Arrogant Husband

Agam Hampir Tak Percaya



Agam Hampir Tak Percaya

0Setelah Reva pulang dari bar, Agam ingin menghubungi Saga dan mengajaknya untuk bertemu siang ini. Ada yang ingin ia bicarakan dengan pria itu.     

"Aku ingin memastikan semuanya dengan baik, hingga tak ada yang mencurigakan lagi."     

Agam ingin menanyakan tentang Reva. Saga adalah salah satu orang yang cukup lama kenal dengan wanita itu selain Joseph. Ia berharap agar Saga bisa meluangkan waktu sebentar untuk membicarakan hal ini.     

Pria itu mulai mencari nama Saga di daftar kontak. Setelah itu mulai menghubungkan panggilan dengannya. Akhirnya, panggilan Agam pun tersambung.     

"Hallo?" ujar Saga di seberang sana yang langsung terdengar.     

"Hallo, Ga. Apakah siang ini kita bisa bertemu, sekalian makan siang?"     

"Hmm, bisa-bisa. Sebentar lagi aku akan segera ke sana."     

Beberapa saat kemudian, Agam pun memutuskan sambungan ponselnya dengan Saga. Ia ingin bertanya lebih lanjut tentang kepribadian Reva. Apakah benar wanita itu berlaku jahat atau sebaliknya. Ia harus bisa membuktikan semua ucapan Joseph.     

"Aku ingin tahu semuanya hari ini."     

***     

Saga merasa heran pada Agam karena tiba-tiba saja mengajak ingin bertemu. Namun, ia tetap menyanggupi hal tersebut. Barang kali, memang benar ada sesuatu yang penting telah terjadi.     

Sebelum menemui Agam, Saga terlebih dahulu mengerjakan pekerjaannya sampai selesai. "Aku harus segera ke sana menemuinya."     

***     

Agam sedang menunggu kedatangan Saga di tempat kerjanya. Dan, meminta pria itu untuk datang menemuinya. Ia yakin, kalau Saga tak akan berbicara bohong.     

Tak lama kemudian, terlihatlah mobil Saga telah tiba di halaman bar. Sedangkan, Agam sudah menunggunya di luar. Pria itu lalu turun dari mobil dan menghampirinya.     

"Gam, ada apa menyuruhku ke sini?" tanya Saga.     

"Bisa kita bicara sebentar? Ada yang ingin kutanyakan padamu. Sekalian kita makan siang di restoran yang tak jauh dari sini."     

"Hm, baiklah."     

Agam pun mengajak Saga untuk bicara. Mereka berdua berjalan kaki menuju ke restoran yang tak jauh letaknya dari bar ini. Tampak kedua pria itu saling diam dan tak mengeluarkan suara. Agam merasa canggung padanya, karena harus berdekatan seperti ini.     

Kalau bukan ingin menanyakan tentang Reva, Agam pun sungkan untuk mengajak Saga bertemu. Ia sadar diri karena tak selevel dengan pria itu. Kehidupan Agam yang sederhana berbeda jauh sekali dengan Saga.     

Akhirnya, mereka berdua sudah sampai di restoran. Saga dan Agam langsung masuk ke dalam dan mencari tempat duduk. Setelah itu, Saga langsung memesan makanan.     

"Hm, apa yang ingin kau tanyakan padaku? Sepertinya memang ada hal yang penting." Sambil menunggu pesanan datang, Saga akan bertanya pada Agam.     

"Aku ingin bertanya padamu tentang Reva," ujar Agam.     

"Oh, dia ... tanyakan saja kalau kau ingin tahu tentangnya."     

Agam bingung harus menanyakan mulai dari mana. Dirinya masih belum sepenuhnya mengenal wanita itu dengan baik.     

"Kau dan Joseph kenal lama dengan Reva, kan? Reva itu orangnya bagaimana?" Agam terlihat gugup saat menanyakan hal ini. Perlahan-lahan, ia mulai goyah dengan hatinya.     

"Dia wanita yang ambisius. Apa pun yang ingin dia raih, pasti akan tercapai. Dia bahkan rela menghalalkan segala cara."     

Ucapan Saga membuat Agam tambah goyah dengan Reva. Ia pun lebih ingin tahu banyak tentang wanita itu.     

"Aku mengenal dia cukup baik, karena dia adalah mantanku dulu." Saga tersenyum ke arah Agam.     

