Arrogant Husband

Bayi Alisa Diculik 1



Bayi Alisa Diculik 1

0"Nyonya?"     

Anton melihat Alisa dalam keadaan yang memprihatinkan. Tak ada si kecil ikut bersama. Membuat sebuah tanda tanya besar di kepala Anton.     

"Anak Nyonya mana?" tanya Anton pada Alisa.     

"Dia diculik oleh orang yang tak dikenal." Alisa tak kuasa untuk menanggung bebannya sekarang. Ia terjatuh ke bawah, tapi berhasil ditangkap oleh Anton.     

'Apakah ini ulah Reva lagi?'     

Anton pun lekas membawa Alisa ke dalam dan segera menghubungi Saga di kantor. Melihat sang Nyonya menangis histeris seperti itu, membuatnya yakin bahwa ada campur tangan Reva saat ini.     

Setelah menghubungi Saga di sana, Anton pun berusaha untuk menenangkan Alisa yang masih menangis. "Jangan khawatir Nyonya. Aku yakin, anak Nyonya pasti selamat dan akan segera ditemukan."     

"Bagaimana aku tidak khawatir padanya? Dia adalah anakku satu-satunya."     

Di tengah pembicaraan Anton dan Alisa, maka muncullah Reva yang berpura-pura panik. Sekujur tubuh Reva terlihat ada beberapa bekas cakaran dan bajunya juga sobek. Ini pun sudah direncanakannya dengan matang.     

"Alisa? Kau baik-baik saja?" tanya Reva. Alisa hanya menggeleng pelan. "Anakmu ke mana?"     

"Dia diculik oleh orang-orang itu," ujar Alisa lemas.     

Reva langsung menutup mulut karena terkejut. Namun, Anton tak percaya sama sekali dengan tingkah Reva sekarang. Masih ditatapnya dengan saksama wajah wanita licik itu.     

"Kau kenapa, Va? Kenapa ada bekas cakaran seperti ini? Bajumu juga robek."     

Setelah ditanya oleh Alisa, Reva langsung menangis deras. Ia mengaku, bahwa akan diperkosa oleh mereka satu per satu. Namun, berhasil meloloskan diri dari sana.     

Kedua wanita itu saling berpelukan. Mereka sama-sama menangis. Anton yang melihat pemandangan ini, tampak merasa jijik dengan Reva. Bisa-bisanya wanita berhati busuk itu berakting.     

'Aku yakin bahwa semua ini adalah ulahmu, Va. Kau tega menculik bayi itu dari Alisa. Tapi, aku masih belum ada bukti untuk membawamu ke penjara.'     

Lantas, Anton pun berdiri dan segera meninggalkan kedua wanita ini. Membiarkan mereka dalam keadaan menangis. Ia akan mengumpulkan bukti-bukti bahwa Reva terkait di dalamnya.     

***     

"Kenapa bisa seperti ini bayi kita diculik oleh orang tak dikenal? Kenapa kau membawanya ke luar dari rumah ini, Sa!"     

Saga sekarang jadi marah besar pada istrinya sendiri. Alisa yang merasa dimarahi pun, tentu saja makin menangis. Sepasang suami istri itu tampak bingung.     

"Aku berkali-kali memberimu pesan. Jangan pernah ke luar dari rumah ini sedikit pun! Kalau kau perlu apa-apa, bisa hubungi aku langsung atau mereka yang ada di rumah ini!" Dengan pandangan tajam menatap ke arah Alisa, hati Saga pun ikut terbakar panas.     

"Maafkan aku sayang. Aku tadi diajak jalan-jalan sebentar oleh Reva."     

Saga juga merasa kesal dengan Reva. Bisa-bisanya ia mengajak Alisa pergi bersama. Ia akan memberi pelajaran pada wanita itu nanti. Sekarang fokus pikirannya untuk menemukan sang anak dengan segera.     

Pria itu berlalu begitu saja dari hadapan Alisa. Kali ini, Saga sengaja tak menghiraukan istrinya itu. Ia ke luar dari kamar dan menyuruh anak buahnya untuk mencari keberadaan sang anak.     

Alisa sangat menyesal karena membawa sang anak ikut jalan-jalan bersama. Andai saja ia tak terpengaruh oleh ucapan Reva, maka kejadian ini tak pernah terjadi. Alisa pun tak ada pikiran buruk pada wanita itu.     

