Arrogant Husband

Bayi Alisa Diculik 2



Bayi Alisa Diculik 2

0"Astaga! Bayi ini selalu menangis saja dari tadi!" omel Pak Surya pada si bayi yang sejak kemarin berhasil direbut dari tangan Alisa.     

Pria paruh baya itu sedang kesal. Kemudian, menyuruh salah seorang suruhannya untuk memberi bayi itu susu. Mungkin saja, si kecil saat ini sedang merasa haus dan lapar. Setelah itu, Pak Surya melangkah ke luar dari rumah kosong ini.     

Di tempat inilah, ia membawa bayi itu. Rumah kosong yang jaraknya cukup jauh dari rumah Saga, menjadi tempat favoritnya sekarang. Bukan hanya sekadar menenangkan pikiran, tapi juga mengawasi si kecil agar tak ketahuan oleh yang lain.     

Uang yang telah dijanjikan untuk Reva pun sudah ditransfer. Pak Surya menebak bahwa wanita itu pasti sangat girang menerimanya. Ia pun juga senang bisa bekerja sama dengan Reva.     

"Akhirnya, aku berhasil juga menyingkirkan bayi ini dari Saga. Aku tak akan pernah mau untuk menerimanya sebagai cucu." Dengan langkah tegap, Pak Surya mulai menjauh dari rumah ini. Ia ingin segera pulang saja dari sini.     

Terhitung sudah dua hari dari kemarin, bayi itu berada di sini. Sang istri pun sudah tahu tentang kehilangan bayi tersebut. Bu Angel juga turut mencari-cari keberadaannya. Padahal Pak Surya sendiri yang menculiknya.     

***     

Setelah pulang ke rumah, Pak Surya langsung masuk ke dalam kamar. Menemui sang istri yang tentu saja masih bersedih. Tangannya lalu meraih pegangan pintu untuk membukanya. Terlihat sosok wanita tengah menangis dengan memeluk bantal.     

Pak Surya mendekati wanita itu. Menepuk pundaknya perlahan agar berhenti menangis. Berpura-pura bertingkah baik, seolah-olah tak terjadi apa pun.     

"Ibu kenapa menangis?" tanya Pak Surya perlahan.     

Kemudian, Bu Angel menatap ke arah suaminya dan menjawab, "Ibu lagi mikirin Lisa yah, cucu kita."     

"Semoga saja cucu kita lekas ditemukan, Bu. Ayah juga bakalan mencarinya sampai ketemu." Pak Surya tersenyum ke arah sang istri. Padahal pria itu hanya berpura-pura saja.     

Sepasang suami istri itu saling berpelukan. Pak Surya memang sengaja bersikap seperti ini hanya untuk membuat sang istri percaya, bahwa dirinya sudah menerima bayi itu dengan baik.     

"Ibu tenang ya, jangan menangis lagi. Pasti cucu kita lekas ditemukan kok."     

"Iya, yah."     

Karena saking percayanya dengan sang suami, membuat Bu Angel tak merasa curiga sedikit pun padanya. Pak Surya bisa bernapas lega, karena kedoknya tak terbongkar saat ini. Ia memuji kecerdikan Reva yang lihai memainkan drama ini. Bahkan, Saga dan Alisa pun tak menuduh yang macam-macam pada Reva.     

Pak Surya perlahan-lahan melepas pelukannya dari Bu Angel. Sang istri sekarang sudah cukup tenang. Diliriknya wajah wanita itu sekilas.     

"Ya sudah, Ibu istirahat aja ya. Jangan sampai kelelahan cuma gara-gara ini. Ayah tak mau kalau ibu sampai sakit." Pak Surya mencemaskan sang istri yang terlihat agak pucat. Namun, ia tak peduli sama sekali dengan bayi itu.     

Pria paruh baya itu perlahan-lahan merebahkan tubuh sang istri ke atas tempat tidur. Bu Angel menurut dan melemaskan tubuhnya sendiri. Selimut pun dinaikkan sampai batas dagu.     

Di samping Bu Angel sekarang ada Pak Surya yang juga sedang rebahan. Mereka berdua akan beristirahat. Sang suami memintanya untuk tak terlalu memikirkan hal ini.     

'Maaf yah, tapi Ibu masih saja memikirkan keadaan cucu kita di sana.'     

