Arrogant Husband

Lupakan Sedikit Kesedihan Ini



Lupakan Sedikit Kesedihan Ini

0Saga sudah membawa Joseph kembali pulang ke rumah. Ia pun tak bisa lama-lama di sini karena ingin mencari keberadaan anaknya yang masih hilang. Pria itu izin pamit untuk pulang dari rumah Joseph.     

"Ga, tunggu!" teriak Joseph yang berjalan perlahan-lahan sambil memegang perutnya yang terkena luka tusuk.     

"Kenapa, Jo?"     

"Berhati-hatilah dengan Reva. Aku merasa, dia lah yang telah merencanakan semua ini. Dia masih belum bisa menerima kebahagiaan kita."     

Saga terdiam sejenak mencerna ucapan Joseph. Tak ada salahnya untuk berhati-hati dari sekarang. Saga pun tahu, Reva memang wanita yang licik dan bisa menghalalkan segala cara.     

"Aku mengerti soal itu. Tak usah kau khawatir padaku. Aku akan berhati-hati padanya." Saga menepuk-nepuk pundak Joseph sambil tersenyum. "Ya sudah, aku pulang dulu, ya."     

"Baiklah, hati-hati di jalan."     

Joseph berjalan perlahan untuk mengantar Saga sampai di halaman rumah. Ia melihat pria itu naik ke mobil. Saga segera mengendarai mobil sport-nya dan melaju dari sini. Pandangan Joseph masih memantau dari jauh.     

Reva tak akan bisa lolos dari Joseph sekarang. Pria itu akan bermain licik juga sepertinya. Joseph tak mau kalah lagi dari Reva.     

"Awas saja nanti. Aku tak akan membiarkanmu hidup dengan tenang."     

***     

Tok! Tok!"     

Alisa mendengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Namun, ia tak ingin melangkah untuk membuka.     

"Nyonya, izinkan saya masuk, ya," teriak salah satu pelayannya.     

Alhasil, pelayan itu masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan berisi makanan. Alisa sama sekali tak nafsu makan sekarang. Dipikirannya hanya ada Lisa, bayinya.     

"Aku tak ingin makan, Bi."     

"Jangan begitu, Nyonya. Nyonya tetap harus makan, biar sedikit saja."     

Ia pun menangis kembali. Sang pelayan yang melihat hal itu juga turut bersedih. Wanita yang sudah lanjut usia itu tampak menghampiri Alisa sambil memegangi pundaknya.     

"Nyonya jangan bersedih seperti ini. Berdoa sama Tuhan dan percaya, bahwa bayi Nyonya di sana dalam keadaan baik-baik saja."     

"Iya, Bi. Semoga saja begitu. Aku sangat khawatir padanya. Tentu saja di sana, ia tak bisa makan dan minum dengan nyaman."     

Sang pelayan terus berusaha untuk menguatkan Alisa. Ia juga menyuruh untuk makan. Namun, Alisa menggeleng pelan, tak ingin makan.     

"Pikiranku hanya tertuju pada anakku, Bi. Bagaimana keadaannya di sana sekarang? Aku ingin menggendongnya."     

Pelayan yang sudah berumur itu sungguh tak tega melihat kondisi Alisa yang seperti ini. "Nyonya terus berdoa, ya. Bibi pun terus mendoakan keselamatan si kecil di sana."     

"Terima kasih ya, Bi."     

Pelayan itu menghapus air mata Alisa. Menyuruhnya untuk kembali tersenyum seperti sedia kala. Tak lupa, makanan pun segera ditawarkan olehnya pada sang Nyonya besar.     

Alisa menyambut uluran tangan sang pelayan yang memberinya makanan ini. Pelayan itu tak mau kalau dirinya sakit karena terlalu memikirkan hal ini. Ternyata, masih banyak yang sayang padanya. Alisa merasa bersyukur karena dikelilingi orang-orang yang baik.     

"Ya sudah, Bibi ke luar dulu ya. Nyonya makan yang banyak."     

"Iya, Bi. Terima kasih sekali lagi."     

Alisa melihat kepergian sang pelayan yang menuju ke luar kamar. Wanita itu memang sangat baik padanya. Para pelayan memang berlaku baik dan juga perhatian padanya. Alisa tak akan membuat mereka kecewa.     

