Arrogant Husband

Mencari Tanpa Henti



Mencari Tanpa Henti

0"Sayang, aku minta kau serius denganku ya."     

"Iya sayang. Aku pasti akan serius menjalin hubungan asmara denganmu. Hanya kau saja wanita yang aku cintai."     

Saat ini, Reva masih berada di rumah Agam. Wanita itu sudah cukup lama di sini, setelah kepulangan pria itu dari tempat kerja. Rasanya Reva tak ingin pulang terlebih dulu, karena masih merasa rindu pada Agam.     

"Terus, kapan kau akan menikahiku, Gam?"     

"Kau sabar dulu ya, sayang."     

Reva sudah tak sabar lagi ingin menjalani bahtera rumah tangga bersama dengan Agam. Sampai kapan ia harus menunggu kepastian dari pria itu. Kalau serius, ya langsung nikahi saja.     

"Lagi-lagi, aku dibuat menunggu olehmu!" Reva menggerutu di hadapan Agam. Pria itu jelas saja tak tinggal diam melihat dirinya seperti ini.     

Agam langsung mengecup kening Reva sekejap. Membuat wanita itu tampak tersipu malu. Sedangkan, Agam juga merasa spontan melakukan seperti itu.     

"Maafkan aku, karena telah mencium keningmu."     

"Kenapa harus minta maaf? Cium saja lagi sayang. Jangan malu-malu." Reva mempersilakan agar Agam menciumnya kembali.     

Dipersilakan seperti itu oleh Reva, tak membuat Agam langsung menggebu-gebu ingin mengecup kening wanita itu lagi. Ia pun merasa malu dan salah tingkah sekarang. Debaran di jantung Agam tampak kian meronta. Bagaimana bisa, Reva menyuruhnya lagi untuk menciuk seperti tadi.     

"Sudahlah sayang. Lupakan soal ciuman itu. Yang terpenting adalah, cintaku padamu tak akan pernah luntur. Tak ada yang bisa memisahkan aku dan kau, sayang," ujar Agam dengan sepenuh hati.     

Betapa cintanya pria itu pada Reva. Namun, Reva malah menyembunyikan cukup banyak rahasia darinya. Itu semata-mata ia lakukan agar Agam tak menjauh darinya. Ia tak mau, kalau rahasianya akan terbongkar.     

'Agam tak boleh tahu, kalau aku sudah pernah hamil sebelumnya. Maafkan aku sayang, aku sudah tak suci lagi seperti dulu."     

Reva merasa dirinya telah ternoda. Semoga saja, Agam tak mengetahui hal ini.     

'Tapi, aku takut kalau suatu hari Agam akan tahu rahasia ini. Apakah dia masih bisa menerimaku di sisinya?'     

"Hei! Kenapa kau tiba-tiba melamun, sayang?" Agam menepuk pelan pundak Reva saat melihat sang kekasih jadi melamun sendiri.     

"Ah, tidak apa-apa, Gam."     

"Bicaralah padaku yang sebenarnya. Memangnya ada apa? Apa yang telah membuat pikiranmu terganggu?"     

Reva tak akan pernah mau berkata jujur. Ia malah menutupi rahasia ini pada Agam.     

"Tidak ada sayang. Kau jangan khawatir, ya." Kedua tangan Reva tampak memegangi wajah Agam dengan lembut. Pria itu lalu tersenyum manis padanya.     

Menyaksikan senyuman yang terpancar dari Agam, membuat Reva sangat gembira. Ia ingin selalu berada di samping pria itu sampai kapan pun. Senyum Agam telah berhasil membuatnya jatuh cinta.     

"Hmm, baiklah kalau begitu. Aku harap, kau berkata jujur ya sayang. Aku tak mau kalau pasanganku sendiri tak jujur."     

Mendengar ucapan Agam, membuat Reva makin merasa takut dan tak tahu harus berbuat apa. Ia malu kalau nanti pria itu mengetahuinya sebagai seorang wanita yang baik.     

"Sebentar lagi aku akan pulang, Gam. Tak apa-apa kan?"     

"Ya sayang. Tidak apa-apa. Makasih karena sudah berkunjung ke rumahku."     

"Iya sayang."     

