Arrogant Husband

Persiapan Pernikahan



Persiapan Pernikahan

0Saga pun melepaskan ciumannya dari bibir mungil Alisa. Wanita itu terdengar mengembuskan napas yang tersengal-sengal. Mereka baru saja melakukan kecupan yang begitu memabukkan. Baik Saga atau Alisa sama-sama saling menikmati. Wanita itu tak menolak ketika Saga mengabsen setiap rongga mulutnya.     

"Kau menikmatinya?" tanya Saga dengan mengangkat sebelah alisnya.     

Entah Alisa harus menjawab apa, yang jelas saat ini ia terlihat gugup. Alisa tampak memundurkan langkahnya ke belakang. Saga pun melangkah ke depan. Namun, tiba-tiba wanita itu terjatuh tepat di tepian ranjang, akibat terlalu memundurkan langkah dan ia sendiri tak menyadarinya. Saga pun membungkukkan badannya menatap si pemilik wajah cantik.     

Kini, pria itu sudah bertekuk lutut di hadapan Alisa. Wanita itu masih terdiam di tempatnya.     

Saga memang masih menyukai Alisa, tetapi saat ingat perlakuannya yang mencampakkannya dulu, membuat Saga berpikir dua kali. Ia berniat untuk membalaskan rasa sakit hatinya.     

Tangan Saga terjulur untuk meraih wajah Alisa. Ia pun mengusap-ngusap dengan lembut wajah merah merona itu. Kulit putih mulus seperti susu, telah mampu membius dirinya. Ditambah tubuh Alisa yang sangat mendukung, seksi.     

"Besok kita akan menikah." Alisa terdiam. "Mau atau tidak, kau tak perlu buka mulut. Aku tak perlu persetujuan darimu."     

Pria itu melihat respons Alisa yang hanya diam saja, membuat dirinya yakin bahwa Alisa juga setuju. Namun, wanita itu agak gengsi untuk berkata jujur. Saga pun tersenyum menyeringai karena sudah berhasil membuat wanita itu luluh.     

Rencana Saga pun akan berjalan lancar. Ia harus balas dendam pada Alisa nanti. Saga masih tak terima, bahwa dirinya dicampakkan oleh wanita itu.     

'Bagus! Alisa sudah masuk ke perangkap.'     

Saga bangkit dan mulai menuju ke arah lemari pakaian. Pria itu mengambil jasnya yang tersampir di dalam. Mata Alisa fokus mengekor pada Saga.     

"Kau mau ke mana?" tanya Alisa.     

"Hmm ... aku harus menyiapkan semuanya untuk besok."     

"Tak usah bermewah-mewah, sederhana saja itu sudah cukup."     

"Jadi kau setuju dengan pernikahan kita besok?" Pertanyaan Saga membuat Alisa tak bisa berkutik lagi. Wanita itu keceplosan bicara sepertinya.     

"Lantas, mau bagaimana lagi? Aku juga tak bisa melawan perintahmu, kan?!" ujar Alisa dengan suara yang agak meninggi. Saga pun mulai mengenakan jasnya dan menuju ke tepian ranjang. Matanya menatap Alisa tanpa kedip.     

"Ya. Dan, kau juga setuju kan? Terlihat dari gestur tubuhmu." Saga mengibaskan tangannya ke wajah Alisa, kemudian berlalu pergi.     

Pria itu berhasil membuat Alisa geram. Alisa bisa apa sekarang? Kalau menolak pun dan kabur dari sini, pasti Saga akan terus gencar mencarinya. Dan, yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah berpasrah diri. Wanita itu yakin, bahwa di balik ini semua pasti akan ada rencana Tuhan yang indah. Namun, dirinya harus bersabar menjalani semua ini.     

"Aku tak bisa ke mana-mana sekarang. Aku hanya bisa berdiam diri di sini, pasrah dengan semua perlakuannya saat mencumbuku tadi. Kenapa diriku sebodoh itu?"     

Tiba-tiba, Alisa teringat dengan Melati dan jadi tak enak sendiri. Sahabatnya itu pasti telah berpikir yang tidak-tidak saat Saga berucap bahwa pria itu adalah suaminya. Alisa jadi resah sendiri memikirkan hal ini.     

