Arrogant Husband

Hingga Ujung Usia



Hingga Ujung Usia

0Alisa baru saja terbangun dari tidur. Wanita itu lantas menoleh ke samping, menatap wajah bayi perempuannya yang lucu. Tiba-tiba, sang anak menangis. Alisa pun dengan sigap membuatkan susu formula untuknya.     

"Sabar ya, Nak. Tunggu ibu buatkan dulu," ucapnya.     

Beberapa saat kemudian, Alisa mulai menyusukan dot itu ke mulut sang bayi dengan perlahan di atas tempat tidur. Ia ingin sekali bisa memberi asi eksklusif untuk Lisa. Ia menyentuh jari jemari bayi itu dengan perlahan.     

"Kau adalah karunia terindah yang Tuhan berikan pada ibu dan juga ayah. Meskipun, kami gagal mendapatkan seorang anak kandung, tapi masih ada kau, Nak."     

Bayi itu perlahan berhenti menangis. Susu pun akan segera habis diminum oleh sang anak. Alisa sudah tak sabar ingin menggendong Lisa dalam pelukannya.     

"Nah, susunya sudah habis." Alisa berniat akan mengajak bayi perempuannya untuk jalan-jalan ke taman belakang rumah. Ia masih ingat dengan pesan Saga, bahwa tak akan pergi ke mana-mana dari rumah.     

Alisa mengangkat tubuh bayinya dengan perlahan. Kemudian, membawa bayi itu ke luar dari kamar. Wanita itu menuruni anak tangga dengan perlahan dan berpapasan dengan para pelayan di dapur.     

"Selamat pagi, Nyonya," sapa mereka semua.     

"Selamat pagi juga," balas Alisa.     

"Nyonya mau makan? Biar kami buatkan sarapan untuk Nyonya."     

"Nanti saja, aku ingin ke taman belakang dulu dengan Lisa." Mereka semua tampak menunduk ke arah Alisa.     

Wanita itu melangkah menuju taman belakang yang terhubung langsung dari dapur. Di taman ini banyak terdapat bunga-bungaan yang bermekaran dengan indah. Ada yang terletak di dalam sebuah pot dan ada juga yang menghampar luas di tanah. Semua bunga-bunga di sini terlihat sangat cantik dan elok.     

"Nak, bunga-bunga di sini sangatlah indah. Ibu sangat suka melihatnya."     

Aroma semerbak bunga pun menguar ke udara. Membuat sekeliling terasa harum baunya. Alisa mungkin akan betah, berlama-lama di sini bersama dengan bayinya sambil menikmati sinar matahari pagi.     

Embusan angin pun mulai menerbangkan rambutnya yang panjang. Alisa beberapa kali terlihat tengah merapikan rambutnya sendiri. Kemudian, ia menepuk-nepuk bayi itu agar merasa nyaman.     

"Sayang?" panggil Saga yang baru saja pulang ke rumah. Alisa pun menghampiri dan menyambut kedatangannya.     

"Kau sudah pulang rupanya." Senyum Alisa terukir sangat manis saat memandang ke arah Saga.     

"Iya sayang. Sepertinya aku mengganggu keromantisan kalian berdua, ya?" canda Saga pada sang istri.     

"Tentu saja tidak sayang. Kau tak pernah mengganggu kami. Oh, ya, bagaimana keadaan ayah?"     

Tiba-tiba, wajah Saga jadi menyendu. Alisa pun langsung merasa bersalah karena telah bertanya perihal ini.     

"Astaga, maafkan aku sayang. Aku tak bermaksud untuk membuatmu sedih seperti ini."     

"Tidak apa-apa sayang. Kondisi ayah masih seperti kemarin, masih belum sadar dari komanya." Saga kemudian memegangi kedua pundak sang istri dengan kelembutan.     

"Kita doakan ayah, ya, semoga beliau cepat sadar."     

Alisa sangat mendoakan kesembuhan untuk sang ayah mertua di sana. Ia tak mau kalau Saga terus-terusan bersedih seperti ini karena memikirkan Pak Surya di sana. Bu Angel pun pasti masih bersedih sekarang.     

"Aamiin. Terima kasih sayangku. Kau memang istri yang paling baik dan pengertian."     

Mereka bertiga masih nyaman berada di taman. Hari ini, Saga memang sengaja untuk tak masuk kerja dulu karena pikirannya sekarang tengah tertuju pada kondisi sang ayah. Pria itu tak bisa konsentrasi kalau di saat seperti ini.     

