Arrogant Husband

Alisa Sudah Siuman



Alisa Sudah Siuman

0Sepasang suami istri itu lekas menuju ke rumah sakit yang sudah diberitahukan oleh Saga sebelumnya. Perasaan tak karuan Bu Angel semakin menjadi-jadi. Ia menyuruh sang suami untuk menyetir mobil dengan cepat.     

"Yah, ayo buruan! Ngebut saja yah. Ibu tak sabar lagi ingin menemui Alisa di rumah sakit," suruh Bu Angel.     

"Ibu yang sabar dong. Ayah pun sudah ngebut ini. Sudah berusaha maksimal. Ibu tenang sedikit, ya jangan panik."     

Lain di mulut, lain pula di hati. Pak Surya ingin Alisa cepat-cepat tiada. Pria paruh baya itu telah mendoakan hal yang tidak baik untuk menantunya sendiri.     

'Semoga saja wanita itu tak akan pernah bangun lagi. Agar Saga bisa mencari calon istri yang jauh lebih baik darinya.'     

Bu Angel makin tak karuan rasa. Ia ingin cepat-cepat sampai di rumah sakit. Melihat ekspresi sang suami yang sama sekali tak terlihat panik saat mendengar kabar Alisa, membuat Bu Angel yakin kalau Pak Surya memang menginginkan hal ini terjadi.     

'Ya Tuhan aku mohon, semoga Alisa selamat dan lekas sadarkan diri. Kasihan sekali dirinya. Harus kehilangan anak dan pasti menjadi beban pikiran untuknya.'     

Bu Angel menatap sekilas ke arah wajah sang suami. Setelah itu, ia fokus menatap jalan ke depan. Sebentar lagi mereka berdua akan sampai di rumah sakit.     

Beberapa saat kemudian, sepasang suami istri itu sudah sampai di rumah sakit. Bu Angel bergegas turun dari mobil dan masuk ke dalam. Ia langsung bertanya pada resepsionis di sana untuk menemukan ruangan Alisa.     

"Ibu terus saja ke sana, kemudian belok kanan, ya."     

"Terima kasih banyak."     

Wanita paruh baya itu terlihat berlari menuju ke sebuah ruangan yang telah disebutkan tadi. Berbeda dengan Pak Surya yang tampak berjalan dengan pelan saja. Ia tak peduli dengan keadaan Alisa sekarang.     

Alhasil, Bu Angel bertemu dengan Saga yang sedang menunggu di ruang tunggu. Sang anak tampak sangat bersedih karena keadaan Alisa.     

"Kenapa Alisa bisa seperti itu, Nak?"     

"Aku tak tahu, Bu. Aku saat itu masih berada di kantor. Salah satu pelayan rumah menghubungiku, mengabari keadaan Alisa."     

Kemudian, datanglah Pak Surya menghampiri Bu Angel dan Saga. Pria paruh baya itu lalu tersenyum dan menepuk pelan pundak sang anak. "Nak, percayalah bahwa Alisa tak akan kenapa-kenapa di sana."     

Pak Surya sengaja berbuat seperti itu untuk mengelabui Saga. Bu Angel yang melihatnya sudah yakin kalau sang suami hanya beraktinf saja.     

"Pasti Alisa seperti ini karena memikirkan bayi kami," ujar Saga yang terlihat lemas.     

Sungguh tak tega rasanya Bu Angel harus menyimpan rahasia ini lebih lama lagi. Melihat kondisi sang anak dan juga menantunya, membuat hati kecilnya tersentuh. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Apakah berkata jujur atau memilih menyimpan rahasia ini?     

Pak Surya tahu apa yang ada dalam pikiran sang istri. Ia pun menatap ke arah wanita itu dan menggelengkan kepala.     

'Awas saja kalau ibu sampai memberitahukan keberadaan anak mereka.'     

Seolah mendapatkan perintah, Bu Angel pun terpaksa mematuhi suaminya. Sementara waktu rahasia ini akan tersimpan dengan baik.     

'Maafkan ibu, Nak. Ibu tak bisa berkata dengan terus terang mengenai anak kalian.'     

"Andai saja, aku bisa menemukan bayi kami dengan cepat, maka Alisa tak akan celaka seperti ini." Saga mulai menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian sini.     