***     

Joseph ingin sekali pulang dari sini. Ia tak bisa berlama-lama berada di rumah sakit, karena harus menemukan siapa pelakunya yang telah menyerangnya itu. Juga ikut membantu Saga dan Alisa dalam mencari bayi mereka.     

Namun, Joseph masih tak diperbolehkan untuk pulang karena lukanya masih perlu perawatan. Mungkin dalam beberapa hari ke depan, baru bisa dirinya pulang ke rumah.     

"Apakah ini memang disengaja atau sudah direncanakan dengan matang untuk membuatku celaka?" Joseph merasa yakin pada hal ini. Seseorang rupanya telah membuat rencana dan telah berhasil membuatnya seperti ini.     

"Tapi, siapa?" Joseph langsung terpikir dengan satu orang. Orang itu bisa saja melakukan hal ini. "Apakah Reva yang telah membuatku celaka seperti ini?"     

Pria itu masih merebahkan diri di atas brankar rumah sakit. Tangannya pun masih terpasang selang infus. Joseph tak bisa pergi ke mana-mana dulu sementara.     

"Kalau pun iya, memang Reva yang melakukannya, maka aku tak akan tinggal diam lagi. Wanita itu harus diberi pelajaran yang setimpal."     

Namun, apa boleh buat, Joseph masih tak punya bukti-bukti yang cukup kuat. Ia berharap agar lekas ke luar dari rumah sakit ini dan kembali lagi ke rumah.     

***     

Saga dan Alisa langsung terduduk di atas ranjang. Sepasang suami istri tengah mengembuskan napas.     

"Sayang?" panggil Alisa.     

"Iya sayang?"     

"Kenapa semua ini terasa menyakitkan untuk kita? Seolah-olah, banyak pihak yang memang tak menyukai hubungan kita."     

"Memangnya kenapa sayang? Kenapa kau langsung mengucapkan hal seperti itu?"     

Memang benar apa yang telah diucapkan oleh sang istri. Masalah dalam hidup mereka, satu per satu silih berganti. Bukannya malah membaik, malah jadi seperti ini.     

"Kau jangan khawatirkan masalah ini, ya. Yang terpenting sekarang kau harus istirahat dulu."     

Alisa pun menurut dengan ucapan sang suami. Ia tak akan pernah membantah ucapannya. "Iya sayang."     

Pikiran Saga pun juga tengah mencemaskan hal ini. Ia masih akan mencari siapa pelakunya nanti.     

"Aku tak akan pernah membiarkan orang lain berani mengganggu rumah tangga kita." Saga berucal dengan sungguh-sungguh. Ia tak akan membiarkan seseorang lolos, apabila berusaha untuk menghancurkan rumah tangganya.     

Alisa langsung memeluk suaminya dengan erat, merasa takut kehilangan Saga. "Terima kasih sayang. Aku yakin, kau pasti tak akan tinggal diam begitu saja."     

Mereka masih berpelukan satu sama lain. Saga sangat takut apabila kehilangan sang istri. Ia tak akan membiarkan satu orang pun menyentuh Alisa. Pria itu akan menjaga Alisa dengan sebaik mungkin.     

Kemudian, Saga langsung mengecup kening Alisa dengan hangat. Pria itu selalu menenangkan sang istri yang masih kepikiran tentang bayi mereka. Sampai detik ini, bayi itu masih belum ditemukan juga. Membuat hati Alisa tentu merasa sedih.     

"Kau harus menemukan keberadaan anak kita, sayang," ujar Alisa yang memohon pada Saga agar terus mencari bayi itu.     

"Tentu saja, aku akan terus mencari keberadaan anak kita. Aku tak akan menyerah."     

"Oh ya, aku ikut ya nanti mencari Lisa."     

Saga menggelengkan kepala. Ia tak akan mengizinkan Alisa untuk ikut bersamanya mencari sang anak. Ia ingin wanita itu tetap berada di rumah saja. Bukan apa-apa, Saga hanya merasa takut kalau istrinya kenapa-kenapa.     

Akhirnya, Alisa pun menurut lagi dengan ucapan Saga. Ia akan berada di rumah saja sambil menunggu kabar.     

"Sebentar lagi, aku akan mencari anak kita bersama dengan Anton. Kau istirahat saja di rumah dan jangan pergi ke mana pun. Kau paham kan sayang?"     

"Iya sayang, aku paham."     

"Baguslah kalau begitu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.