Arrogant Husband

Melamar?



Melamar?

0Sepasang mata elang itu tetap mengekor pada seorang wanita yang tengah asyik berjaga di toko bunga. Pintu itu transparan, jadi dapat dengan mudah ia bisa melihat sang target. Wajahnya nan cantik dan berhidung bangir, membuat Saga merasa terpikat. Ia harus mendapatkan wanita itu dengan cara apa pun.     

Beberapa hari sudah, Saga memilih untuk tetap menjadi pengagum rahasia. Memerhatikan di balik layar. Namun, hari ini ia ingin langsung mendatangi wanita itu.     

Ia harus bisa mendapatkannya dalam beberapa hari ke depan. Saga adalah seorang bos, sudah mapan dan memiliki segalanya. Hanya seorang istri saja yang belum ia miliki. Maka dari itu, ia harus mendapatkan si penjaga toko bunga itu     

Saga turun dari mobil dan menghampiri wanita itu di tempat kerjanya. Ia ingin melihat langsung wajah ayu sang penakluk hati. Kaki jenjangnya dengan cepat membawanya sampai ke toko bunga.     

Pintu bertulisan 'push' itu segera ia buka. Matanya liar mengamati wajah dan badan wanita itu.     

'Sexy, I like it,' batinnya.     

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanyanya. Saga hanya mengibaskan tangan, mengisyaratkan 'tidak'.     

"Aku ke sini datang untuk melamarmu, A–Alisa." Saga melihat nick name yang terpampang jelas di bagian baju kanan atas miliknya. Sontak saja, wanita itu tersentak. Tiba-tiba saja, Saga yang berdiri di depannya ini berucap ingin melamar. Wanita itu hanya menaikkan sebelah alisnya, seakan ingin bertanya mengapa pria di depannya saat ini bersikap demikian.     

"Anda jangan bercanda! Saya tidak kenal Anda!"     

"Tapi, sebentar lagi kau akan mengenalku."     

Tetap hormat, Alisa memberi kode untuk menyuruh Saga keluar dari sini. Wanita dengan tinggi semampai itu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyuruh Saga keluar melalui pintu yang telah ia tunjuk.     

"Kau menyuruhku keluar?" tanya Saga memastikan.     

"Kalau kau tak berniat membeli apa-apa, silakan keluar. Aku tak punya banyak waktu membalas bualanmu."     

Rasa tak senang dari dalam diri Saga, membuatnya ingin mendapatkan wanita ini. Ia akan membuat makhluk cantik di depannya bertekuk lutut di hadapannya. Baru pertama kali, dirinya ditolak seorang wanita.     

Saga berbalik, ia keluar dari pintu. Melangkahkan kaki menuju mobil kesayangannya. Ia melirik lagi kepada wanita penjaga toko bunga itu. Cantik, tapi sayang sikapnya sok jual mahal. Ahh, ingin sekali Saga memilikinya.     

Alisa. Nama itu masih terngiang-ngiang saat ia sudah melajukan mobil sport kesayangannya. Ini adalah tantangan baru.     

"Pokoknya, aku akan mendapatkannya dengan segala cara," ucapnya dengan yakin.     

Tangannya merogoh ke saku celana, meraih ponsel. Menekan sebuah nama di layar ponsel itu. "Sekarang lakukan tugasmu." Hanya seperti itu, Saga langsung memutuskan sambungan.     

***     

Tiba-tiba Alisa dihadang oleh sekelompok laki-laki. Berjas hitam dengan tubuh yang atletis. Matanya membulat saat salah satu dari mereka mendekat dan mencekal lengannya.     

"Lepaskan!" gertak Alisa.     

"Anda harus ikut kami." Alisa tak kuasa melawan, karena lelaki itu berperawakan besar. Namun, ia tetap berontak. Alisa menggigit tangan lelaki itu hingga berhasil meloloskan diri. Lelaki besar itu mengaduh kesakitan.     

Mereka semua tak tinggal diam dan berpencar mencari keberadaan Alisa. Alisa tetap terus berlari tak tentu ke mana. Arah jalan pulang pun masih sangat panjang, biasanya wanita itu selalu menggunakan ojek.     

Alisa berhasil menyembunyikan diri di balik pohon besar. Sekali-kali kepalanya celingak-celinguk untuk memastikan keadaan di sana aman. Mereka semua hampir tak terlihat lagi oleh manik mata Alisa.     