Wajah Bu Angel masih bersedih. Berbeda sekali dengan Pak Surya yang tersenyum menyeringai. Bu Angel tak tahu, kalau sang suami yang menjadi dalang di balik penculikan cucunya.     

***     

"Aku tahu, pasti kau kan dalang di balik rencana ini?" Anton sengaja mendatangi rumah Reva. Hingga, wanita itu terkejut melihatnya datang kemari.     

"Kau mau apa datang ke sini? Dan, maksud ucapanmu itu apa?"     

Reva berpura-pura tidak tahu tentang apa pun. Namun, Anton tak mudah percaya begitu saja. Pria itu terus menginterogasinya.     

"Alah! Kau tak usah pura-pura berlagak bodoh, Va! Mungkin kau bisa membohongi yang lain, tapi aku yakin kaulah dalangnya. Kau yang sudah menculik bayinya Saga dan juga Alisa."     

"Untungnya untukku apa? Aku tak ingin mengganggu hubungan rumah tangga mereka lagi karena aku pun hendak menikah dengan calonku sendiri! Jadi, kau tak usah ikut campur dan jadi pahlawan kesiangan untuk mereka. Sadar dirimu! Kau hanya seorang anak buah yang tak berpangkat tinggi," omel Reva pada Anton.     

Merasa diremehkan seperti ini, membuat Anton naik pitam. Ingin sekali ia menampar wajah Reva sekarang juga. Namun, ia urungkan hal tersebut.     

"Bicaramu sudah keterlaluan, Va! Aku masih tak bisa percaya dengan wanita ular sepertimu." Anton mendengkus ke arah Reva.     

Joseph melihat Reva dengan Anton yang saling berdebat. Ia pun mendekat pada mereka berdua. Keduanya pun langsung menatap kedatangannya.     

"Kau lagi, mau apa ke sini, Jo?" tanya Reva yang memandang ke arah Joseph.     

"Aku ingin menemuimu. Dan, tak sengaja mendengar kalian berdua sedang berdebat. Memangnya ada apa?"     

Anton langsung menunjuk-nunjuk wajah Reva. "Wanita ini sangat licik. Dia yang sudah menculik anaknya Saga dan Alisa. Aku yakin, dia adalah dalang dari semua ini."     

Joseph jelas saja terkejut. Ia baru saja tahu mengenai hal ini. Reva pun langsung menyangkal ucapan Anton.     

"Enak saja kau kalau bicara! Jangan asal tuduh sembarangan ya!" Reva tak suka kalau dirinya dituduh seperti ini.     

Anton hanya tersenyum menyeringai. Ia sangat yakin, bahwa Reva sudah terlibat dalam hal ini. Sedangkan Joseph, masih berdiam diri di tempat. Memikirkan setiap ucapan mereka berdua.     

Anton pun memutuskan untuk pergi dari sini. Dan, sekarang hanya menyisakan Joseph dan Reva saja. Pria itu masih mematung di tempat.     

"Pulanglah! Aku tak mau melihat wajahmu di sini," ucap Reva.     

"Aku ingin bertanya sesuatu." Joseph memaksa untuk masuk ke dalam. Namun, Reva tak mengizinkannya sama sekali.     

"Jangan lancang kau untuk masuk ke dalam rumahku. Aku tak akan mengizinkanmu masuk." Reva tampak kesal pada Joseph.     

Joseph terlihat menyeringai ke arah Reva. "Apa benar, kau yang menculik bayi Saga dan Alisa?"     

Ditanya seperti itu tak membuat Reva segera menjawab. Wanita itu mengibas-ngibaskan sebelah tangan ke arah wajah Joseph. Melihat tingkah Reva yang seperti ini, membuatnya semakin yakin.     

'Berarti benar apa yang dikatakan oleh Anton tadi. Reva tak akan pernah mau berkata jujur kalau dia melakukan sesuatu. Pasti selalu mengelak.'     

"Baiklah kalau kau tak mau menjawabnya," ucap Joseph.     

"Sana pergi! Aku tak mau melihat wajahmu lagi di sini! Aku sudah muak." Reva melangkah menuju ke dalam rumah, meninggalkan Joseph yang masih berdiri di halaman bersama mobilnya. Pria itu pun segera pergi dari sini dan akan menuju ke rumah Saga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.