itu akhirnya berkata dengan terus terang pada Alisa. Ia memang disuruh oleh Pak Surya untuk menculik bayi itu.     

"Kau ingat, saat aku mengajakmu untuk jalan-jalan ke luar?"     

"I–iya, aku ingat."     

"Ada sekitar enam orang pria waktu itu yang mengejarmu. Dan, itu adalah orang suruhannya Om Surya."     

Alisa langsung terhuyung-huyung ke belakang. Anton pun dengan sigap menangkap tubuh wanita itu. Beruntung, Anton bersamanya sekarang.     

"Tak mungkin, tak mungkin," lirih Alisa.     

"Silakan saja kalau kau tak percaya dengan ucapanku, tak masalah. Tapi, itu semua adalah kebenarannya."     

Alisa menangis karena tak menyangka dengan ulah sang ayah mertua. Anton yang berada di samping Alisa pun, juga tak menyangka dengan pria paruh baya itu.     

'Ayah tega melakukan hal itu hanya untuk memisahkan aku dan bayiku.'     

"Dari awal, Om Surya memang tak menyukaimu kan? Sampai sekarang pun, beliau masih tak suka padamu."     

Terasa begitu menyakitkan saat mendengar kejujuran ini. Alisa tak pernah menduganya sama sekali. Kenapa harus Pak Surya yang melakukan hal ini. Ia pikir, pria itu mulai menyukai sang anak.     

'Ayah begitu tega membohongiku. Aku kira, dia sudah berubah dan tak akan jahat lagi.'     

"Nyonya, ayo kita pulang saja ke rumah," kata Anton yang menyuruh Alisa untuk segera pulang saja.     

"Ti–tidak. Aku masih ingin mendengar penjelasan dari Reva lagi."     

"Om Surya masih berniat untuk memisahkanmu dan Saga. Beliau tak suka denganmu."     

Anton tak ingin kalau Alisa terlalu memaksakan diri. Ia ingin menyuruhnya untuk pulang saja. Namun, wanita itu sepertinya masih mau berada di sini.     

"Kenapa beliau masih tak menyukaiku? Apa salah dan perbuatanku padanya? Padahal aku selalu bersikap baik dan penurut pada ayah."     

Alisa sambil memijit kepalanya yang terasa pusing. Ia tak menyangka sama sekali dengan ayah mertuanya itu.     

"Nyonya, ayo kita pulang saja. Jangan memaksakan diri." Anton terus membujuk Alisa untuk segera pulang.     

Di satu sisi, Reva merasa senang karena sudah membuat Alisa hancur seperti ini. Ia merasa puas. Anggap saja, sebagai balas dendamnya karena dulu sudah merebut Saga dari sisinya.     

Alisa pun menurut dengan ucapan Anton. Ia akan kembali ke rumah. Pria itu dengan hati-hati membawa Alisa ke dalam mobil. Setelah mengantar wanita itu masuk, Anton pun melototkan matanya pada Reva.     

"Dasar wanita ular! Semoga saja hidupmu tak akan pernah merasa bahagia!" ujar Anton yang merasa kesal sekali.     

Pria itu lantas naik ke dalam mobil. Kini, Anton sudah berada di kursi kemudi. Mereka pun segera meninggalkan halaman rumah Reva. Wanita itu memang sangat licik untuk melakukan segala cara.     

Anton merasa tak tega dengan keadaan Alisa. Wanita itu terus saja menangis dan tak berhenti. Ingin sekali ia melaporkan hal ini pada Saga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.