Arrogant Husband

Rencana Besok Hari



Rencana Besok Hari

0"Aku senang sekali melihat ayah dan ibu datang ke sini tadi untuk menjenguk anak kita." Alisa kini duduk bersebelahan dengan Saga.     

"Baguslah kalau begitu, sayang. Anggap saja, ini adalah awal yang baik untuk keluarga kita."     

Alisa mengangguk senang. Akhirnya, semua doanya dikabulkan oleh Tuhan. Pak Surya mulai bisa menerima bayi itu sedikit demi sedikit.     

"Aku tak masalah sama sekali, kalau Ayah masih tak menganggapku sebagai menantu. Terpenting, bayi kita diterima dengan baik oleh beliau."     

"Kau jangan menyerah sedikit pun. Yakinlah, pasti Ayah akan menerimamu juga suatu saat nanti. Teruslah berdoa ya, sayang."     

Saga berusaha untuk terus membuat sang istri merasa semangat. Bersabar dan berdoa adalah kunci dari segalanya. Alisa sangat berharap, bahwa dirinya juga bisa diterima oleh Pak Surya. Namun, perlahan-lahan sang ayah mertua pasti bisa menerimanya.     

"Iya sayang. Aku akan selalu berdoa pada Tuhan, agar ayahmu bisa menerimaku sebagai menantu satu-satunya. Perlahan tapi pasti. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, kan?"     

Sang suami langsung mengusap rambutnya dengan perlahan. Saga tak bisa menahan untuk tak mencium kening serta bibirnya. Pria itu selalu saja merasa candu dengannya.     

"Iya sayang. Tak ada yang tak mungkin, selagi kita masih berusaha dan berdoa."     

Kemudian, sepasang suami istri itu saling merebahkan tubuh masing-masing di atas ranjang. Saga dengan cepat menyambar bibir Alisa dan menciuminya dengan penuh gairah. Pria itu mengulum bibir itu dengan sedikit kasar, serta menggigitnya juga.     

Lidah mereka sama-sama bertemu di dalam sana. Alisa akan memberikan yang terbaik untuk sang suami. Tangan Saga pun mulai bergerayangan ke sana kemari di atas tubuh wanita itu. Alisa hanya bisa merasakan setiap sentuhan dari suaminya.     

Nafsu Saga sudah berada di puncak. Ia ingin segera bercinta dengan sang istri. Menyalurkan hasratnya pada wanita itu. Ia pun menyuruh Alisa untuk duduk sementara dan akan membukakan baju.     

Kini, tangan Saga sudah terjulur ke belakang untuk membuka pengait bra. Kemudian, dua buah bukit kembar yang besar tampak indah di depan mata. Saga sangat terpesona melihat keindahannya.     

Saga pun membuka baju dan juga celana panjang miliknya. Mereka masih sama-sama mengenakan segitiga bermuda.     

"Sayang?" panggil Saga dengan nada manjanya. Membuat Alisa langsung paham dengan ucapannya.     

Setelah mendapat persetujuan dari Alisa, Saga pun tak ingin berlama-lama lagi untuk memulai permainan ini. Pria itu mulai membuka kedua paha Alisa yang mulus, hingga terlihatlah lubang kenikmatan. Kemudian, menancapkan si junior untuk masuk ke dalam sana. Memberi hentakan beberapa kali untuk memastikan benar-benar masuk. Wajah Alisa terlihat agak masam sekarang.     

Saga sudah berhasil memasukkan juniornya ke dalam. Ia pun melakukan gerakan maju mundur dengan perlahan. Keduanya sama-sama saling menikmati. Tangan Saga masih memegangi paha sang istri.     

Alisa dan Saga saling berciuman. Mereka berdua masih sangat nyaman berada dalam hubungan intim ini. Terdengar desahan yang begitu manja ke luar dari mulut wania itu. Alisa terbuai oleh sentuhan Saga.     

Kedua tangan Saga kini berpindah menuju ke area dada. Pria itu terlihat meremas-remas bukit kembar itu sambil menggoyangkan badan. Alisa yang berada di bawah Saga pun, merasa keenakan.     

Mereka terus ingin melakukannya lebih lama lagi. Saga merasa bahagia bersama dengan Alisa seperti ini. Sang istri memang selalu bisa melayani nafsunya. Alisa pun tak bisa menolak keinginannya kalau lagi seperti ini.     

