Arrogant Husband

Keterkejutan Reva



Keterkejutan Reva

0Sembari menahan rasa sakit, Joseph berjalan tertatih-tatih hanya untuk menemui Reva di rumahnya. Ia sudah bersiap diri untuk menemui wanita itu. Memperlihatkan pada Reva bahwa dirinya baik-baik saja sekarang. Joseph ingin tahu reaksinya seperti apa.     

Tangannya meraih kunci mobil yang tergeletak di atas nakas. Kemudian, berjalan pelan untuk menuruni anak tangga sambil memegangi daerah perut. Joseph tak akan membiarkan wanita itu menekannya seperti ini.     

Siapa lagi yang melakukan kejahatan ini kalau bukan Reva. Wanita licik itu selalu saja melakukan segala cara untuk mendapatkan tujuannya. Namun, Joseph tak akan menyerah untuk menghancurkan hidup Reva. Ia ingin membalas dendam pada wanita itu.     

"Awas saja nanti. Kau pasti akan terkejut karena melihatku masih selamat." Joseph sudah duduk di kursi kemudi. Ia bersiap-siap untuk meninggalkan halaman rumah dan pergi ke sana.     

***     

"Kau yakin kan, kalau pria yang kemarin pasti sekarat karena luka-lukanya?" Reva menghubungi salah satu orang suruhan Pak Surya.     

"Ya, saya yakin. Salah satu dari kami telah menusuknya dengan belati. Pria itu juga tumbang di tempat."     

Reva yang berada di rumah begitu senang mendengarnya. Ia membayangkan, kalau saat ini Joseph sedang sekarat lalu meninggal. Tak akan ada lagi yang bisa menghalangi rencananya. Hubungannya bersama dengan Agam pun tak diusik lagi.     

Kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Reva bingung siapa yang datang kemari sepagi ini. Ia pun memutuskan sambungan telepon dengan orang tersebut. Melangkah ke depan untuk membuka pintu.     

Akhirnya, Reva memandangi orang tersebut dengan rasa terkejut yang luar biasa. Ia tak menyangka, bahwa orang yang ingin dihancurkan ternyata masih terlihat baik-baik saja.     

"Kenapa? Kau kaget melihat kedatanganku kemari? Kau pikir aku mati, begitu?" Joseph memandangi wajah Reva yang kaget bukan main.     

"K–kau bicara apa sih?" Reva berpura-pura tak mengerti dengan ucapan Joseph.     

"Pasti kau yang telah mencelakaiku, kan? Siapa lagi kalau bukan kau!"     

"Memangnya kau punya bukti hah?! Jadi, menuduhku seperti itu?"     

Reva tak mau kalah dengan Joseph. Ia terus membela dirinya seolah-olah tak melakukan hal tersebut. Namun, pria itu tetap yakin bahwa Reva lah yang telah melakukannya.     

"Alah! Kau wanita licik, Va! Aku tak pernah percaya dengan ucapanmu. Kau memang tak bisa dipercaya." Joseph mendengkus ke arah Reva. Terkadang, pria itu memegangi bagian perutnya yang masih terasa sakit.     

Reva melihat Joseph sesekali meringis pelan karena menahan rasa sakit luka tusuk itu. Walaupun gagal membuat pria itu meregang nyawa, tapi Reva merasa senang karena membuatnya celaka seperti ini. Setidaknya, anak buah Pak Surya telah melakukan tugasnya.     

'Anggap saja itu sebagai hadiah, karena kau terlalu ingin ikut campur untuk mengurusi hubunganku dan juga Agam. Aku tak akan pernah tinggal diam!'     

"Terserah apa katamu, Jo. Terpenting aku tak melakukan hal yang kau tuduhkan," ujar Reva yang masih bersikeras.     

Yang Joseph lakukan sekarang adalah tertawa kecil. Menertawakan tingkah Reva yang selalu membela diri, padahal Joseph sangat yakin yang mencelakainya adalah wanita licik yang ada dihadapannya sekarang.     

Mereka berdua sedang bicara di depan pintu. Reva tak akan membiarkan Joseph untuk masuk ke dalam rumahnya. Ia ingin pria itu segera pergi dari sini.     

"Lebih baik kau pulang dari sini. Aku tak ingin melihat wajahmu itu!" ketus Reva.     

"Untuk apa aku berlama-lama berada di sini? Aku hanya ingin melihat ekspresi kagetmu saja."     