"Kau lapar sayang?" tanya Alisa.     

"Iya sayang. Aku lapar dan ingin makan bersamamu."     

"Baiklah, kalau begitu akan kusiapkan sebentar lagi."     

Karena sang anak sudah tertidur dalam dekapan Alisa, maka wanita itu segera membawa anak mereka ke dalam kamar. Saga dan Alisa bersama-sama naik ke atas.     

"Sayang, anak kita tak rewel kan malam tadi?"     

"Tidak. Syukurlah Lisa tidur dengan nyenyak semalam."     

"Syukurlah kalau begitu. Aku sangat mencemaskan kalian berdua di rumah."     

Alisa meletakkan tubuh bayi perempuannya dalam keranjang. Kemudian, ia bicara pada Saga.     

"Tak ada yang perlu kau cemaskan sayang. Selagi aku berada di rumah dan dijaga oleh mereka semua, aku dan Lisa akan aman-aman saja."     

Saga mengelus-elus rambut panjang sang istri. Kemudian, tangannya sengaja ia lingkarkan ke daerah pinggul Alisa. Sang istri sekarang tersipu malu karenanya.     

"Kau rindu aku kan?" tanya Saga.     

"Tentu saja aku merasa rindu padamu. Jujur, aku tak terbiasa tanpamu di rumah ini." Mendengar jawaban Alisa, Saga langsung mendekatkan bibirnya ke bibir sang istri dan mengulumnya dengan lembut.     

Alisa pun membalas perlakuan Saga dan melakukan serangan balasan. Mereka sama-sama lagi berperang lidah di dalam sana. Tangan Alisa kemudian turun dan menyentuh, lalu merasa-rasa bagian perut Saga.     

Perut Saga sangat sixpack, hingga Alisa menyukai bentuk badannya. Ia selalu ingin mengelus-elus seperti ini. Saat ini, wanita itu ingin dimanja oleh Saga.     

Saga tahu bahasa tubuh yang diberikan oleh Alisa, bahwa sang istri ingin bercinta sebentar. Ia pun paham dan langsung mengajaknya bermain sebentar.     

Kedua tangan Saga tengah bermain-main di dua buah gunung kembar yang kenyal itu, tanpa melepaskan ciumannya dari bibir Alisa. Pria itu lihai dengan aksi-aksi yang dilakukannya. Membuat Alisa merasa keenakan sekarang.     

Saga lalu mengangkat tubuh Alisa dan menghempaskannya ke atas ranjang. Ia menindih tubuh sang istri dan menciumnya dengan secepat kilat. Pria itu mengulum berkali-kali, layaknya sedang mengemut lolipop manis. Wanita itu juga terlihat membalas perlakuannya. Tangan Alisa sedang meraba-raba bagian punggungnya.     

Napas Alisa mulai tersengal-sengal, karena Saga tak berniat melepaskan ciumannya. Kemudian, pria itu berhenti sejenak dan melepaskan ciuman maut itu.     

Tak lengkap rasanya bercinta seperti ini kalau masih berpakaian. Saga merasa kurang tertantang karena ia dan sang istri memakai baju.     

"Sayang, kita main sebentar ya. Aku lagi pengen," ujar Saga.     

Sang istri menurut patuh dengan ucapannya. Alisa pun duduk sejenak dan melepaskan pakaian yang melekat di tubuhnya. Saga juga melepaskan baju dan celananya yang tengah ia pakai. Kini, keduanya hanya memakai celana dalam saja.     

Tanpa membuang waktu lagi, mereka berdua mulai bermain cinta. Sentuhan yang Saga berikan di sekujur tubuh sang istri memberikan sebuah efek nyaman. Apalagi, saat jemari pria itu bermain-main di sekitar lubang kenikmatan. Makin membuat Alisa jadi menggelinjang tak karuan di tempat tidur.     

Terkadang juga ke luar suara desahan dari Alisa. Sang istri sekarang begitu keenakan hingga sampai seperti ini. Saga pun merasa penuh nafsu sekarang, ingin cepat-cepat menyalurkan hasratnya pada sang istri.     

"Alisa, aku sangat mencintaimu. Aku akan bersamamu sampai kapan pun," bisik Saga dengan penuh manja dan lembut di telinga Alisa.     

"Aku juga mencintaimu. Aku akan temani kau hingga ujung usiaku sayang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.