Sungguh, Bu Angel tak tega melihat keadaan anaknya yang hancur seperti ini. Karena bayi itu telah berada dalam genggaman sang suami, maka Bu Angel tak bisa melakukan hal yang lebih.     

"Berdoa saja nak, agar bayi kalian segera ditemukan." Bu Angel membawa Saga ke dalam pelukan. Mengusap-usap punggung belakang anaknya dengan penuh kasih sayang.     

Pak Surya yang melihat anak dan istrinya itu hanya bisa tersenyum licik. Pria paruh baya itu tak akan mengungkapkan di mana keberadaan bayi itu sekarang. Pemandangan seperti ini memang sudah ditunggu-tunggu sejak dulu.     

"Aku sudah mengerahkan semua anak buahku untuk membantu mencari anakku. Tapi, sampai sekarang masih belum juga membuahkan hasil. Di mana anakku sekarang berada?" Saga menangis di dalam pelukan Bu Angel. Anak lelaki satu-satunya itu tak kuasa menahan kesedihan dalam hatinya.     

Sejenak, mata Bu Angel bertatapan dengan Pak Surya. Seolah-olah memohon untuk berkata yang sejujurnya. Pak Surya hanya menggelengkan kepala.     

"Kau yang sabar ya, Nak. Tuhan pasti akan menjaga anakmu dengan baik di mana pun berada," ucap Bu Angel yang tetap memberi semangat pada anak semata wayangnya itu.     

"Iya bu, semoga saja begitu. Aku dan Alisa tak kuasa, kalau harus berlama-lama kehilangan bayi kami.     

Sampai saat ini, Alisa masih berada di dalam ruangan lagi ditangani oleh tim dokter. Saga dan Bu Angel tampak sabar menunggu hasilnya.     

Akhirnya, beberapa saat kemudian, muncullah dokter dari dalam. Saga langsung bangkit menghampiri.     

"Bagaimana keadaan istri saya, dok? Apakah dia baik-baik saja di dalam?" tanya Saga yang tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.     

"Iya pak. Istri Anda saat ini baik-baik saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan."     

Mendengar hal itu membuat Saga dan juga Bu Angel akhirnya bernapas lega. Namun, berbeda dengan Pak Surya. Pria paruh baya itu terlihat mendengkus kesal. Ia tak suka kalau Alisa dalam keadaan baik-baik saja sekarang.     

'Kenapa wanita itu masih hidup saja? Kenapa dia tak mati saja?'     

Namun, sebisa mungkin Pak Surya akan berpura-pura untuk terlihat gembira dengan hal ini. Ia pun mulai bergabung bersama dengan sang istri dan juga Saga.     

"Akhirnya, Alisa tidak kenapa-kenapa juga," ujar Pak Surya.     

"Iya yah. Dia tidak apa-apa."     

Ekspresi Pak Surya sengaja dibuat gembira seperti ini. Namun, di dalam hati justru merasa sangat kesal. Melihat anak dan juga istrinya yang senang luar biasa membuat dua orang itu memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan.     

"Sial! Ibu dan Saga kelihatan senang sekali mendengar kabar bahwa wanita itu baik-baik saja!"     

Di dalam ruangan, Saga dan Bu Angel terlihat menghampiri Alisa. Wanita itu akhirnya sudah siuman. Ia melihat wajah sang suami dan ibu mertuanya yang jelas sekali mengkhawatirkannya.     

"Syukurlah kau tidak apa-apa sayang." Saga sangat senang melihat Alisa bangun.     

"Ibu sangat senang melihat kau sudah sadarkan diri." Bu Angel tersenyum lebar ke arah Alisa.     

"Terima kasih sayang dan juga ibu. Aku sudah tidak apa-apa lagi. Sekarang aku sudah merasa cukup baik."     

"Kau tetaplah di sini, jangan ke mana-mana."     

"Aku ingin ikut denganmu untuk mencari Lisa. Aku tak mau kalau hanya berdiam diri saja seperti ini di sini."     

"Lebih baik, kau istirahat dulu nak, jangan ke mana-mana ya."     

Akhirnya, Alisa mendengarkan apa kata suami dan juga ibu mertuanya. Mereka berdua sangat khawatir dengan keadaannya sekarang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.