"Siapa mereka? Kenapa mengejarku?" tanya Alisa yang kebingungan. Perlahan, ia keluar dari balik pohon besar itu dan melangkah menuju pulang.     

Karena merasa sudah aman, Alisa memutuskan untuk segera berlari sekencang mungkin. Sekelompok pria itu sudah tak mengikutinya lagi. Alisa memutuskan untuk berjalan kecil saja. Napasnya sudah mulai ngos-ngosan.     

Kini, Alisa berjalan di sebuah jalan yang sepi penghuni, karena itu adalah jalan menuju ke rumahnya. Namun, tiba-tiba ia melihat sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depannya.     

'Jangan-jangan?'     

Keluarlah dari balik pintu mobil itu, beberapa orang pria. Ternyata, mereka adalah segerombolan pria berjas dan bertubuh atletis tadi. Alisa pun langsung berlari ke arah samping.     

Dor!     

Pistol itu mengarah ke atas.     

Mendengar suara tembakan, Alisa langsung berhenti dan menutup kedua telinganya dengan tangan.     

"Jangan berniat melarikan diri, atau Anda akan kami tembak!"     

Alisa gemetar dibuatnya. Kakinya seakan tak mampu menopang berat badannya sendiri. Salah seorang dari mereka mencekal tangan wanita itu dan membawanya masuk ke dalam mobil.     

Alisa tak berani berontak, karena ia sangat ketakutan sekarang. Bibirnya memucat, mulutnya bergemeretuk. Tak dapat melakukan apa-apa sekarang. Ia hanya diam sambil melihat, ke mana mereka akan membawa dirinya.     

Sepanjang perjalanan, Alisa hanya diam, memandang ke arah kaca mobil yang ada di sampingnya. Ia terkejut, kini ia sudah memasuki kawasan elit. Banyak di sana rumah-rumah yang bertingkat dan mewah. Mereka semua berhenti dan pria di samping Alisa segera menyuruhnya untuk turun.     

"Turun! Kita sudah sampai," ucapnya.     

Alisa segera turun dari mobil. Ia tercengang dengan rumah yang ada di hadapannya saat ini. Beraksen warna gold dan banyak penjaga di depan rumah.     

"Cepat jalan!" Seorang dari mereka mendorong pelan tubuh Alisa, karena gadis itu sedang melamun.     

"Kenapa aku ada di sini?" tanya Alisa.     

"Diam saja dan cepat masuk! Bos sudah menunggu!"     

"Bos?"     

Alisa melangkah masuk ke dalam. Semua penjaga terlihat menunduk padanya, segan. Kemudian, Alisa diarahkan menuju ke dalam ruangan tempat seorang 'bos' menunggunya di sana. Keningnya naik turun saat sudah berada di depan sebuah kamar, yang entah siapa itu orangnya yang ada di dalam.     

"Masuklah." Suruh penjaga itu.     

"Aku masuk ke dalam?"     

"Iya."     

Perlahan, Alisa memutar kenop pintu. Matanya langsung tertuju ke orang yang sedang berdiri membelakangi dirinya. Kemudian, penjaga itu keluar dari sana. Pria bertubuh tinggi nan tegap itu mengenakan jas hitam, sama seperti penjaga tadi.     

"Siapa Anda? Mau apa Anda dengan saya?" tanya Alisa.     

Tanpa Alisa sadari, pria itu tengah menyunggingkan senyuman. "Sudah kubilang, aku ingin melamarmu."     

Ahh! Alisa sadar, ternyata pria ini yang datang ke toko bunganya tadi, saat ia berbalik badan menghadapnya.     

"Sudah kukatakan, aku tak mengenalmu!" ujar Alisa.     

"Dan aku katakan lagi, kau akan segera mengenalku."     

"Bisa-bisanya kau memaksa seorang wanita datang ke sini, dengan bantuan para cecungukmu!" ketus Alisa.     

"Mengapa tidak?" Saga mengendikkan bahunya, bertampang sombong di depan wanita itu.     

Alisa tak habis pikir, ia ingin keluar dari kamar itu. Namun, Saga lebih cepat menangkap tangan mulusnya. Menariknya dan membawa wanita itu dalam pelukan. Sontak, mata gadis itu membulat sempurna dan berontak minta dilepaskan. Saga malah mengeratkan pelukan.     

"Kamu akan jadi milikku. Pasti!" ujar Saga.     

"Kau sudah gila! Aku tak pernah cinta denganmu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.