Arrogant Husband

Joseph Terluka



Joseph Terluka

0Anak buah Pak Surya bisa terhitung banyak. Maka dari itu, Reva meminta bantuan atau timbal balik pada pria paruh baya itu. Kini, giliran Pak Surya yang membantunya untuk memberi pelajaran pada Anton dan juga Joseph. Dua pria itu sudah membuat Reva kesal setengah mati.     

"Om Surya tahu kan rumahnya Joseph di mana?" Reva bertanya pada pria yang berada di depannya sekarang.     

"Iya, om tahu kok. Anak buah om akan pergi ke sana nanti. Kau tenang saja, ya. Akan om usahakan untuk membuatnya jera karena telah berurusan denganmu."     

Pak Surya akan membantu Reva dengan sebaik mungkin, sebagai balasan karena wanita itu telah berhasil merebut bayi itu dari Alisa. Reva tentu saja senang karena mendapatkan bantuan dari ayahnya Saga. Pria itu mempunyai anak buah yang banyak. Bayaran mereka pun tak tanggung-tanggung diberikan oleh Pak Surya.     

Tanpa mengulur waktu lebih lama lagi, Pak Surya mulai menghubungi anak buahnya untuk bergerak ke rumah Joseph. Kemudian, memberikan alamatnya sedetail mungkin pada mereka. Setelah itu, Pak Surya akan segera pulang dari rumah Reva.     

"Semua anak buah om sudah bergerak ke rumah Joseph. Kau tak perlu khawatir lagi ya. Mereka pasti akan menghubungimu nanti. Om sudah menepati semua janji, kan?" Pak Surya mengedipkan sebelah mata pada Reva. Terlihat seperti tengah menggoda.     

"Iya om. Makasih banyak ya karena sudah mau membantu Reva."     

Kemudian, pria paruh baya itu segera menjauh dari hadapan Reva. Pak Surya mulai melangkah menuju ke dalam mobilnya. Ia tak bisa lama-lama di sini, karena takut kalau sang istri curiga padanya.     

Reva memandangi kepergian Pak Surya yang mengendarai mobil. "Dasar! Om Surya memang mudah sekali kumanfaatkan seperti ini," ujarnya sambil melangkah masuk ke dalam rumah.     

Reva akan menunggu kabar dari salah satu anak buah Pak Surya. Tak sabar lagi ingin mendengar kabar Joseph akan bagaimana.     

***     

Joseph tersentak kaget saat mendengar ada yang membunyikan bel rumahnya berulang kali. Ia pun melangkah dari ruang makan menuju ke pintu depan. Merasa terganggu dengan bunyi bel tersebut.     

"Iya, sebentar!" teriak Joseph yang meraih pegangan pintu dan membukanya.     

Joseph kaget mendapati ada sekitar enam orang pria berbadan kekar tengah berdiri di depan pintu. Ia bingung dengan apa yang terjadi saat ini dan tak kenal dengan orang-orang ini.     

"Kalian siapa?" tanya Joseph sambil berkerut kening.     

Salah satu dari mereka mendorong tubuh Joseph dengan kasar hingga terjungkal ke belakang. Pria itu menatapnya dengan tajam.     

"Heh, kalian siapa?! Seenaknya masuk ke dalam rumahku."     

Bugh!     

Sebuah bogem mentah mendarat mulus di pipi Joseph. Pria itu bingung dengan apa yang terjadi sekarang. Kenapa orang-orang ini berlaku kasar padanya. Salah satu dari mereka mendekat dan memegangi kerah bajunya.     

Pria itu menampar Joseph lagi dan mengajak yang lain untuk ikut serta. Joseph sedang dikeroyok oleh mereka semua. Sudut bibirnya pun jadi robek, karena tamparan mereka bertubi-tubi.     

Wajah Joseph sekarang mulai berlumur darah segar. Tak henti-henti mereka memukulinya. Suaranya tampak terbata-bata.     

"Si–siapa kalian?"     

"Kau tak usah banyak bicara! Nikmati saja ini semua dengan damai." Salah satu dari mereka mulai mengeluarkan belati dari balik punggung.     

Satu tusukan berhasil dihunuskan ke bagian perut Joseph. Darah segar pun segera keluar dari sana. Kemudian, belati itu dikeluarkan dengan tiba-tiba, hingga membuat pria itu mengaduh sakit.     