"Bisa-bisanya Saga mengaku bahwa dia suamiku. Padahal kan ... ahh, sudahlah! Apa yang harus kukatakan nanti dengan Melati?" Alisa mengacak-ngacak rambut panjangnya dan memilih merebahkan diri di atas kasur milik Saga.     

***     

Pria itu sudah tiba di sebuah butik besar nan megah. Tanpa ragu, Saga mulai melangkah ke dalam. Ia melihat beberapa gaun pengantin yang terlihat sangat cantik. Saga mulai memilih-milih beberapa gaun yang ia rasa cocok di badan Alisa.     

'Aku bahkan tak tahu ukuran tubuhnya. Dasar bodoh!'     

Ia mematung di tempatnya, bingung apa yang harus dilakukan sekarang. Sedangkan, Saga tak tahu ukuran baju yang pas di tubuh Alisa. Bahkan tadi, ia tak sempat bertanya lebih lanjut.     

"Maaf, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" ucap seorang wanita yang mendekat ke arah Saga. Mungkin wanita itu adalah karyawati di butik ini.     

"Ah, iya .... Bisa tolong kau pilihkan beberapa gaun yang bagus. Menurutmu saja, bisa langsung kau pilihkan."     

Wanita itu terlihat tengah berpikir. Lalu, pandangannya menatap satu per satu gaun yang terpajang di butik itu. Wanita itu terlihat mondar-mandir untuk membantu Saga memilih gaun yang bagus.     

"Saya rasa ... ini, Pak," ujarnya sambil menunjuk salah satu gaun pada Saga.     

Saga pun melihat gaun itu cukup bagus. Ternyata, lumayan juga selera wanita di depannya ini dalam memilih gaun yang cantik. Tak banyak pernak-pernik yang melekat, terkesan sederhana, tapi terlihat glamor. Dan, Saga sangat suka sesuatu yang simple.     

"Hmm ... boleh juga."     

"Mau saya pilihkan lagi, Pak?" tanyanya.     

"Tidak usah. Cukup satu ini saja." Karyawati itu mengangguk dan izin pamit dari hadapan Saga.     

Setelah mendapatkan gaun yang ia inginkan, maka Saga segera menuju ke kasir untuk membayar. Kaki panjangnya begitu cepat menjangkau langkah demi langkah. Membuat Saga sudah berada di depan kasir. Kemudian, ia pun segera mengeluarkan black card dari dalam dompet dan menyerahkannya.     

Setelah membayar, tanpa ingin berlama-lama di sini, ia pun segera ke luar dari butik itu. Saga langsung menuju ke dalam mobil sportnya. Dirinya berharap, semoga Alisa menyukai gaun pemberiannya.     

Pernikahan yang terjadi besok, tak ada persiapan yang matang dan hanya dilangsungkan sederhana saja sesuai dengan permintaan Alisa. Saga sengaja tak mengundang siapa-siapa dan cukup memanggil seorang pendeta untuk pernikahannya nanti.     

Niat awal Saga hanya untuk balas dendam pada wanita itu, tak lebih. Walaupun, Saga masih menyukai Alisa. Namun, itu tak membuat dirinya melupakan apa yang telah wanita itu perbuat padanya. Setelah pernikahan itu terjadi, maka Saga akan mulai beraksi.     

"Tunggulah besok Alisa. Semuanya akan berubah dalam sekejap!" Saga menyeringai dan segera melajukan mobil sportnya menjauh dari butik itu.     

***     

Kini, Saga sudah berada di dalam kamar. Ia melihat Alisa tengah tertidur pulas di atas pembaringan. Ia pun mendekat dan duduk di tepi ranjang. Terdengar suara-suara dengkuran kecil yang keluar dari mulut Alisa. Rupanya wanita itu sangat kelelahan.     

Tangan Saga terjulur ingin merapikan anak rambut milik Alisa yang terjatuh, hampir mengenai matanya, tapi ia urungkan. Saga menarik kembali tangannya.     

Ia pun ingin merebahkan diri di samping Alisa. Tak ada rasa canggung di hatinya, karena sebentar lagi wanita itu juga akan jadi istrinya. Maka, tak perlu ia takut dengan Alisa.     

Dalam posisi berbaring, Saga tengah melihat wajah cantik Alisa yang sedang tidur. Ia begitu mengagumi cocok cantik yang ada di depannya saat ini.     

"Aku tak boleh merasa kasihan padamu. Tak akan, Alisa!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.