Arrogant Husband

Susah Sekali Membuatnya Percaya



Susah Sekali Membuatnya Percaya

0"Sayang, ayo kita pergi dari sini. Lebih baik, cari restoran lain saja." Agam langsung mengajak Reva untuk pergi dari restoran ini.     

"Kalian berdua mau pergi dari sini?" tanya Joseph kemudian. Pria itu tak rela, kalau melihat mereka pergi begitu saja.     

"Bukan urusanmu!" ketus Reva dan langsung mengambil tasnya yang tergeletak di atas meja makan.     

"Va, aku ingin merasakan kasih sayang dan sentuhan darimu lagi, saat malam pertama itu."     

Mendengar ucapan Joseph, Agam langsung berhenti melangkah. Reva seketika jadi gugup sendiri.     

"Ma–malam pertama? Apa maksudmu?"     

Beberapa pasang mata telah melihat ke arah mereka bertiga. Reva jadi malu sekali sekarang. Kenapa Joseph harus mengungkit masalah itu lagi.     

"Kan sudah kukatakan padamu, Gam. Aku pernah bercinta dengan Reva dulu sampai berkali-kali. Dan, akhirnya dia hamil."     

"Bohong!" teriak Reva.     

Sekarang mereka bertiga sudah menjadi pusat perhatian orang sekitar. Agam pun langsung menyuruh Joseph dan juga Reva untuk pergi dari restoran ini. Ia akan membicarakan masalah ini bersama-sama. Sang kekasih langsung tak setuju dengannya.     

"Gam, kau tak usah terhasut oleh ucapan Joseph."     

"Kenapa, Va? Kau takut kalau semua rahasiamu terbongkar malam ini?" Joseph tersenyum menyeringai melihat wajah Reva yang sekarang jadi ketakutan.     

"Sudah, diam! Kita akan membahas masalah ini. Jujur, aku merasa capek kalau kau dan juga Saga terus menemuiku di mana-mana."     

"Baiklah, kita bicarakan masalah ini di dalam mobilku saja." Joseph mengajak Agam dan juga Reva untuk ke mobilnya.     

'Sial! Dasar si Joseph sangat licik. Awas saja kalau semua rahasiaku terbongkar malam ini. Aku akan membalas semuanya.'     

Dengan langkah gemetar, Reva tetap masuk ke dalam mobil Joseph untuk membicarakan masalah ini. Agam pun juga menurut. Ternyata, sang kekasih sudah terhasut oleh Joseph.     

"Aku ingin semuanya jelas malam ini. Apa yang kau maksud dengan malam pertama tadi? Benarkah kau pernah bercinta dengan Reva?"     

"Ya, aku pernah bercinta dengannya berkali-kali. Sudah kukatakan dari awal kan?"     

Agam pun langsung menoleh ke arah Reva yang duduk di sampingnya. Raut wajah penuh kecewa terlihat jelas di wajah pria itu.     

"Va, apa itu benar?" tanya Agam.     

"Bohong Gam! Joseph berbohong."     

"Masih mencoba mengelak kau?" Joseph tak terima, dirinya dikatakan berbohong oleh Reva. "Kau terlihat sangat agresif sekali malam itu. Kau bahkan menyerahkan mahkota berhargamu sendiri malam itu."     

Joseph tak akan pernah lupa dengan malam itu, begitu pun dengan Reva. Jelas saja, Reva tak akan lupa, karena memang tujuan awalnya dulu untuk mendapatkan Saga sepenuhnya dengan cara memancing Joseph agar mau membantunya.     

Reva tampak terdiam sekarang dan tak banyak bicara. Joseph terlihat menyeringai lagi. Agam pun masih memandangi wajah cantik wanita itu.     

'Ya, memang kuakui Reva sangat agresif. Dia bahkan memintaku untuk menyentuhnya, tapi aku tak mau. Apakah benar yang diucapkan oleh Joseph ini?'     

"Gam, aku mohon kau jangan percaya dengan semua ucapan Joseph, ya. Mending sekarang kita turun saja dari mobil ini dan segera pulang."     

Namun, bukannya mendapatkan respons, Reva malah dicueki oleh Agam. Pria itu tampak terdiam. Sepertinya sedang mencerna semua ucapan dari Joseph. Wanita itu merasa kesal sekarang.     

"Dan, yang harus kau tahu, Gam. Reva tak akan pernah tulus dalam mencintai laki-laki. Saga dan aku sudah jadi korbannya."     