"Ya Tuhan, tolong selamatkan anakku di mana pun berada. Tolong bawa dia pulang ke rumah bersama kami lagi," ujar Reva.     

Saga yang berada di ruang tamu langsung menyuruh anak buahnya untuk berkumpul. Ia akan menugaskan mereka semua untuk mencari anaknya yang hilang. Anton pun juga turut berkumpul bersama dengan yang lain.     

"Aku perintahkan kalian semua untuk mencari keberadaan anakku mulai sekarang!"     

Mereka membubarkan diri setelah disuruh oleh Saga pergi mencari sang anak. Namun, berbeda dengan Anton. Ia merasa sudah menemukan pelakunya dan akan mendiskusikan ini pada Saga. Pria itu kemudian mendekat.     

"Ga, aku ingin bicara sebentar denganmu."     

"Maaf Ton, sekarang aku tak ingin bicara dengan siapa pun."     

"Ini menyangkut anakmu. Aku rasa ada yang tak beres telah terjadi."     

Saga merasa penasaran dengan Anton. Maka ia pun akan mendengarkan penjelasan pria itu.     

"Entah kenapa, aku merasa bahwa Reva lah yang ada di balik penculikan anakmu ini," ujar Anton.     

"Entahlah. Kalau pun memang benar begitu, aku tak akan memaafkan dia lagi dan langsung kujebloskan ke dalam penjara. Namun, sekarang kita tak punya bukti apa pun." Saga hanya bisa mengembuskan napas panjang. "Aku ingin mencari anakku dulu."     

"Baiklah kalau begitu. Lebih baik aku ikut bersama denganmu."     

Kedua pria itu mulai mencari keberadaan si kecil. Sekarang Saga tak peduli dengan keadaan Alisa yang masih menangis di dalam kamar.     

***     

Malam hari telah menjelang, tapi Saga dan yang lain belum pulang juga. Membuat Alisa tentu saja merasa khawatir. Dari siang tadi mereka mencari keberadaan sang anak. Alisa tak tahu harus melakukan apa sekarang, selain hanya bisa berdoa untuk keselamatan anak dan juga suaminya.     

"Siapa yang tega menculik anakku?"     

Alisa terlihat mondar-mandir tak karuan di dalam kamar. Makan malam pun rasanya jadi tak karuan rasa. Mengingat anaknya yang hilang dan sang suami yang sibuk mencari di luar sana.     

"Maafkan ibumu ini, Nak, yang tak bisa menjagamu dengan baik. Hingga kau diculik oleh orang tak dikenal. Tapi, ibu berjanji akan menemukanmu secepatnya. Pasti ayahmu bisa menemukanmu." Wanita itu terus memanjatkan doa pada Sang Tuhan, agar si kecil secepatnya ditemukan.     

***     

"Kerjamu memang sangat bagus, Va. Om sangat suka dengan pekerjaanmu ini."     

Kini, Pak Surya merasa sangat senang karena berhasil mendapatkan bayi itu dari genggaman Alisa. Pasti wanita itu tengah bersedih dan sakit hati.     

"Tentu saja, Om. Aku memang ahlinya dalam bidang ini."     

"Baiklah. Om akan memenuhi janji. Kau mau minta apa?"     

"Aku mau minta tolong sama om."     

"Apa itu?"     

Reva pun membicarakan masalah Joseph pada Pak Surya. Ia ingin pria itu segera dihabisi saja agar tak mengganggu hubungannya lagi dengan Agam. Pak Surya tampak mengangguk-angguk.     

"Oh, jadi ini masalah pria?"     

"Iya, Om. Bantu Reva, ya."     

"Baiklah kalau begitu. Om akan bantu kau."     

Reva sangat senang mendengarnya. Ia yakin, bahwa Pak Surya akan menugaskan anak buahnya untuk menghancurkan Joseph. Sebagai timbal balik yang menguntungkan.     

"Sesuai dengan kesepakatan kita juga, Om akan beri kau uang yang banyak karena sudah berhasil dalam misi ini. Tenang saja, akan Om kirim secepatnya nanti." Pak Surya akan memenuhi janjinya pada Reva. Alangkah senangnya wanita itu mendengar hal ini.     

