Arrogant Husband

Bayi Alisa Diculik



Bayi Alisa Diculik

0Sesuai perjanjiannya dengan Pak Surya, Reva hari ini akan ke rumah Alisa. Ia sudah membuat rencana dengan matang bersama dengan orang suruhannya. Ia akan berpura-pura untuk mengajak Alisa pergi bersama dengan bayi itu ke luar rumah.     

"Semoga saja rencanaku kali ini akan berhasil, agar aku dapat bonus yang banyak dari Om Surya." Reva merasa kegirangan sekarang.     

Wanita itu langsung ke luar dari mobil. Terlihat Anton yang berdiri menjaga pintu depan. Sekarang tak ada larangan lagi untuk kemari menemui Alisa, hingga ia bebas kemari. Perselisihan yang terjadi dengan Alisa pun sudah membaik.     

"Alisa ada di dalam, kan?" tanya Reva pada Anton.     

"Ada." Anton hanya membalas dengan ekspresi datar. Ia masih tak percaya sama sekali dengan wanita itu.     

Reva pun langsung masuk ke dalam tanpa mempedulikan Anton sama sekali. Ia ingin bertemu dengan Alisa. Setelah masuk dan dipersilakan duduk oleh pelayan di rumah itu, Reva menyuruh untuk memanggilkan Alisa yang masih ada di kamar.     

"Tolong panggilkan Alisa, ya. Aku ingin bertemu dengannya sekarang."     

"Baik, Bu."     

Pelayan itu bergegas menaiki anak tangga untuk memanggil Alisa di kamar. Sedari tadi, Reva terus saja tersenyum menyeringai. Ia yakin, rencananya kali ini akan berhasil mengajak Alisa ke luar bersama dengan bayi itu.     

"Aku yakin, Alisa pasti mau ikut jalan-jalan ke luar bersamaku. Dia mudah sekali untuk dipengaruhi."     

Tak berapa lama, muncullah Alisa yang berjalan sendiri menuruni anak tangga. Mata mereka bertemu. Reva memandang wanita itu yang menghampirinya ke ruang tamu.     

"Reva?" Alisa langsung duduk tak jauh dari tamunya.     

"Aku senang bertemu denganmu, Sa."     

"Hm, aku juga Va."     

Minuman sudah tersaji untuk sang tamu di atas meja. Pelayan itu mempersilakannya untuk minum. Tak lupa ucapan terima kasih terlontar dari mulut Reva.     

"Oh, ya, kedatanganku kemari ingin mengajakmu dan juga si kecil untuk jalan-jalan sebentar."     

Alisa tampak bingung harus mengiyakan keinginan Reva atau tidak. Wanita yang saat ini ada di depannya sedang menunggu sebuah jawaban.     

"Bagaimana, Sa? Apakah kau mau? Aku ingin melepaskan semua bebanku dengan jalan-jalan bersama kalian."     

Karena merasa tak tega menolak permintaan Reva, akhirnya Alisa pun setuju. Ia meminta pada wanita itu agar jalan-jalan sebentar saja.     

"Baiklah. Tapi, hanya sebentar saja ya, aku takut kalau Saga marah nanti bila terlalu lama ke luar rumah."     

Akhirnya, rencana Reva mulai berjalan lancar. Alisa setuju untuk ikut bersama dengannya bersama bayi itu.     

"Iya, Sa. Aku tunggu kau di sini ya."     

Alisa mengangguk lalu bergegas naik ke kamar. Ia ingin mengajak serta bayi kecilnya juga. Tak ada firasat buruk apa pun yang dirasakan oleh Alisa.     

Setelah melihat Alisa pergi ke kamar, Reva pun tersenyum senang. Sejenak ia meraih gelas jus yang sudah ada di atas meja. Meminum isinya sedikit lalu meletakkan kembali ke tempat semula.     

Reva pun merogoh tas untuk mencari ponselnya. Ia ingin menghubungi seseorang yang sudah siap sedari tadi untuk melancarkan aksi ini.     

"Hallo, kalian sudah siap, kan?" tanya Reva pada orang di seberang sana.     

"Siap, laksanakan, Bu."     

Ia buru-buru meletakkan kembali ponsel itu ke dalam tas. Melihat ada Alisa dan juga bayi itu sudah berjalan menghampirinya. Reva berusaha terlihat biasa saja dan seolah-olah tak merencanakan hal apa pun.     

