Arrogant Husband

Terus Mencari



Terus Mencari

0"Gawat! Benar-benar gawat. Anton dan Joseph tak boleh tahu tentang kebenaran ini. Mereka berdua tak akan pernah tahu ini." Reva terlihat berjalan mondar-mandir sedari tadi. Posisinya sekarang jadi tak aman lantaran kedua pria itu mulai menerornya.     

Akhirnya, Reva teringat dengan ucapan Pak Surya yang akan membantunya dalam hal apa pun. Bukan hanya masalah uang saja. Ia pun langsung meraih ponsel dan akan menghubungi pria paruh baya itu.     

"Semoga saja lekas diangkat oleh Om Surya." Reva menunggu panggilannya diangkat oleh Pak Surya.     

Tak lama kemudian, panggilan mereka pun tersambung. Reva langsung bicara ke inti permasalahan bahwa dirinya ingin Joseph dan Anton menjadi hancur karena telah curiga padanya. Terdengar dari suara di seberang sana yang terkikik geli. Beberapa menit panggilan itu berlangsung, akhirnya Reva mendapat jawaban yang memuaskan.     

"Baiklah, Om. Terima kasih banyak karena sudah membantuku."     

Reva sangat senang karena Pak Surya akan membantunya dalam masalah ini. Anggap saja sebagai timbal balii yang menguntungkan. Tak perlu repot-repot lagi untuk membayar orang suruhan untuk membuat mereka berdua diberi pelajaran.     

"Secepatnya, kalian berdua akan hancur juga!" Reva terkikik geli saat membayangkan kehancurkan kedua pria itu. Ia tak suka sama sekali dengan Anton dan juga Joseph.     

Wanita berparas cantik, tapi berhati busuk. Anton dan Joseph akan segera mendapatkan pelajaran yang setimpal karena sudah bermain-main dengannya.     

"Lihat saja kalian berdua!"     

***     

Pak Surya buru-buru memasukkan ponselnya lagi ke dalam saku celana. Takut akan ketahuan oleh sang istri yang ada di kamar. Pria itu kembali lagi masuk dan menemui Bu Angel yang masih berbaring di atas tempat tidur.     

Hati sang istri masih bersedih. Membuat Pak Surya merasa sedikit kesal karena Bu Angel terus-menerus memikirkan bayi itu. Istrinya pun jadi tak nafsu makan sama sekali.     

"Bu?"     

"Iya, yah? Ada apa?" Bu Angel menoleh sekilas menatap ke arah sang suami.     

"Jangan memikirkan itu terus. Jaga kesehatan ibu, ya. Abis ini makan dulu ya."     

"Ibu tak mau makan, yah. Ayah saja sendiri ya."     

Biar bagaimanapun, Pak Surya tetap merasa khawatir dengan keadaan sang istri. Bu Angel tak mau makan sesuap nasi. Wanita itu terus saja bersedih.     

'Sial! Gara-gara bayi itu aku culik, istriku jadi tak mau makan sama sekali karena memikirkannya terus.'     

Pak Surya pun bingung sekarang harus melakukan apa. Ia tak mungkin membiarkan bayi itu lepas begitu saja. Apabila melepaskan bayi itu, berarti sama saja dengan membuat Alisa kembali menang dan bahagia di atas rasa sedihnya.     

"Ya sudah, kalau ibu tak ingin makan, lanjut istirahat lagi aja, ya." Pak Surya tersenyum manis pada Bu Angel.     

"Iya yah. Nanti ayah makan dulu sendiri ya."     

"Iya, jangan khawatir."     

Mau tak mau, Pak Surya akan makan di luar saja daripada di rumah. Sang istri tak bergairah seperti ini membuatnya tak betah. Ia pun meminta izin pada Bu Angel untuk makan di luar saja.     

"Bu, ayah pergi sebentar dulu ke luar ya. Mau makan di luar saja."     

"Baiklah yah. Maafkan ibu, ya."     

"Tak apa."     

Pria paruh baya itu terlihat turun dari tempat tidur. Tangannya meraih jaket kulit yang tersampir di belakang pintu kamar. Kemudian, merogoh ke dalam saku celana untuk menemukan kunci mobil. Tanpa berlama-lama lagi, Pak Surya segera pergi dari sini.     