Satu hal yang membuat Agam kaget, bahwa Reva pernah menjalin hubungan dengan Saga. Berarti benar yang dikatakan oleh Joseph, bahwa dirinya tak sepenuhnya mengenal Reva dengan baik, karena masih baru saling kenal.     

"Terus, kenapa kalian berdua jadi putus hubungan?"     

"Aku tak suka dengannya karena dia selalu mengaturku ini dan itu. Dia pun selalu bersikap kekanakan dan hanya ingin hartaku saja. Setiap saat ingin belanja ke mall."     

Agam tersenyum singkat. Ia merasa tak percaya diri dengan Saga yang mampu membuat Reva merasa bahagia karena dikelilingi oleh kemewahan. Sedangkan dirinya, hanya seorang pria dengan kesederhanaan.     

"Joseph juga menyukai Reva dulu. Kau pasti tahu akan hal itu kan?"     

Saga melihat anggukan kepala dari Agam. Pria itu mendengarkan ucapannya dengan saksama. Lantas, di tengah pembicaraan mereka maka datanglah sang pelayan membawa makanan pesanan mereka. Saga mempersilakan pada Agam untuk mencicipi makanan dulu sebelum mulai bicara lagi.     

"Makanlah dulu. Aku akan jawab semua pertanyaanmu nanti setelah makan," titah Saga.     

"Iya, baiklah."     

***     

Saga telah mengungkapkan semua tentang Reva kepada Agam. Pria itu hanya diam saja sedari tadi. Apa yang diucapkan oleh Joseph ternyata memang benar adanya.     

"Aku tak bermaksud untuk membuat hubunganmu dan Reva jadi hancur. Tapi, coba pikirkanlah sekali lagi. Bila kau menikah dengannya, apa yang akan terjadi nanti? Sudah banyak korban dari kejahatannya itu."     

Saga hanya tak mau, kalau Agam menjadi sasaran Reva selanjutnya. Ia juga menyuruh pada pria itu untuk meninggalkan Reva mulai sekarang. Namun, jauh di lubuk hati, Agam tak bisa meninggalkan sang kekasih begitu saja.     

Agam terlalu mencintai Reva. Apakah dirinya bisa meninggalkan wanita itu dalam sekejap saja? Terlebih lagi, Reva adalah cinta pertama bagi Agam. Hanya dia saja yang membuat debaran jantungnya kian berontak.     

"Terima kasih, Ga, karena kau sudah menjelaskan semuanya padaku. Akan kupikirkan ulang lagi sebelum memutuskan hubungan dengan Reva."     

"Hmm, baik. Semua ada di tanganmu." Saga menepuk-nepuk pundak Agam berkali-kali.     

Saga pun akhirnya berniat pulang dari sini. Ia sudah menepati janji untuk bicara dengan Agam hari ini. Menjelaskan semua yang berkaitan dengan Reva.     

Setelah pria itu masuk ke dalam mobil, Agam ingin segera masuk saja ke dalam. Akhirnya, ia sudah tahu dengan sikap wanita itu sekarang.     

"Saga tak mungkin berani berbohong padaku. Aku bisa melihat dari tatapan matanya yang berkata jujur."     

Alhasil, setelah mobil Saga sudah tak terlihat lagi, Agam memutuskan untuk segera masuk ke dalam dan kembali bekerja. Meskipun begitu, pikirannya masih saja tertuju dengan Reva. Bayang-bayang wanita itu masih melekat kuat di pikiran.     

"Bagaimana aku bisa melupakan Reva begitu saja? Aku sangat mencintainya. Tak sanggup rasanya kalau harus berpisah. Tapi, aku tak suka dibohongi."     

Namun, Reva telah berbohong padanya. Wanita itu berkata bahwa tak menyembunyikan sesuatu apa pun, tapi kenyataannya sang kekasih telah menyembunyikan hal ini.     

Agam masih tak menyangka bahwa Reva tega menculik bayi Saga. Pria itu langsung bercerita padanya saat di restoran tadi. Saga mengaku, bahwa dirinya hampir saja menjadi gila. Namun, Saga terpaksa harus bersikap kuat untuk Alisa.     

"Kenapa kau harus berbohong seperti ini, sayang? Sungguh, aku tak menyangka sama sekali denganmu." Raut wajah Agam tampak kecewa saat mendengarkan penjelasan dari Saga saat di restoran tadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.