Tak rugi rasanya bila bekerja sama dengan Pak Surya. Reva akan selalu mau kalau kerja sama seperti ini.     

"Reva tak rugi sama sekali kalau diajak kerja sama dengan Om seperti ini. Sudah dapat bantuan, dapat duit pula," ujarnya sambil tersenyum. Reva tak mau munafik, bahwa ia juga membutuhkan uang yang banyak.     

Pak Surya terlihat mendelik ke arah Reva. Ia sudah berhasil membuat wanita ini tunduk padanya. Mau melakukan apa saja untuk dirinya. Alhasil, anak Alisa pun berhasil didapatkan.     

"Baiklah om, aku mau pulang dulu." Reva pun berlalu pulang dan meninggalkan Pak Surya bersama dengan anak buahnya untuk menjaga si kecil di sini.     

Pria paruh baya itu lantas menatap bayi itu dengan perasaan senang. Akhirnya, ia bisa membawanya kemari dari genggaman tangan Alisa.     

"Aku bisa membayangkan bahwa sekarang kau sangat sedih karena telah kehilangan bayi adopsi ini. Bagaimana rasanya? Sakit bukan?" Pak Surya pun tertawa terbahak-bahak. Ia sudah bisa mengira ekspresi Alisa seperti apa sekarang.     

"Bersedihlah sekarang, Nak, bersedihlah. Sebentar lagi bayi ini akan menghilang selamanya dari sisi Alisa dan juga Saga. Akan kuberikan bayi ini pada orang lain."     

Rencana busuk dari Pak Surya akan terus berjalan. Ia tak ingin, kalau bayi tu sampai berada di tengah lingkup keluarganya. Pak Surya jelas tak menyukainya, yang tak jelas asal-usul bayi ini.     

***     

Alisa terkantuk-kantuk saat duduk di sebuah kursi goyang di kamar. Menunggu kabar dari Saga yang masih tak kunjung pulang. Jam pun sudah menunjukkan jam satu dini hari. Mereka semua masih melakukan pencarian pada si kecil.     

Terdengar suara pintu terbuka. Alhasil, Saga sudah datang. Alisa bangun dan langsung menghampiri sang suami.     

"Sayang, apa sudah menemukan bayi kita?" tanya Alisa.     

"Aku sangat kecewa padamu." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Saga. Membuat Alisa diam mematung di tempat.     

Pria itu duduk di atas tempat tidur sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Sampai saat ini, Saga dan yang lain masih belum juga menemukan bayi itu. Entah ada di mana sekarang posisi sang anak.     

Alisa sangat bersedih karena kehilangan bayinya dan juga telah membuat Saga merasa kecewa seperti ini. Andai saja waktu bisa diputar kembali, maka ia tak akan mau untuk diajak pergi oleh Reva. Ia akan terus bersama dengan anaknya di rumah. Rasa penyesalan pun selalu datang terlambat.     

Saga memutuskan untuk merebahkan diri di atas tempat tidur. Sedari siang sampai larut malam seperti ini, ia tak juga makan dan istirahat. Tak karuan rasanya ketika sang anak hilang. Sang istri pun lalu mendekatinya.     

"Maafkan aku," ujar Alisa sambil menangis sesenggukan.     

Tak tega juga rasanya kalau Saga membiarkan sang istri menangis seperti ini. Namun, ia masih merasa kecewa dengan kelalaian istrinya itu.     

"Aku sangat menyayangkan hal ini. Bisa-bisanya kau diajak pergi dari rumah oleh Reva."     

"Maafkan aku sayang. Aku janji tak seperti itu lagi."     

"Entah siapa pelakunya, aku masih tak tahu." Saga mengembuskan napas panjang. Ia pun duduk kembali dan mendekap tubuh sang istri.     

"Maafkan aku sayang." Alisa masih mengucapkan permintaan maaf.     

"Maafkan aku juga karena telah memarahimu tadi." Saga merasa bersalah karena telah memarahi sang istri.     

"Kau tidak bersalah sayang. Di sini, aku yang salah."     

"Baiklah sudah. Jangan menyalahkan dirimu lagi." Saga langsung mencium kening sang istri. Mereka sama-sama meminta maaf untuk hal ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.