Arrogant Husband

Menemui Saga



Menemui Saga

0"Joseph?" Anton bertatapan dengan pria itu saat berada di pintu depan. Ia masih tak membiarkannya untuk masuk ke dalam.     

Joseph ingin bertemu dengan Saga sekarang sebelum pria itu berangkat ke kantor. Namun, Anton masih ragu untuk mengabulkan keinginannya. Mengingat pria itu sudah berbaikan dan mulai berteman baik lagi dengan Saga.     

"Aku ingin masuk ke dalam dan bertemu dengan Saga sebelum dia berangkat ke kantor," ujar Joseph dengan serius. "Ada yang harus kubicarakan dengannya dan ini penting!"     

Anton melirik Joseph sekilas. "Baik, silakan masuk ke dalam. Saga ada di kamarnya. Biar aku panggilkan dulu."     

Mereka berdua masuk ke dalam. Berjalan bersisian layaknya seperti teman. Namun, Anton tak pernah mau berteman dengan Joseph, yang menurutnya masih berwatak jahat itu.     

Anton menyuruh Joseph untuk duduk dulu di ruang tamu. Sementara itu, ia melangkah menuju kamar Saga dan akan memanggilnya.     

Sepeninggal Anton, Joseph mengedarkan pandangan ke sekitar rumah Saga. Menurutnya tak banyak yang berubah di dalam rumah ini dan sama saja seperti dulu.     

Tok! Tok!     

Setelah mengetuk pintu, tak lama kemudian muncullah Saga dan juga Alisa dari balik pintu. Sepasang suami istri itu lalu bertanya padanya.     

"Kenapa, Nton?" tanya Saga.     

"Di ruang tamu ada Joseph. Dia ingin bertemu denganmu, Ga. Katanya ada hal yang penting."     

Saga lalu bertatapan dengan sang istri di sebelah. "Kau tunggu di sini, ya."     

"Tidak. Aku ingin ikut denganmu ke bawah."     

Anton dan Saga saling berpandangan. Kemudian, pria itu mengangguk ke arah sang istri. Mereka bertiga lantas turun ke bawah dan ingin bicara dengan Joseph.     

'Mungkin ini menyangkut tentang Reva. Aku sangat yakin.'     

Sepasang suami istri itu berjalan bersisian menuruni anak tangga, sedangkan Anton masih berada di belakang mereka. Saga langsung menghampiri Joseph yang sedang duduk di ruang tamu.     

"Jo, ada apa?" tanya Saga.     

Saga dan Alisa pun duduk. Anton segera menjauh dari hadapan mereka.     

"Aku ingin minta bantuanmu lagi," ujar Joseph.     

"Bantuan apa?"     

"Aku mohon agar kau membantuku untuk mengungkap semua kebusukan Reva. Aku tak rela kalau dia bahagia sekarang, Ga!"     

Alisa terdiam sejenak. Di satu sisi, ia juga merasa tak setuju dengan Joseph. Apalagi kalau ingin membuat kebahagiaan Reva jadi hancur.     

"Dengan cara apa?" tanya Saga lagi. "Apa pun yang akan kita katakan nanti, pasti Agam tak percaya dengan kita berdua."     

"Maka dari itu. Kita harus merekam segala pembicaraan Reva. Bantu aku untuk memancingnya berkata terus terang. Aku masih merasa sakit hati, karena anakku telah dibunuh olehnya."     

Alisa merasa bahwa ini karma yang harus Joseph dapatkan, karena dulu pria itu telah meracuni makanannya hingga membuat Alisa telah kehilangan sang anak ketika masih dalam kandungan. Saga pun terlihat tengah memikirkan hal ini dengan matang. Suaminya tak serta-merta langsung mengiyakan saja keinginan Jospeh. Mengingat tentang semua yang terjadi, kala pria itu juga menjadi biang kerok segala masalah.     

"Kau harus bersabar dulu, Jo. Ini tak semudah yang kau kira. Rencana ini harus benar-benar matang dan tidak mudah. Reva wanita yang cukup pintar," ujar Saga menjelaskan. "Apabila dia tahu sedikit saja tentang rencana ini, maka habislah sudah."     

Pria itu lantas berkata terus terang saja. Bukan berarti, ia tak mau membantu Joseph dalam masalah ini. Saga mengerti dengan perasaan Joseph yang ingin membalas semua perlakuan Reva yang jahat itu.     

