Arrogant Husband

Reva Terus Mendesak Agam



Reva Terus Mendesak Agam

0"Nak, ibu ikut ya. Ibu pengen mencari ayahmu juga."     

Bu Angel ingin ikut bersama dengan Saga untuk mencari keberadaan Pak Surya. Sudah beberapa hari ini, sang suami juga belum menampakkan batang hidungnya. Pihak kepolisian pun juga masih mencari.     

"Jangan bu, di rumah saja ya. Biar aku dan yang lain saja. Aku tak ingin kalau ibu kecapekan nanti."     

Saga tak mau mengajak sang ibu untuk ikut serta. Biar dirinya dan juga yang lain saja. Namun, wanita paruh baya itu tetap ngotot ingin ikut.     

"Ibu ingin ikut pokoknya. Ibu sangat khawatir sama ayahmu," ucap Bu Angel yang terlihat sedih.     

Alisa yang berada di antara mereka jadi tak tega pada Bu Angel. Ia pun menyuruh suaminya untuk menuruti keinginan Bu Angel. Mau tak mau, Saga akhirnya mengalah.     

"Baiklah bu. Ibu boleh ikut sama aku."     

Hati Bu Angel merasa sedikit tenang sekarang. Sang anak mau membawanya ikut serta. Kesempatan ini tak disia-siakan begitu saja. Sebelum pergi, mereka berdua berpamitan dulu dengan Alisa.     

Saga memperingatkan pada Alisa untuk tetap berada di dalam rumah saja dan tak pergi ke mana pun sampai dirinya datang ke rumah. Sang istri mengangguk patuh dengan perintahnya. Saga dan ibunya langsung masuk ke dalam mobil.     

"Hati-hati, sayang. Kau jangan terlalu ngebut di jalan." Alisa memperhatikan keselamatan suami dan juga ibu mertuanya.     

"Baik sayang. Jangan khawatir."     

Mobil yang dikendarai oleh Saga, perlahan-lahan meninggalkan halaman rumah. Hati Alisa merasa sangat cemas. Semoga saja keluarganya selamat.     

***     

Saga dan yang lain terus saja mencari Pak Surya sampai ketemu. Pihak kepolisian saat ini bersama dengan mereka melakukan pencarian. Bu Angel yang berada di samping kursi kemudi pun, tak henti-henti berdoa untuk keselamatan suaminya.     

'Harus sampai kapan ayah menghilang seperti ini? Jangan buat kami khawatir.'     

Bu Angel tampak tertunduk lesu. Merasa tak bersemangat sama sekali ketika sang suami berada jauh darinya. Harus sampai kapan, Bu Angel mengalami hal seperti ini.     

"Bu?" panggil Saga yang menoleh ke samping.     

"Iya, Nak?"     

"Ibu jangan banyak pikiran, ya. Berdoa saja, semoga ayah cepat ditemukan. Aku dan yang lain akan terus mencari ayah." Saga tersenyum ke arah sang ibu agar menguatkannya. Walaupun hatinya pun ikut merasa sakit ketika tak ada Pak Surya.     

Saga juga memikirkan keadaan sang ayah, tapi saat di hadapan Bu Angel ia harus bersikap kuat. Ia tak mau bersedih, yang akan membuat ibunya juga bersedih.     

***     

Reva saat ini berada di bar bersama dengan Agam. Mereka berdua tampak bertatapan. Wanita itu meminta segelas wine.     

Agam memberikan segelas wine pada sang kekasih. Reva pun menyambutnya dengan penuh senyuman. Kini, ia sudah merasa lega sekarang. Tak akan ada lagi penghalang untuk mendapatkan Agam seutuhnya.     

"Sayang, kapan kau menikahiku? Aku sudah tak sabar lagi menunggu." Reva tiba-tiba meminta Agam untuk segera cepat menikahinya.     

"Hm, sabar ya sayang. Aku tak mau, kita berdua terburu-buru untuk menikah. Menikah cuma satu kali seumur hidup. Janji sehidup semati dan selalu setia selamanya."     

Reva langsung memonyongkan bibirnya saat mendapat jawaban dari Agam. Pria itu tetap dengan pendiriannya untuk tak terburu-buru menikah. Padahal Reva saat ini sedang ngebet nikah dengan sang kekasih.     