"Ti–tidak ... semua yang dikatakan oleh Joseph itu semua tak benar. Mohon percayalah padaku, sayang." Keadaan Reva sekarang sudah terpojok. Sepertinya Agam telah diperdaya oleh Joseph. Pria itu tampak diam saja dari tadi.     

Sedangkan, Joseph tersenyum penuh kemenangan malam ini. Semoga saja, rahasia besar Reva akan segera terungkap juga di hadapan Agam. Agar ia merasa puas karena sudah membuat Reva hancur.     

"Apakah itu benar, Va?" tanya Agam.     

"Tentu saja tidak, sayang. Itu hanya bualan Joseph saja. Sudahlah, ayo kita pergi dari sini."     

"Tapi, aku–"     

"Tapi apa?" Reva langsung memotong ucapan Agam. "Kau tak percaya lagi denganku? Dan, memilih percaya dengan pria ini?"     

"Sayang, ingatlah. Joseph hanya ingin menghancurkan hubungan kita berdua saja. Kau pun tahu itu kan?" Reva langsung menangkup kedua pipi Agam dengan romantis. Membuat Joseph yang duduk di kursi kemudi tampak panas.     

"Kau mau kita berpisah, begitukah?" tanya Reva lagi pada Agam.     

"Tidak, tidak. Aku tak mau berpisah denganmu, Va. Aku sangat mencintaimu lebih dari apa pun."     

Reva merasa senang sekarang. Ia yakin, bisa merebut perhatian Agam lagi dan membuat Joseph kembali kalah.     

"Ya sudah kalau begitu, ikut aku ke luar dari mobil ini."     

Baiklah sayang." Agam menuruti ucapan Reva.     

"Tunggu, jangan ke luar kalian." Joseph melarang keduanya untuk ke luar. "Gam, aku berani bersumpah padamu. Yang kukatakan tadi, adalah sebuah kebenaran. Reva yang telah berbohong padamu."     

"Ah, mana mungkin Reva tega membohongiku selama ini. Dia adalah kekasihku. Jadi, aku lebih percaya dengan dirinya ketimbang kau."     

"Tapi, aku bicara sesuai fakta, Gam. Dia yang bohong. Reva sudah tak perawan lagi dan dia tega membunuh bayinya sendiri."     

"Maaf, Jo. Aku tak percaya denganmu. Aku lebih percaya dengan Reva saja."     

Setelah itu, Agam dan Reva memutuskan untuk ke luar dari mobil. Joseph sangat kesal dibuatnya. Pria itu memukul stir kemudi berkali-kali. Betapa susahnya saat akan mengungkapkan sebuah fakta seperti ini. Harus banyak bersabar untuk hal ini.     

"Sial! Reva selalu saja bisa membuat Agam kembali percaya padanya. Padahal tinggal sedikit lagi, maka aku bisa membuat Agam percaya!"     

Joseph melihat sepasang kekasih itu berjalan bersisian sambil bergenggaman tangan. Apa yang telah Reva lakukan malam ini, akan ia balas suatu hari nanti.     

"Baiklah, Va. Kau menang lagi malam ini. Tapi, nanti aku yang akan menang. Tak akan kubiarkan kau berbohong lebih lama lagi di hadapan Agam!"     

Dengan hati yang masih memanas, Joseph pun langsung menyalakan mesin mobil dan segera berlalu dari tempat ini. Susah sekali rasanya untuk membuat Agam percaya dengan ucapannya.     

Di satu sisi, Reva merasa senang malam ini. Ia bisa mendapatkan kepercayaan Agam lagi, setelah tadi pria itu hampir tak mempercayainya. Reva akan selalu membuat sang kekasih berada di samping.     

'Kau tak akan mungkin bisa menang melawanku, Jo! Kau sudah kalah sejak lama. Aku tak akan bisa kau lawan dengan mudah. Apalagi sekarang Agam sangat percaya padaku ketimbang dirimu!'     

"Sayang, kita cari restoran lain aja, yuk!" ajak Reva pada Agam.     

"Baiklah sayang, terserah kau saja."     

Agam menurut saja dengan semua ucapan Reva. Wanita itu menang telak malam ini dan merasa gembira bukan main.     

'Ya Tuhan, apa benar yang dikatakan oleh Joseph tadi? Apakah Reva seperti itu di belakangku?'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.