Saga melihat wajah Alisa sudah tak karuan lagi, karena si junior masuk lebih dalam dan lama di sana. Mereka kini sama-sama berada di puncak kenikmatan.     

Lumatan bibir terus Saga berikan pada Alisa. Wanita itu juga membalas perlakuan serupa. Ia ingin membuat sang suami merasa senang hari ini karena telah bercinta dengannya. Apa pun akan Alisa berikan untuk pria itu.     

Perpaduan antara mereka berdua pun makin menjadi. Saga terus memberikan perlawanan pada Alisa. Sehingga tempat tidur mereka mulai bergetar tak karuan. Keringat pun membasahi tubuh mereka. Saga sangat semangat untuk terus menggempur sang istri.     

Tangan Alisa menggerayang-gerayang di belakang punggung Saga. Wanita itu terlihat keenakan karena perbuatannya. Hari ini mereka lewati dengan perasaan cinta yang bergejolak.     

***     

Setelah selesai bercinta, Alisa dan Saga langsung merasa lemas di atas tempat tidur. Tubuh mereka yang polos dan tak tertutup apa-apa, membuat keduanya saling pandang. Seprai tempat tidur pun jadi sedikit basah karena keringat mereka.     

"Sayang, terima kasih ya," ucap Saga sambil memandang wajah cantik sang istri.     

"Iya sayang. Sama-sama. Asalkan kau puas dengan pelayananku."     

"Aku sangat puas dengan pelayananmu ini, sayang."     

Alisa merasa senang karena sudah membuat sang suami merasa terpuaskan seperti ini. Pria itu sedang berbaring di sampingnya. Bulir-bulir peluh tampak di dahi Saga. Alisa pun segera menyekanya dengan pelan.     

Mata mereka pun saling pandang. Saga makin mendekat pada sang istri, hingga tak ada jarak lagi di antara keduanya. Tangan pria itu mulai meremas-remas lagi buah dada Alisa. Kemudian, menghisapnya dengan penuh semangat.     

"Rasanya aku sangat semangat sekali karena kau selalu memberi pelayanan terbaik." Kedua tangan Saga masih asyik meremas-remas. Alisa hanya pasrah saat tangan suaminya berada di area dada.     

"Ya sudah, istirahatlah sayang." Saga menyuruh sang istri untuk istirahat.     

Pria itu tak lupa mengucapkan terima kasih lagi untuk kedua kali pada Alisa. Wanita itu mengangguk seraya tersenyum manis. Ia senang, bisa memuaskan sang suami.     

Kini, keduanya akan istirahat dalam keadaan tubuh yang telanjang. Saga mulai mengambil selimut yang berada di bawah kaki. Kemudian, menyampirkan ke tubuhnya serta tubuh sang istri.     

***     

Malam hari pun telah tiba. Bintang-bintang tampak berkelap-kelip di langit. Reva saat ini sedang asyik berdiri di belakang rumah sambil menengadah ke atas. Ia memandangi setiap bintang.     

Tiba-tiba saja, ponselnya pun berdering. Reva segera melihat nama di balik layar tersebut. Ternyata Pak Surya yang memanggilnya. Ia pun segera mengangkat.     

"Hallo, Om Surya ada apa?" tanya Reva saat berteleponan dengan pria itu.     

"Besok kau akan melakukan tugasmu itu. Bisa kan?"     

Siap atau tidak, Reva pasti akan melakukannya untuk Pak Surya. Ia sudah berjanji akan membantu pria paruh baya itu untuk melancarkan aksi jahatnya ini. Namun, ia juga akan meminta bantuan pada pria tersebut.     

"Bisa om. Reva sudah rencanakan hal ini dengan sebaik mungkin. Om pasti tak akan kecewa."     

Terdengar dari nada suara Pak Surya tampak sangat puas sekarang. Pria itu tergelak tawa dan membuat Reva juga turut senang mendengarnya. Kapan lagi ia bisa mengerjai Alisa seperti ini. Ia akan menjadi sosok wanita jahat seperti dulu.     

"Bagus! Kau memang wanita yang pintar dan bisa diandalkan. Om bangga padamu." Pak Surya memuji-muji kepintaran Reva.     