Setelah berhasil melukai Joseph, pria yang berjumlah enam orang itu tampak berlari ke luar. Mereka segera masuk ke dalam mobil dan bergegas pergi. Sedangkan, di dalam rumah ada Joseph yang merintih kesakitan. Pria itu akan menghubungi Saga dan meminta pertolongan. Ia merogoh ponselnya dalam saku celana dan menghubungkan panggilannya dengan Saga.     

Tak berapa lama, panggilannya pun tersambungkan dengan Saga. Ia segera bicara dengan singkat, walau terbata-bata.     

"Hallo, Jo? Ada apa, ya?" Terdengar suara Saga dari sana memanggilnya.     

"To–tolong a–aku, Ga," lirihnya. "Aku di rumah."     

"Kau kenapa?" Saga langsung terdengar panik mendengar suara Joseph yang lemah.     

Beberapa menit kemudian, suara Joseph tak terdengar lagi di telepon. Membuat Saga mendadak cemas dan langsung menuju ke rumah pria itu. Ia meninggalkan sejenak kerjaannya di kantor.     

***     

Akhirnya, Saga sudah tiba di halaman rumah Joseph. Ia melihat pintu terbuka dengan lebar. Saga pun memutuskan untuk masuk ke dalam. Alangkah terkejutnya ia melihat Joseph telah bersimbah darah dan tak sadarkan diri.     

"Joseph!" teriak Saga sambil berlari menghampiri. Ia tepuk-tepuk perlahan kedua pipi pria itu agar tersadar.     

Saga langsung membawa tubuh Joseph dengan perlahan menuju ke dalam mobilnya. Ia akan membawa pria itu ke rumah sakit terdekat.     

"Siapa yang telah tega melakukan hal ini pada Jo?"     

***     

"Bagaimana keadaan teman saya, Dok?" Saga langsung bertanya pada dokter setelah ke luar dari dalam ruangan.     

"Syukurlah temanmu itu tidak apa-apa. Beruntung dia cepat dilarikan ke rumah sakit. Luka tusuknya pun tak terlalu dalam," ucap sang dokter.     

Saga bisa bernapas lega sekarang mendengar keadaan Joseph yang baik-baik saja. Dokter itu berlalu dari hadapannya dan tak lupa mengucapkan terima kasih.     

"Siapa yang membuatnya celaka seperti ini? Aku harus mencari tahu semuanya." Saga bertanya-tanya sejak tadi. Siapakah dalang di balik ini semua. Apa motifnya ingin mencelakai Joseph.     

Kemudian, Saga memutuskan untuk masuk ke dalam menemui Joseph. Di bagian perutnya terdapat perban yang masih merekat, juga telah terpasang selang oksigen di hidung Joseph. Ia pun merasa kasihan dengan keadaannya sekarang.     

Tiba-tiba ponsel Saga berbunyi. Ia segera melihat nama di balik layar ponselnya itu. Ternyata sang istri yang menghubunginya.     

"Hallo, sayang?" sapa suara wanita di seberang sana.     

"Iya, sayang. Ada apa?"     

"Kapan kau pulang?" Alisa bertanya langsung pada Saga.     

"Sebentar lagi sayang. Aku masih di rumah sakit." Saga memandangi wajah Joseph yang masih tak sadarkan diri.     

Setelah mengucapkan kata rumah sakit, Alisa langsung panik bukan main. Wanita itu bertanya-tanya, apakah dirinya yang sedang berada di sana atau bukan.     

"Sayang, tenanglah. Bukan aku yang dirawat, tapi Joseph."     

"Joseph? Kenapa dia ada di rumah sakit? Apa dia terluka?"     

"Nanti aku jelaskan saat di rumah, ya. Sebentar lagi aku akan pulang. Kau jangan khawatirkan aku di sini. Oke?"     

"Baiklah sayang. Kau hati-hati di jalan, ya."     

"Iya sayang. Aku tutup dulu teleponnya."     

Pembicaraan sepasang suami istri lewat telepon pun akhirnya berakhir. Sebentar lagi Saga akan segera pulang ke rumah dan menemui sang istri. Namun, ia masih ingin menunggu Joseph terlebih dahulu.     

"Aku tak habis pikir, ada saja orang yang ingin mencelakai Joseph seperti ini," ujar Saga yang terlihat bingung. Ia akan membantu mencari pelakunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.