"Ka–kaget?" Reva memandang Joseph dengan tajam. "Untuk apa aku kaget melihatmu datang ke sini?"     

"Maling tak pernah mau mengakui kesalahannya."     

Ingin sekali Reva mendorong tubuh Joseph saat ini. Ia sangat membenci pria itu. "Sana pulang! Kenapa masih saja di sini?"     

Pria itu memundurkan langkah ke belakang sambil tertawa cekikikan. Joseph berhasil membuatnya merasa kesal.     

"Kau tak akan pernah hidup dengan tenang, Va. Cepat atau lambat, Agam pasti akan meninggalkanmu."     

"Tidak! Tidak mungkin Agam akan meninggalkanku!" teriak Reva pada Joseph. Pria itu lalu masuk ke dalam mobil dan segera pergi.     

Reva menghentak-hentakkan kedua kakinya karena merasa kesal dengan Joseph. Pria itu selalu saja membuatnya jadi seperti ini. Berkali-kali dicelakai, tapi nyawanya masih saja tertolong.     

"Kurang ajar! Bisa-bisanya Joseph datang kemari. Kenapa dia tak mati saja sih! Malah masih hidup sampai sekarang." Reva kesal setengah mati. Segala cara untuk melenyapkan Joseph serasa sia-sia saja.     

"Orang-orang suruhan Om Surya memang tak becus untuk melakukan pekerjaan ini. Aku ingin dia mati saja, agar si Joseph itu tak bisa lagi mengusikku seperti ini."     

Reva terlihat mondar-mandir di ruang tamu. Mencari sebuah cara agar pria itu lekas tiada di muka bumi ini. Ia tak ingin lagi berurusan dengan pria itu. Bagaimana pun juga, Joseph harus lenyap di tangannya.     

"Mungkin sekarang kau bisa lolos dari maut. Tapi, percayalah, ajalmu akan segera menemuimu, Jo. Kau akan mati di tanganku!"     

***     

Dalam perjalanan pulang menuju ke rumah, Joseph tak henti-henti mengingat ekspresi Reva tadi. Bagaimana keterkejutan wanita itu melihatnya datang ke sana. Sudah bisa dipastikan, kalau Reva lah yang telah mencelakainya.     

"Sepandai-pandainya tupat melompat, pun akan terjatuh juga kan akhirnya?"     

Joseph tersenyum geli saat Reva mengusirnya dari sana. "Buat apa aku di sana berlama-lama? Aku hanya ingin membuatnya terkejut saja karena masih selamat dari maut."     

Beruntung saat itu ia menghubungi Saga dan minta tolong dengan cepat. Alhasil, pria itu membawanya menuju rumah sakit terdekat. Jadi, nyawanya bisa tertolong dan selamat.     

"Andai saja Saga tak datang tepat waktu, bagaimana dengan nyawaku? Mungkin, saat itu aku tak bisa tertolong." Joseph tampak mengembuskan napas panjang. Ia sangat berterima kasih dengan pertolongan Saga. Jasa-jasa pria itu tak akan dilupakannya.     

Joseph juga berniat akan membantu Saga untuk menemukan bayinya nanti. Ia tak tega, kalau sahabatnya itu harus bersedih lantaran harus terpisah dengan sang anak. Joseph tahu rasanya seperti apa saat kehilangan seorang anak.     

Namun, sekarang ia harus pulang dulu ke rumah dan istirahat untuk memulihkan keadaannya. Joseph masih tak bisa berlama-lama beraktivitas. Rasa sakit yang tiba-tiba datang itu membuatnya sangat terganggu.     

"Tenang saja, Ga, aku akan menolongmu dan juga Alisa. Aku akan membantu kalian berdua." Joseph berjanji akan membantu keduanya. Anggap saja sebagai permintaan maaf karena telah membuat Alisa mengalami keguguran waktu dulu.     

Bayang-bayang masa lalu masih jelas terekam di pikirannya. Ia tak akan mudah melupakan perbuatannya sendiri pada orang lain. Bagaimana tingkah lakunya dulu yang begitu keterlaluan untuk membuat Saga celaka demi mendapatkan Reva kembali. Namun, yang ada malah wanita itu telah mencampakkannya berkali-kali. Rasa cintanya pun tak terbalaskan sampai sekarang. Joseph tak lagi mencintainya seperti dulu.     

"Rasa cinta itu sudah hilang, terbawa pergi oleh rasa kecewa dalam hatiku padamu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.