Pria paruh baya itu sudah merencanakan hal ini dengan mata bersama Reva. Wanita itu akan membantu untuk melancarkan aksinya.     

Reva senang mendapatkan pujian itu dari Pak Surya. Tak lama kemudian, pria itu akan segera menutup teleponnya.     

"Baiklah, Va. Om mau tutup dulu teleponnya, ya. Sampai berjumpa nanti."     

Tut! Tut! Tut!     

Akhirnya, Pak Surya sudah memutuskan sambungannya secara sepihak. Reva mendapatkan sebuah tugas yang harus dikerjakan besok. Pokoknya, tugas ini harus berhasil dan jangan sampai gagal.     

"Sebentar lagi, uang yang banyak itu akan berada di depan mataku. Kalau masalah itu, terlalu kecil untukku. Aku pasti bisa melakukannya dan tak akan membuat Om Surya kecewa dengan cara kerjaku." Reva tersenyum licik seraya matanya memandang ke atas langi malam.     

Biar bagaimanapun, Reva tetaplah seorang Reva. Wanita yang rela melakukan segala cara untuk mendapatkan uang dan juga apa yang ia inginkan.     

"Aku tak akan pernah mengecewakan Om Surya. Aku harus membuatnya senang. Lihat saja nanti kau, Alisa! Kau akan kubuat menderita dengan kehilangan bayi itu."     

***     

"Ayah habis teleponan sama siapa?"     

Tiba-tiba saja, Bu Angel datang menghampiri sang suami yang berdiri tegak di ambang pintu depan. Membuat Pak Surya sedikit kaget. Namun, beberapa detik kemudian, Pak Surya bisa menguasai kondisi ini.     

"Biasalah, Bu. Teman ayah itu. Katanya kangen sama ayah." Pak Surya sengaja terkikik geli.     

"Ohh, begitu ya, yah?"     

"Iya, Bu."     

Kemudian, Bu Angel segera menarik kedua tangan sang suami untuk naik ke atas ranjang. Ia ingin dimanja-manja oleh pria itu. Menghabiskan waktu berdua saja di dalam kamar.     

"Ayah, ayo ke kamar. Temani ibu di dalam sana, ya," ujar Bu Angel.     

"Baiklah, Bu Ayo, kita ke sana." Pak Surya menurut saja dengan keinginan sang istri.     

Mereka berdua sama-sama menaiki anak tangga dengan perlahan. Bu Angel terus saja memegangi lengan sang suami sampai tiba di pintu kamar. Wanita itu memegangi pegangan pintu dan keduanya segera masuk ke dalam.     

Bu Angel mengajak sang suami untuk duduk di atas tempat tidur. Ada yang ingin dibicarakan sepertinya.     

"Yah, ibu mau bicara sesuatu nih."     

"Apa itu, Bu? Bicaralah dengan ayah. Siapa tahu, ayah bisa bantu kok."     

"Ibu ingin agar ayah selalu menyayangi Alisa dan juga bayi itu sampai nanti ya. Jangan jahat dengan Alisa lagi. Perlakukan dia dengan baik sebagai menantu kita."     

Mendengar ucapan sang istri yang selalu menyuruhnya agar baik terhadap Alisa, membuat Pak Surya merasa tak enak. Namun, ia harus berpura-pura baik dan patuh di hadapan sang istri.     

"Ba–baiklah, Bu. Ayah akan berusaha untuk bisa menerima Alisa dengan baik sebagai menantu."     

"Nah, gitu dong yah." Bu Angel sangat senang dan juga tersenyum. Akhirnya, sang suami mau juga untuk menuruti ucapannya.     

'Dasar si ibu! Bisa-bisanya dia nyuruh aku untuk berdamai dengan Alisa. Tentu saja, aku tak mau melakukan hal itu, karena tak sudi untuk berbaikan dengan wanita miskin seperti itu."     

Pak Surya masih saja menganggap Alisa hanya sebagai wanita yang miskin. Ia masih belum bisa menerima hal ini.     

"Apa pun yang ibu suruh ke ayah, akan ayah lakukan dengan baik." Pak Surya tersenyum manis terhadap Bu Angel. Hingga sang istri tak bisa menolak ketampanannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.