Arrogant Husband

Kedatangan Saga yang Tiba-tiba



Kedatangan Saga yang Tiba-tiba

0"Aku tak menyangka Ayah tega melakukan itu," ujar Alisa sambil menangis di kursi belakang.     

Anton juga tak menyangka bahwa Pak Surya tega melakukan hal ini. Ayahnya Saga memang tak punya hati. Bisa-bisanya pria itu menyuruh Reva untuk mengambil seorang bayi dari tangan Alisa.     

"Nyonya yang sabar, ya. Aku pun turut prihatin atas kejadian ini." Anton melirik wajah Alisa dari pantulan kaca spion mobil yang tergantung di atas.     

Wanita itu masih saja menangis. Anton sama sekali tak tega melihatnya. Pria itu hanya bisa menyabarkan Alisa dan fokus menyetir. Ingin sekali ia mengadukan hal ini pada Saga.     

"Apa jadinya kalau Saga tahu akan hal ini? Pasti dia sangat membenci ayahnya sendiri." Alisa pun menyeka air matanya.     

"Lebih baik Saga tahu hal ini. Nyonya jangan diam saja. Aku sungguh tak tega melihat Nyonya menderita seperti ini." Anton turut sedih. Matanya mulai berkaca-kaca seakan hendak menangis.     

Memang tak mudah mendapatkan hati Pak Surya. Entah dengan cara apa lagi untuk meraih hati pria paruh baya itu. Segala cara sudah Alisa lakukan untuk yang terbaik. Namun, tetap saja pria itu tak menyukainya.     

"Kemarin Ayah sangat bahagia bersama cucunya. Namun, sekarang entah kenapa dia berubah lagi." Alisa melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Pak Surya waktu itu berfoto bersama sang anak. Dan, ada juga Bu Angel yang senantiasa menemani suaminya.     

"Mungkin itu hanya trik beliau saja. Agar ingin membuat Anda percaya, bahwa dia sudah bisa menerima bayi itu."     

Anton tetap fokus menyetir mobilnya sampai menuju rumah. Sebentar lagi mereka berdua akan sampai. Alisa hanya bisa diam merenungi semua hal ini.     

***     

Setelah Alisa sudah sampai di rumah, ia pun langsung menuju ke kamarnya. Wanita berparas cantik itu ingin menemui sang anak yang ada di kamar. Langkah kakinya membawanya dengan cepat. Bayi itu ternyata masih tertidur dengan nyenyak.     

Alisa merasa tenang sekarang, karena sudah melihat wajah sang anak. Ia akan menjaga bayi ini dengan segenap jiwa raga.     

"Aku tak menyangka Ayah tega melakukan itu padamu, Nak. Tapi, aku akan terus melindungi anakku sampai kapan pun." Alisa berusaha untuk tetap tersenyum. Wanita itu tak ingin sedih berlarut-larut.     

Tak ada gunanya bersedih dalam waktu yang lama. Alisa lebih mementingkan anak dan suaminya lebih dari apa pun. Ia pun sekarang tak terlalu peduli dengan mertuanya. Bagi Alisa, terserah mereka saja ingin melakukan hal apa.     

"Kau harus mendapatkan kasih sayang dan perhatian, Nak." Alisa masih menatap sang anak yang berada di dalam keranjang. Bayi itu nyaman sekali tidur.     

***     

Hari ini, Saga sudah menyelesaikan tugas kantornya dan akan pulang lebih cepat. Namun, sebelum menuju ke rumah, ia akan mampir sebentar untuk menemui kedua orang tuanya. Dirinya akan menjenguk ayah dan sang ibu yang ada di rumah sana.     

Pria itu bersiap-siap hendak berangkat. Ia menutup laptopnya dan berdiri. Tak lupa mengambil kunci mobil yang tergeletak di meja kantor. Saga dengan gagahnya melangkah ke luar dari ruang kerja. Beberapa karyawannya tampak segan padanya.     

Pria dengan fostur tubuh tinggi itu terlihat menyapa para karyawannya dengan sopan. Baik wanita atau pun pria, tak luput disapa oleh Saga. Ia terus melangkah menuju ke parkiran.     

