Arrogant Husband

Kedatangan Orang Tua Saga



Kedatangan Orang Tua Saga

0Sudah seminggu rumah tangga yang dilalui Alisa bersama dengan Saga, suaminya. Kini, wanita itu mulai bisa menerima kehadiran sang suami di hidupnya. Alisa berlaku sebagai seorang istri yang baik. Setiap pagi ia selalu menyiapkan Saga sarapan dan sebelum pria itu berangkat kerja, Maka Alisa akan segera mencium tangannya.     

Alisa perlahan-lahan menerima takdirnya ini dengan ikhlas. Rasa trauma pun kini perlahan-lahan sirna, berkat perhatian dan kasih sayang yang terus Saga berikan padanya. Pria itu benar-benar tulus mencintainya.     

Kini, sang suami sudah berangkat kerja. Alisa berniat akan kembali ke kamar lagi. Saga sudah memberinya perintah agar tidak terlalu capek untuk mengerjakan pekerjaan rumah, karena sudah ada banyak pelayan di sini.     

Baru setengah perjalanan menaiki anak tangga agar sampai di kamar, tiba-tiba saja ada yang memencet bel. Alisa bergegas untuk turun dan membukakan pintu.     

Ia meraih gagang pintu dan membukanya. Terlihat ada seorang wanita dan pria yang datang. Mata mereka menatap Alisa dengan penuh kebingungan, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Alisa langsung mengajak kedua orang tua itu masuk ke dalam dan mempersilakan duduk.     

"Saga mana?" tanya pria paruh baya itu agak dingin, setelah duduk di atas sofa.     

"Saga sudah berangkat ke kantor, Pak."     

"Dan, kau siapa?"     

"Sa–saya ... istrinya Saga."     

"Istri?! Sejak kapan Saga menikah dan tidak bilang begini pada kami sebagai orang tuanya?" Ada nada kecewa di balik ucapan pria paruh baya itu. Alisa dan Saga memang tidak mengundang siapa-siapa waktu pernikahan mereka kemarin.     

"Saga memang tidak mengundang siapa-siapa, Pak, Bu. Itu keinginannya sendiri."     

Pria itu menatap ke arah istrinya. Mereka berdua terlihat tak menyukai Alisa. Pandangan mereka terus tertuju pada penampilan Alisa yang hanya biasa-biasa saja.     

"Bu, ayo kita pergi dari sini dan bertemu dengan Saga di kantornya," ujarnya.     

"Ayo, Yah. Ibu juga gak mau ada di sini sama wanita ini!" tunjuk wanita itu pada Alisa.     

Kedua orang tua Saga bangkit dari duduk. Alisa tak bisa berbuat lebih dan tak mungkin menahan kepergian mereka berdua. Ia sadar, bahwa kedua orang tua Saga tak menyukai dirinya.     

Ada kecemasan dalam hati Alisa. Ia merasa bahwa setelah ini akan ada sesuatu yang menghalanginya dengan Saga. Di saat dirinya sudah bisa membuka hati sedikit untuk pria itu, tiba-tiba datanglah sebuah ujian.     

Kini, mereka berdua sudah keluar dari rumah ini. Kedua orang tua Saga akan menyusul anak mereka di kantornya. Alisa hanya bisa terdiam dan berjalan pelan menuju kamarnya sendiri.     

***     

Saga tampak terkejut melihat kedatangan kedua orang tuanya ke kantor. Ia terlihat gugup menghadapi mereka berdua. Pasti ada sesuatu yang tidak beres.     

"Ayah, Ibu, kenapa?" Saga melihat wajah kedua orang tuanya tampak kesal.     

"Benarkah wanita itu adalah istrimu?!" tanya ayahnya yang penuh dengan emosi. Sedangkan, ibunya hanya bisa menenangkan sang suami yang marah dengan Saga.     

"Benar. Dia adalah istriku." Akhirnya, Saga mengaku bahwa Alisa adalah istrinya.     

Ayahnya langsung naik pitam dan ingin melayangkan tinju ke arah wajah Saga. Namun, sang ibu yang mencegah hal itu terjadi. Ia menarik kedua tangan sang suami agar tak bisa menyentuh Saga.     

"Berani-beraninya kau menikah dengan wanita yang tak jelas asal-usulnya! Aku dan ibumu bahkan tak tau sama sekali dengan pernikahanmu! Anak macam apa kau ini hah!?"     

