Arrogant Husband

Balas Dendam



Balas Dendam

0"Ayah ...." Bu Angel melihat suaminya masuk ke dalam kamar. Ternyata sang suami tak tega mengurungnya terlalu lama.     

"Kalau ibu sampai mengadukan hal ini pada Saga atau Alisa, Ayah tak akan segan-segan untuk mencelakai bayi itu. Paham kan?" tanya Pak Surya pada istrinya.     

"Iya yah, Ibu paham." Bu Angel memandangi wajah Pak Surya yang tampak serius. Pria paruh baya itu lalu duduk di tepi ranjang.     

Bu Angel terpaksa tutup mulut agar sang cucu tak dilukai oleh suaminya sendiri. Mendengar bahwa Pak Surya menjadi dalang penculikan anak Alisa, membuat hatinya sangat sedih. Ternyata orang terdekatnya sendiri yang tega melakukan hal ini.     

Namun, apa boleh buat sekarang. Semuanya sudah terjadi dan bayi itu berada dalam genggaman Pak Surya. Tak ada yang bisa dilakukan oleh Bu Angel, selain hanya berdiam diri.     

"Yah, izinkan Ibu bertemu dengan cucu ibu nanti, ya." Bu Angel tampak memohon pada Pak Surya.     

"Cucu Ibu? Untuk apa menemuinya di sana? Tak usah!"     

"Ibu mohon yah. Ibu sangat rindu sama dia." Wajah Bu Angel tampak memelas kepada suaminya.     

Pak Surya tampak mengembuskan napas panjang. Ia pun mengabulkan permintaan sang istri untuk menemui bayi itu.     

"Baiklah. Hari ini Ibu ikut Ayah untuk bertemu dengan bayi itu. Tapi, awas saja kalau Ibu membocorkan rahasia ini pada Saga. Ayah tak akan segan-segan untuk mencelakainya!"     

"Iya yah, Ibu janji."     

Senyum licik kini tengah ditampilkan oleh Pak Surya. Pria itu sangat senang sekarang karena istrinya berhasil dikuasai seperti ini. Bu Angel tak akan berani untuk mengadukan hal ini pada Saga atau Alisa.     

Alhasil, Pak Surya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia ingin melanjutkan tidur lagi walau hanya sebentar.     

"Ayah mau tidur lagi. Ibu sih, mengganggu waktu istirahat ayah!"     

Bu Angel hanya bisa pasrah saat ditekan seperti ini oleh suaminya sendiri. Terpaksa ia memilih diam terlebih dulu. Tak akan membocorkan rahasia ini pada yang lain.     

'Ya Tuhan, semoga saja rahasia ini akan segera terungkap. Aku tak tega kalau membuat Alisa dan Saga bersedih terus-menerus.'     

***     

Sudah beberapa hari, Alisa dan Saga tak bertemu dengan anak mereka. Ke sana kemari sudah berkelana untuk menemukan si kecil. Namun, sampai sekarang tak kunjung membuahkan hasil. Seluruh anak buah pun sudah dikerahkan oleh Saga.     

"Bersabarlah, sayang," ucap Saga seraya menepuk pelan pundak sang istri yang menangis. Kedua pundaknya serasa bergetar.     

"Harus sampai kapan kita seperti ini? Aku sangat mengkhawatirkannya di luar sana. Apakah anakku merasa haus dan lapar, atau kedinginan di sana."     

Alisa menangis deras. Saga tak bisa berkata apa pun sekarang. Ia juga merasakan sakit yang sama seperti yang tengah dirasakan oleh sang istri. Pencarian pun masih dilakukan. Mereka berdua tak akan pernah menyerah untuk menemukan bayi itu.     

"Aku berjanji padamu sayang, aku akan membawa anak kita ke rumah ini lagi. Kau jangan bersedih lagi, ya. Aku akan mengusahakan yang terbaik." Saga mencoba untuk tersenyum. Menguatkan sang istri dan memberi energi positif untuknya.     

"Iya sayang, aku percaya dengan ucapanmu."     

Sepasang suami istri itu jadi tak karuan makan. Tidur pun sekarang serba bergadang karena harus mencari si kecil sampai larut malam. Namun, masih juga belum mendapatkan hasil yang memuaskan.     