"Aku harus bersabar sampai kapan, Ga? Aku telah kehilangan anakku. Padahal itulah yang aku harapkan selama ini."     

"Bagaimana dengan aku? Aku seorang ibu yang tengah mengandung calon anak dari Saga, tapi kau yang meracuniku dulu. Apa kau melupakan kejadian itu? Aku sangat mengharapkan anak itu bisa lahir dengan selamat. Namun, belum juga lahir, sudah kau rampas milikku dan Saga!" Alisa merasa geram dengan Joseph. Pria itu seolah-olah tersakiti, padahal yang lebih sakit di sini adalah dirinya.     

Saga berusaha untuk menyabarkan hati sang istri yang mulai panas. Ia tak mau, kalau ikut-ikutan tersulut api emosi lagi karena kejadian dulu. Joseph memang sangat bersalah di sini.     

Hantaman keras telah memukulnya telak. Joseph tak bisa berkata apa-apa lagi saat Alisa mengucapkan hal itu. Saga pun hanya diam saja.     

"Aku paham sekarang bagaimana rasanya jadi kau, Alisa. Maafkan kesalahanku yang dulu. Aku sudah berubah dan tak akan mengulangi hal yang sama."     

"Semua orang memang harus berubah ke arah yang lebih baik, termasuk kau. Aku telah memaafkan kesalahanmu, tapi bukan berarti akan melupakan apa yang sudah kau perbuat padaku dulu. Rasanya masih sangat sakit dan membekas dalam hati," ucap Alisa sambil menitikkan air mata.     

Saga tak mau melihat sang istri bersedih. Ia langsung menghapus air mata Alisa yang mulai turun membasahi pipi. Bagaimanapun juga, mereka berdua telah mendapatkan pengganti.     

"Jangan bersedih lagi, sayang. Lupakan semua hal yang membuatmu merasa sedih dan sakit hati. Ingat! Kita sudah mempunyai Lisa, yang cantik dan lucu."     

Joseph masih merasa sangat bersalah pada Saga dan juga Alisa. Harus bagaimana lagi, agar semua ini bisa berjalan dengan baik. Sepertinya istri Saga itu masih belum sepenuhnya memaafkan kesalahannya.     

Tak mau berlama-lama di sini dan hanya membuat luka lama menganga lagi, maka Alisa memutuskan untuk kembali ke kamar. Meninggalkan Saga dan juga Joseph yang masih berada di ruang tamu. Pria itu tak bisa melarang istrinya pergi.     

"Istriku masih perlu waktu untuk bisa melupakan hal ini dengan perlahan."     

"Iya, Ga. Aku paham sekali dengan istrimu. Bagaimanapun juga, aku merasa bersalah pada kalian. Mungkin ini karma yang harus kuterima."     

"Kau sabar saja dulu. Aku pasti akan membantumu untuk mengungkap semua kebusukannya Reva."     

"Baiklah. Aku harap secepatnya, ya." Joseph tak sabar lagi ingin melihat kehancuran Reva.     

"Apakah kau tak mencintai Reva lagi?" Akhirnya, Saga pun bertanya tentang masalah ini. Mengingat cinta Joseph pada wanita itu sangat besar.     

"Aku sudah tak mencintainya lagi, Ga. Aku sudah sangat kecewa dengan Reva. Tak ingin lagi bersamanya atau pun mendapatkan cintanya."     

"Akhirnya, kau sadar juga, Jo. Kau harus mendapatkan wanita yang lebih baik lagi daripada Reva. Tentunya kau harus berubah juga menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya." Saga menasihatinya sebagai seorang teman.     

"Iya, Ga. Terima kasih banyak atas saranmu ini. Aku tak akan melupakan semua kebaikanmu dari dulu sampai sekarang."     

Setelah itu, Joseph pun ingin pamit saja dari rumah Saga. Ia sudah mengutarakan segala hal di sini. Pria itu akhirnya berdiri dan siap-siap untuk pergi. Saga mengantarkan kepulangan Joseph sampai ke halaman.     

"Ga, aku mohon bantuanmu lagi, ya."     

"Iya, aku akan membantumu. Tapi, bersabarlah dulu. Jangan gegabah."     

"Baiklah kalau begitu. Aku pulang dulu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.