Kini, istri Saga itu sudah siap untuk pergi bersama dengan Reva. Si kecil pun sedang tertidur dalam gendongan Alisa.     

"Kau sudah siap, Sa?" Reva bertanya pada Alisa.     

"Iya, Va. Aku sudah siap."     

Sebelum pergi, Alisa berpesan pada pelayan di rumah bahwa dirinya hanya pergi sebentar saja bersama dengan Reva. Mereka semua tampak mengangguk patuh. Alisa juga tak lupa untuk memberitahu pada Anton, agar selalu menjaga rumah dan tak ke mana-mana.     

Namun, Anton merasa curiga pada Reva. Entah apa lagi yang akan direncanakan oleh wanita licik itu pada sang nyonya. Alisa terlihat senang dan santai saja, seolah-olah tak ada rasa curiga sama sekali.     

Mereka berdua sudah naik ke dalam mobil. Reva pun segera melajukan mobilnya dari halaman rumah Saga. Perlahan tapi pasti, Reva bersorak dalam hati karena berhasil mengajak Alisa ke luar dari dalam rumah.     

'Akhirnya, Alisa bisa ke luar juga bersamaku.'     

***     

"Ngomong-ngomong kita akan ke mana nanti?"     

"Ke taman, mau? Sekalian aku cerita padamu, Sa."     

"Oh, baiklah."     

Di sepanjang perjalanan, Alisa tak merasa curiga pada Reva sedikit pun. Ia masih menggendong sang anak yang masih tidur nyenyak. Wanita itu sengaja membawanya ke jalan yang lengang.     

Tiba-tiba saja, ada dua mobil yang mengejar mereka dari arah belakang. Alisa melihat mobil itu dengan perasaan takut. Namun, berbeda dengan Reva yang terlihat santai.     

"Va, sepertinya ada yang mengikuti mobil ini." Alisa masih melihat mobil itu dari pantulan kaca spion. Reva pun melakukan hal yang sama dengannya.     

Sekarang Reva berpura-pura jadi panik. Karena tak mau terlihat mencurigakan di hadapan Alisa.     

"Ahh, iya!" Reva sengaja memacu kecepatan mobil agar terlihat sedang salip-salipan dengan mobil yang ada di belakangnya.     

Alisa sangat panik sekarang sambil mendekap erat sang anak. Ia takut terjadi apa-apa. Reva terus saja melajukan mobilnya.     

"Va, hati-hati."     

"Iya, Sa. Mereka terus mengejar kita," ujar Reva. Namun, di dalam hati ia terlihat senang karena yang sedang mengejar di belakang itu adalah orang-orang suruhannya.     

Orang-orang suruhan Reva mulai menyalip dari arah samping. Lantas, mereka pun terlihat sudah berhenti di depan. Reva pun menginjak rem mobilnya secara mendadak. Alisa sangat panik sekarang, karena ia melihat sejumlah pria telah ke luar dari dalam mobil.     

Alisa buru-buru melepaskan sabuk pengaman dan ke luar dari mobil. Disusul oleh Reva juga yang berpura-pura panik. Sedangkan, sejumlah pria terus mengejar dengan cepat.     

"Aww!" Reva pura-pura terjatuh dan hanya Alisa yang terus berlari menyelamatkan diri. "Lari, Sa, lari!" teriak Reva, lalu ia tertawa terbahak-bahak. Melihat Alisa seperti ini, membuatnya merasa puas.     

Mereka semua terus mengejar Alisa sampai dapat. Reva berharap, semoga saja bayi itu segera berhasil dirampas dari genggaman Alisa. Kemudian, ia akan menyerahkannya pada Pak Surya.     

Reva pelan-pelan berdiri dan membersihkan bajunya yang sedikit kotor. Orang-orang suruhannya masih mengejar Alisa.     

"Aku yakin, sebentar lagi bayi itu akan ada di tanganku."     

***     

Alisa bersembunyi di sebuah pagar beton yang menjulang tinggi di pinggir jalan. Ia menatap wajah sang anak yang masih tertidur nyenyak. Semoga saja mereka berdua tak kenapa-kenapa.     

"Sayang, jangan bangun dulu, ya." Alisa sangat panik sekarang. Semoga saja, bayi itu tak bangun dan menimbulkan suara tangisan.     