Saga pasti akan berusaha yang terbaik. Pria itu berjanji pada sang istri. Selalu berdoa dan meminta pada Yang Maha Kuasa. Ia menenangkan Alisa sambil memeluk tubuh wanita itu dengan erat. Tak akan ia tinggalkan Alisa dalam keadaan seperti ini.     

"Ya sudah, aku berangkat ke kantor dulu, ya."     

"Iya sayang."     

Saga pun mengecup singkat kening Alisa, seperti kebiasaannya setiap hari. "Kau tak usah mengantarku sampai ke depan pintu. Di sini saja, istirahatlah di dalam kamar."     

Pria itu melangkah ke luar kamar. Alisa terus memandangi kepergian Saga dari sini. Setelah suaminya sudah beranjak ke luar, perlahan ia mendekati keranjang milik sang anak. Betapa hatinya sangat rindu dengan bayi itu. Hampir setiap saat, Alisa bisa lebih leluasa memandangi wajah sang anak, tapi itu dulu.     

"Ibu kangen denganmu, Nak. Di mana kau sekarang?" Alisa masih menangis deras. Ia pun mengambil bantal milik si kecil dan membawa ke dalam pelukan. Menghirup aroma tubuh anaknya walau lewat sebuah bantal.     

"Ibu berharap, kau lekas ditemukan sayang. Jangan tinggalkan ibu lama-lama di sini," ucap Alisa.     

Wanita itu masih saja menangis. Tak henti-henti air mata terus meluruh membasahi pipi. Bagi Alisa, kehilangan anak untuk yang kedua kali sangatlah menyakitkan. Tak tahu lagi harus berbuat apa. Ia sangat menyesal dengan kejadian itu, di mana Reva mengajaknya jalan-jalan ke luar. Harusnya waktu itu, ia tak mengajak si kecil untuk ikut.     

"Ini semua memang salahnya ibu yang lengah. Maafkan ibu, Nak." Andai saja waktu bisa diputar, maka Alisa tak akan melakukan hal itu.     

***     

"Bagaimana keadaanmu sekarang, Jo?"     

Saga menemui Joseph yang masih berada di rumah sakit. Akhirnya, pria itu sudah mulai membaik daripada sebelumnya. Mereka sama-sama tersenyum kemudian.     

"Keadaanku sekarang baik-baik saja. Dan, aku ingin segera pulang dari sini." Joseph ingin cepat ke luar dari rumah sakit. Ia ingin memburu Reva. Hati kecilnya merasa yakin bahwa wanita itu yang telah melakukan hal ini.     

"Kenapa kau buru-buru hendak ke luar dari rumah sakit ini? Pulihkan dulu keadaanmu baru bisa pulang."     

"Tidak, Ga. Aku ingin segera pulang saja. Bisa kau membantuku untuk mengurus kepulanganku dari sini?"     

Joseph meminta bantuan pada Saga agar lekas ke luar dari sini. Pria itu pun akhirnya mengangguk dan menyanggupi keinginannya.     

"Hmm, baiklah kalau begitu maumu. Aku akan segera mengurus kepulanganmu sekarang." Saga melangkah ke luar dari ruang rawat inap ini. Ia akan mengurus masalah administrasi lalu membawa Joseph pulang.     

Melihat Saga sudah beranjak ke luar, Joseph pun berjanji akan mencari Reva. Ia tak akan membiarkan wanita itu kabur darinya.     

"Kau tak akan bisa lepas dariku, Va. Aku yakin, kaulah yang sudah membuatku jadi seperti ini. Aku akan membalas semuanya."     

Dengan menghancurkan hubungan Reva dan Agam, mampu membuat Joseph merasa senang. Momen ini memang sangat ia tunggu-tunggu. Joseph mulai membuat sebuah rencana untuk menghancurkan hidup wanita itu.     

Perbuatan Reva memang sangat disayangkan. Berwajah cantik bak bidadari, tapi berhati busuk. Joseph pun sangat menyesal sudah memberikan hatinya untuk Reva. Perasaan cinta pun telah patah untuk wanita itu. Secepat itu, hati Joseph dibuat patah.     

"Aku akan membalas semua yang telah kau lakukan padaku. Lihat saja nanti! Kau yang akan menangis-nangis di hadapanku!" Joseph akan membalas dendam pada Reva secepatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.