***     

Setelah selesai makan dari sebuah restoran ternama, Pak Surya langsung berangkat menuju ke sini. Di mana bayi itu masih tertidur pulas dengan dijaga oleh orang suruhannya. Pak Surya senang bukan main, karena berhasil mendapatkan bayi adopsi ini. Memang dari awal, ia tak pernah menyukai keberadaan Alisa. Maka, ditambah dengan adanya bayi ini, membuatnya tambah kesal.     

"Andai saja kau itu adalah cucu kandungku, mungkin perlakuanku tak akan seperti ini padamu." Pak Surya menatap lekat ke arah bayi itu. Memang terlihat sangat cantik, manis, dan menggemaskan. Namun, baginya tak berarti apa pun.     

Bayi itu tak memiliki nilai apa pun di mata Pak Surya. Ia tak pernah menganggap bayi itu ada. Melihat wajah Alisa saja, ia sudah muak. Apalagi dengan adanya bayi ini.     

"Aku ingin membawamu pergi jauh dari kota ini, Nak. Agar kau tak bisa kembali lagi dengan Saga," ucap Pak Surya pada si kecil.     

"Karena aku tak pernah menyukai keberadaanmu di sini. Melihat wajah ibumu saja aku sudah bosan, apalagi kalau harus melihatmu lama-lama seperti ini!"     

Rasa benci yang ada dalam diri Pak Surya, telah mendarah daging. Pria itu amat sangat membenci Alisa dan juga bayi itu. Tak ada perasaan sayang sedikit pun untuk mereka. Malah, pria paruh baya itu dengan tega memisahkan mereka berdua, menculik bayi itu kemari.     

Dengan cara ini, Pak Surya bisa membuat Saga dan bayi itu menjauh. Semoga saja, mereka tak akan bisa bertemu kembali. Pak Surya akan secepatnya membawa bayi itu ke luar kota, menjualnya pada orang lain yang lebih membutuhkan.     

"Aku tidak pernah menganggapmu seperti cucuku. Hanya istriku saja yang menganggapmu ada."     

Pria itu tak kuasa menahan rasa kesal dalam hati. Bayi ini telah membuatnya merasa tak nyaman. Mungkin dalam beberapa hari ke depan, Pak Surya akan memindahkan bayi ini ke tempat lain.     

"Kau tak akan pernah bisa bertemu dengan Saga lagi, atau pun dengan Alisa. Kau tak pantas untuk dimiliki."     

Namun, tiba-tiba saja, bayi itu menangis kencang. Hingga membuat Pak Surya jadi tambah kesal. Kemudian, menyuruh anak buahnya untuk mengurus bayi ini. Makin lama, tangisannya makin keras. Pak Surya pun merasa pusing mendengarnya.     

"Diamkan dia! Aku sangat pusing mendengarnya menangis seperti ini!" ketus Pak Surya.     

Mereka pun membantu Pak Surya untuk membuat bayi itu berhenti menangis. Rasanya ia tak sanggup, kalau bayi itu berada di dekatnya seperti ini.     

"Argghh! Semuanya gara-gara bayi ini! Kasih sayang Saga telah berlimpah penuh padamu dan bukan dengan aku lagi yang sebagai ayahnya."     

"Bukan hanya kau saja, ibumu pun sama liciknya. Ia ingin menguasai Saga sepenuhnya." Pandangan mata Pak Surya semakin tajam melihat ke arah bayi itu.     

Dalam beberapa hari ke depan, Pak Surya sudah memutuskan untuk segera memindahkan bayi itu dari kota ini. Semoga saja, Saga dan Alisa tak tahu dengan rencana ini sampai kapan pun.     

"Tenanglah, Cu. Jangan menangis terus seperti ini. Kakek tak akan melukaimu sedikit pun, hanya saja ingin mengajakmu pergi jauh dari sini nanti."     

Di tangannya sendiri, Pak Surya akan melakukan rencana ini dengan matang. Ia akan membuat Alisa sehancur-hancurnya. Tak peduli kalau wanita itu masih menyandang status sebagai menantunya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.