Saat ini, ia masih dikejar-kejar oleh mereka. Entah siapa orang-orang itu. Alisa tak ingin memikirkan apa pun sekarang, terpenting adalah keselamatannya dan juga bayinya. Ia pun lupa membawa ponsel untuk meminta bantuan Saga. Yang hanya bisa dilakukan sekarang adalah diam dan juga berdoa.     

Terdengar suara-suara langkah kaki orang yang mendekat. Alisa pun tak membuat pergerakan sama sekali yang bisa menimbulkan kecurigaan mereka. Ditatapnya sejenak bayi itu yang masih tidur. Berharap agar si kecil tak bangun dan menangis.     

Dari balik lubang kecil, Alisa bisa melihat mereka telah pergi dari sini. Ia pun segera melarikan diri dengan perlahan agar tak ketahuan.     

Ia terus berlari tak tentu arah sambil menggendong sang anak. Ke mana lagi ia harus melangkah.     

"Reva, di mana dia sekarang? Apa sudah tertangkap?" Napas Alisa tersengal-sengal. Ia pun memutuskan untuk berdiam sejenak.     

Alisa pun mencoba untuk kembali ke tempat awal, di mana ia dan Reva dikejar-kejar oleh orang tak dikenal. Namun, baru beberapa menit terdiam, beberapa orang terlihat mengejarnya lagi. Alisa mau tak mau harus berlari kencang menyelamatkan diri.     

Beberapa pria itu terlihat kuat berlari, sehingga Alisa tak sanggup lagi untuk berjalan. Tiba-tiba, ia ambruk ke tanah sambil memegangi sang anak dengan erat. Terdengar suara tawa dari orang-orang tersebut.     

"Mau ke mana lagi kau, hah?!" ujar salah satu dari mereka sambil tertawa.     

"Mau apa kalian semua?" Alisa bertanya pada mereka. Ia berharap tak terjadi apa-apa setelah ini.     

Namun, tiba-tiba saja mereka mencoba merebut paksa bayi itu dari genggamannya. Sehingga, Alisa tak tinggal diam. Ia berteriak meminta tolong agar dapat terselamatkan.     

"Lepaskan anakku! Jangan bawa dia!" Alisa sambil berteriak minta tolong. Tak ada seorang pun yang mendengar teriakannya ini. Hingga, si kecil akhirnya berhasil dicuri dari pelukannya.     

Alisa berontak dan mencakar-cakar wajah mereka satu per satu, agar sang anak dikembalikan lagi ke dalam pelukannya. Namun, salah seorang dari mereka tengah memukulnya dari belakang. Alhasil, membuat wanita itu kembali terjatuh ke tanah.     

"Anakku," lirih Alisa yang tertiarap sambil berusaha meraih sang anak. Ia kembali duduk perlahan walau rasa sakit kepala begitu mendera.     

Ia melihat orang-orang itu membawa pergi anaknya ke dalam mobil. Alisa berusaha berlari dengan sisa kekuatan yang ada.     

"Kembalikan anakku! Kembalikan dia!" teriak Alisa sambil memukul-mukul kaca mobil.     

Wanita itu menangis histeris saat sang anak dibawa kabur oleh sejumlah orang yang tak dikenal. Apalah daya sekarang, bayi itu telah bersama orang lain. Alisa hanya bisa menangis deras saat ini sambil memandangi mobil tersebut. Tak ada siapa-siapa yang menolongnya sekarang. Reva pun entah pergi ke mana.     

Alisa merasa habis pikir sekarang. Tak tahu lagi harus melakukan apa karena sekarang merasa bodoh, kehilangan sang anak telah membuatnya seperti ini.     

"Harusnya aku tidak ke luar dengan membawa Lisa ikut bersama. Harusnya dia di rumah saja bersama dengan pelayan." Alisa terus-menerus menyalahkan diri sendiri.     

"Ibu macam apa aku ini!" Alisa masih menangis deras. Terlihat kantung matanya yang sudah membengkak.     

Akhirnya, Alisa tak mau menyerah untuk mendapatkan anaknya kembali. Ia pun berlari ke arah jalan pulang. Semoga saja saat di tengah perjalannya nanti, akan ada orang yang mau menolongnya.     

"Aku harus cepat menghubungi Saga di rumah," ujar Alisa sambil berlari ke arah jalan pulang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.