"Aku ingin bertemu Ayah dan Ibu di rumah. Tak sabar rasanya, karena aku sudah rindu dengan mereka." Saga sudah duduk di kursi kemudi. Pria itu pun mulai melajukan mobilnya dan berlalu pergi dari sini.     

***     

"Ayah mau sampai kapan tak memberitahukan hal ini pada Alisa dan Saga?" tanya Bu Angel pada suaminya. Ia tak mau menutupi hal ini terlalu lama.     

"Alah! Ibu mending diam saja dan tak usah banyak bicara. Jangan lagi memikirkan hal itu. Biar Ayah saja yang mengurus semuanya dengan baik."     

Bu Angel tak mau kalau harus menutupi hal ini lebih lama lagi. Ia merasa kasian pada Saga dan Alisa. Bayi itu pun pasti merasa rindu juga dengan mereka.     

"Yah, ibu tak bisa diam kalau ayah seperti ini terus. Kasian mereka. Apa ayah tak kasian dengan bayi itu?"     

"Diam! Bisa tidak? Ibu makin lama makin cerocos saja!" Pak Surya sangat marah pada sang istri yang menurutnya terlalu ikut campur dalam masalah ini.     

Bu Angel kesal dengan tingkah laku Pak Surya. Makin hari, kelakun pria itu makin menjadi-jadi. Ia pun bingung harus melakukan cara apa lagi untuk menghentikan ini.     

Sepasang suami istri itu sedang duduk bersama di ruang tamu. Bu Angel sekarang memilih untuk diam saja. Sedangkan, Pak Surya saat ini lagi asyik dengan ponselnya. Namun, tiba-tiba saja ponsel itu berdering.     

"Reva?" Pak Surya melihat nama wanita itu di layar ponsel. Ia pun buru-buru mengangkat ponsel itu dan membiarkan saja Bu Angel mendengar pembicaraan mereka.     

"Iya, Va? Ada apa?"     

Pak Surya mendengarkan semua ucapan Reva dengan saksama. Wanita itu mengatakan bahwa saat ini bayi Saga dan Alisa sudah tak bersamanya lagi. Hal itu membuat Pak Surya marah besar.     

"Kenapa bisa sampai seperti itu? Aku sudah membayarmu dengan harga mahal!" Pak Surya mendengkus kasar.     

Bu Angel tetap memandang ke arah sang suami. Mendengarkan obrolan Pak Surya dan Reva yang sepertinya lagi bersitegang. Entah apa yang mereka bicarakan lewat telepon.     

"Kau sangat tidak becus! Menjaga bayi itu saja tak bisa!" ketus Pak Surya akhirnya. Ia sudah tidak peduli lagi dengan Reva.     

Alhasil, Pak Surya pun memutuskan sambungannya secara sepihak. Setelah itu, Bu Angel langsung bertanya kepada Pak Surya apa yang telah terjadi.     

"Yah, ada apa? Kenapa ayah marah sekali dengan Reva?"     

"Dia tidak becus menjaga bayi itu, hingga sekarang sudah berada di tangan Saga."     

Mendengar hal itu, Bu Angel sangat merasa senang. Akhirnya, bayi itu sudah bersama dengan orang tuanya.     

"Syukurlah. Ibu senang dan lega mendengarnya," ujar Bu Angel.     

"Ibu ini apa-apaan sih! Bukannya mendukung suaminya, ini malah senang karena bayi itu selamat."     

"Tentu saja ibu senang, akhirnya si kecil sudah pasti bersama dengan ibu dan ayahnya."     

"Ayah tak akan pernah tinggal diam dan membiarkan Alisa dan bayi itu bahagia. Biar bagaimanapun, keduanya harus menderita!"     

Tanpa sepengetahuan Bu Angel dan Pak Surya, Saga ternyata sudah tiba di rumah. Pria itu memang sengaja tak mengetuk pintu terlebih dahulu, lebih memilih masuk ke dalam dan berjalan mengendap-endap. Namun, apa yang barusan ia dengarkan sungguh mencengangkan.     

Akhirnya, Bu Angel menoleh ke belakang, tepatnya menatap wajah Saga. Wanita itu terkejut melihat kedatangan sang anak kemari. Kemudian, disusul oleh Pak Surya yang melihat ke arah Saga. Mereka sama-sama terkejut.     

"Sa–Saga?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.