"Iya, tapi sampai kapan aku harus menunggu seperti ini? Apa kau mau, kalau aku diambil oleh pria lain?" Reva memalingkan wajahnya dari Agam.     

"Ya, tentu saja tidak sayang. Aku tak akan melepaskanmu begitu saja dengan pria lain. Kau hanya milikku. Paham kan?" Agam mengedipkan sebelah mata. Ia tampak menggoda sang kekasih yang terlihat salah tingkah.     

"Iya, aku paham sayang. Tapi, jangan lama-lama juga, ya."     

"Memangnya kenapa? Apa kau sudah ngebet pengen nikah?" Agam langsung tertawa kecil. Beruntung saat ini tak banyak pelanggan yang datang ke bar. Hingga kebersamaannya bersama dengan Reva saat ini jadi lebih terasa nyaman.     

"Ya, bisa dibilang begitu sayang. Makanya jangan lama-lama ya." Reva memohon pada sang kekasih agar tak berpikir terlalu lama.     

Reva pun meneguk sedikit isi di dalam gelas. Kemudian, meletakkan kembali ke atas meja. Ia pun kembali berbincang-bincang dengan Agam. Sepasang kekasih itu sangat bahagia sekarang.     

"Aku mau bertanya sesuatu."     

Reva langsung fokus dengan Agam. Sang kekasih ingin bertanya sesuatu yang menurutnya serius.     

"Apa itu?"     

"Kau masih perawan kan, sayang?"     

Reva begitu terkejut dengan pertanyaan Agam. Entah kenapa sang kekasih bertanya masalah ini lagi padanya. Tentu saja Reva tak bisa menjawab jujur pertanyaan tersebut. Apabila dirinya berterus terang, maka Agam akan lepas dari sisinya.     

"I–iya sayang. Aku masih perawan kok. Kenapa bertanya masalah itu lagi sih?" tanya Reva pelan.     

"Aku hanya memastikan saja. Semoga kau tidak berbohong lagi padaku." Tatapan Agam saat ini begitu tajam ke arah Reva. Ia tak mau, kalau wanita itu berbohong lagi.     

"Kau masih tak percaya denganku?" tanya Reva yang seolah-olah merasa sedih.     

Agam hanya diam saja. Beberapa saat kemudian, pelanggan pun berdatangan ke meja bar. Pria itu mulai menyajikan dan meracik minuman untuk para tamu yang datang.     

Reva merasa dicueki oleh Agam. Ia pun hanya memalingkan wajah dari pria itu. Bibirnya kembali monyong. Suasana hatinya kembali buruk.     

'Dasar si Agam. Dia masih tak bisa kupengaruhi. Harus bagaimana lagi agar dia cepat menikahiku?'     

Reva sudah berusaha keras untuk menyingkirkan penghalangnya, yaitu Pak Surya. Namun, tetap saja hati Agam masih tak yakin dengannya. Ia sangat mencintai pria itu dan tak mau kalau Agam lepas begitu saja.     

Ia kembali menatap Agam yang tengah menyajikan minuman untuk para tamu di bar ini. Pria itu terlihat lihai dalam meracik minuman sambil atraksi. Sebuah bakat yang patut diacungi jempol oleh Reva.     

Kadang pria itu terlihat menjengkelkan di matanya, tapi bagi Reva, Agam adalah sosok yang sangat baik dan penyayang. Pria itu tak pernah berlaku kasar atau pun ingin meminta sebuah hal yang lebih, misalnya bercinta. Agam berbeda sekali dengan Joseph.     

"Tapi, dia memang sangat manis." Reva pun kembali menatap wajah Agam yang tengah serius dengan racikan minumannya.     

Wanita itu tak bisa menampik oleh pesona Agam. Pria itu sama gagahnya dengan Joseph. Namun, hati Reva lebih cocok kepada Agam. Ia hanya menganggap Joseph sebagai teman biasa dan tak lebih. Maka dari itu, ia berusaha untuk membuat sang kekasih jatuh ke dalam pelukannya selamanya.     

'Cepat atau lambat, Agam pasti bisa kutakhlukkan. Pria itu akan menjadi milikku selamanya.'     

Kepercayaan diri yang tinggi membuat Reva merasa yakin bahwa bisa mendapatkan pria itu dalam dekapan. Agam pasti akan menikahi dirinya, dalam waktu cepat atau pun lambat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.