Saga langsung menepuk jidat dengan keras. Ia sengaja merahasiakan pada orang tuanya karena hal ini. Dirinya tahu, ayah dan sang ibu melihat seseorang berdasarkan derajat sosial.     

"Aku mencintainya. Sangat!" Ucapan Saga terdengar tegas dan ringkas. Pria itu menegaskan pada kedua orang tuanya bahwa ia sangat mencintai istrinya.     

"Kau harus bisa melihat seorang wanita dari bibit, bebet, bobotnya. Jangan asal sembarangan memilih! Yang sudah terbukti jelas dan derajatnya tinggi adalah Reva. Dia sudah datang dari Amerika hanya untuk menemuimu," ujar sang ibu.     

"Reva lagi. Reva lagi ... aku muak mendengar nama itu! Dia adalah wanita yang kekanak-kanakan."     

"Tapi, setidaknya dia adalah keturunan darah biru dan asal-usulnya jelas!" Ayah Saga bersikeras.     

Saga tak ingin berdebat lebih lama lagi dengan kedua orang tuanya. Hingga, ia memutuskan untuk keluar dari ruang kerja dan menuju ke mobil. Saga tak memedulikan teriakan dari ayah dan sang ibu yang memanggilnya kemari. Dirinya ingin berniat untuk pulang ke rumah dan bertemu dengan Alisa.     

***     

Dasi kerja sengaja ia longgarkan. Jas pun ia lepaskan, karena merasa gerah dengan suasana ini. Kini, Saga sudah berada di halaman rumah. Ia pun segera turun dari mobil dan langsung menuju ke kamar untuk menemui sang istri. Ia yakin, pasti Alisa tengah bersedih di kamar.     

Derap kakinya dengan cepat menaiki anak tangga. Hingga dengan kasar ia membuka pintu kamar. Alisa terlonjak kaget melihat kedatangan Saga yang tiba-tiba.     

"Alisa." Saga berlari dan langsung memeluk sang istri. Alisa kaget kenapa suaminya jadi begini.     

"Kau kenapa?" tanya Alisa.     

"Kau tidak papa?" Saga malah balik bertanya dan berbisik di telinga Alisa. Masih dalam posisi sedang memeluk sang istri.     

"Aku tidak papa."     

Barulah Saga mulai melepaskan pelukannya dari Alisa. Kini, tangannya menyentuh kedua lengan sang istri. Dari tatapan mata Saga, ada kecemasan yang mendalam. Ia tak mau, Alisa kenapa-kenapa setelah kedua orang tuanya tahu hal ini.     

"Aku minta maaf denganmu." Alisa masih tak mengerti dengan permintaan maaf dari Saga. Pria itu tampak menampilkan raut wajah yang sedih.     

Tangan Saga terjulur untuk meraba pipi mulus Alisa. Wanita itu hanya merasakannya saja tanpa menolak.     

"Pasti orang tuaku ke sini kan?" Alisa hanya mengangguk lemas. Ia sadar diri, karena hanya seorang wanita biasa yang dijadikan istri oleh Saga. Pantaslah, dari tatapan mereka saja, Alisa sudah bisa mengetahui bahwa mereka tak menyukai dirinya.     

"Aku minta maaf, kalau ada ucapan dari kedua orang tuaku yang menyakitimu." Saga kembali memeluk Alisa.     

"Aku sadar diri, hanya wanita biasa saja. Yang bekerja di toko bunga dengan gaji yang pas-pasan." Saga langsung tak suka dengan ucapan Alisa.     

"Ayolah Alisa. Jangan seperti ini." Saga kembali lagi memeluk Alisa dengan erat. Ia sungguh tak mau kehilangan sang istri sedikit pun. Walaupun kedua orang tuanya tak merestui hubungan mereka, tapi tetap saja, Saga akan mempertahankan rumah tangganya bersama Alisa.     

"Aku akan mempertahankanmu sampai kapan pun! Aku berjanji."     

Ucapan dari Saga membuat hati Alisa jadi tenteram. Ia tak menyangka bahwa akan mendapatkan cinta sebesar ini dari seseorang yang pernah menyakitinya dulu.     

'Terima kasih, Saga.'     

------     

Saya berterima kasih pada readers semua karena sudah berkenan untuk membaca cerita ini:red_heart:     

Kalau ada kritik dan saran yang membangun untuk saya, silakan komen saja. Nanti saya akan perbaiki lagi:red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.