"Apa yang diucapkan oleh Bibi memang betul. Aku tak boleh menyerah untuk terus berdoa pada Tuhan. Semoga saja, anakku lekas ditemukan secepatnya." Alisa mengangguk-angguk dan memberi sugesti yang positif pada dirinya sendiri. Ia yakin, pasti akan menemukan bayinya lagi.     

***     

"Aku harus berhati-hati dengan Reva. Yang dikatakan oleh Joseph memang benar. Wanita itu memang sangat licik."     

Akhirnya, Saga sudah kembali ke rumah usai mengantar Joseph pulang dari rumah sakit. Kedatangannya pun disambut oleh Anton yang berdiri di pintu masuk.     

"Oh, ya, kalau Reva datang ke rumah ini dengan tiba-tiba, usir saja dia, ya."     

"Baiklah, Ga." Anton menyanggupi permintaan Saga. Ia juga tak menyukai wanita itu bila datang ke sini.     

"Aku merasa curiga pada Reva, kalau dia yang telah menculik bayiku dan Alisa."     

"Kenapa kau tak lapor polisi saja kalau kau yakin seperti ini?" tanya Anton.     

"Aku ingin menyelesaikan masalah ini tanpa bantuan pihak polisi. Aku yakin, bisa menyelesaikannya."     

"Baiklah kalau begitu. Nanti aku akan membantumu untuk mencari anakmu lagi, Ga."     

"Terima kasih banyak, Ton. Kau memang temanku yang baik."     

Pertemanan beda kasta, yang terjalin antara Saga dan juga Anton, tak membuat mereka risih. Saga memang sejak dari dulu tak pernah memandang status sosial seseorang. Maka berteman dengan Anton, membuatnya merasa nyaman.     

Selain Joseph, Anton memang pria yang baik dan mau berteman dengannya. Saga meminta izin untuk masuk ke dalam, bertemu dengan Alisa. Anton mempersilakannya untuk masuk dengan hormat.     

Dengan langkah panjang, Saga berjalan cepat menaiki anak tangga. Ia ingin menemui sang istri yang berada di dalam kamar. Semoga saja wanita itu tak bersedih lagi ketika ia di kamar nanti.     

Krek!     

Saga telah membuka pintu itu dan bertatapan langsung dengan Alisa. Wanita itu menghampirinya dan memeluk tubuhnya.     

"Sayang?"     

Ketika dipanggil oleh Saga, Alisa langsung mendongak menatap wajah pria itu. "Kenapa sayang?"     

"Tak apa-apa."     

"Masih belum ada kabar tentang anak kita?" tanya Alisa pada suaminya.     

Saga menggeleng pelan dan berkata, "belum sayang. Masih tak ada kabar dari mereka yang mencari keberadaan anak kita. Kau harus bersabar ya untuk menunggu."     

Padahal Alisa tak kuasa menahan rasa rindunya yang begitu besar pada sang anak. Sampai detik ini, bayi itu masih belum ditemukan juga. Suaminya sudah melakukan segala cara. Alisa berusaha kuat agar tak menitikkan air mata lagi.     

'Aku harus berusaha kuat. Aku yakin, anakku pasti dalam keadaan baik-baik saja di sana.'     

"Iya sayang, aku akan sabar untuk menunggu anak kita kembali lagi. Aku percaya bahwa Tuhan pasti sedang menjaganya." Alisa mencoba untuk tersenyum kepada Saga. Tak ingin membuat suaminya merasa khawatir lagi.     

Terpenting sekarang, mereka semua masih melakukan pencarian dan tak hanya berdiam diri saja. Alisa percaya dengan suaminya bahwa pria itu akan melakukan yang terbaik untuk keluarga kecilnya.     

"Terima kasih sayang, kau sudah memahamiku," ujar Saga sambil memeluk tubuh Alisa dengan erat. Ia tak akan melepaskan pelukan ini dalam waktu singkat. Menghirup aroma tubuh wanita berparas cantik ini dalam waktu lama.     

"Iya sayang, sama-sama."     

'Aku tak akan membiarkanmu bersedih sayang. Aku berjanji akan segera menemukan anak kita secepatnya. Segalanya akan kukerahkan untuk si kecil.'     

Saga membelai-belai rambut panjang milik Alisa dengan penuh kasih sayang. Sang istri memang sangat suka diperlakukan seperti ini. Ia ingin memanjakan istrinya agar bisa sedikit melupakan kesedihan ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.