Arrogant Husband

Rencana Licik Reva Selanjutnya



Rencana Licik Reva Selanjutnya

0Sudah hampir seminggu, Lisa tinggal bersama dengan mereka berdua di rumah ini. Identitasnya pun masih dirahasiakan dari kedua orang tuanya Saga dan bahkan dengan Reva. Alisa sangat takut kalau terjadi apa-apa pada sang anak.     

Penjagaan di depan rumah memang sengaja diperketat, agar mereka tak bisa masuk ke sini dengan mudah. Anton, yang merupakan anak buah terbaik Saga, juga ikut bersiaga di rumah ini. Pria itu ingin melindungi sang Nyonya rumah.     

"Tak akan ada satu orang pun yang akan merebutmu dari ibu, Nak. Kau akan aman bersama dengan ibu di rumah ini," ucap Alisa sambil memperhatikan Lisa yang masih pulas tertidur.     

Bayi perempuan itu sama sekali tak rewel. Paling menangis sesekali karena merasa lapar saja. Setelah itu, Lisa akan tidur kembali. Alisa tak perlu repot-repot mengurus sang anak. Bayi itu memang membuatnya sangat senang.     

Alisa merasa lapar dan ingin ke dapur, tapi ia tak mau meninggalkan Lisa sama sekali dari kamar ini.     

"Hmm, tunggu sebentar ya, Nak, ibu mau makan dulu di dapur. Biar kamu nanti dijaga sama pelayan sebentar ya."     

Wanita itu lekas ke luar dan meminta pada salah satu pelayan untuk menjaga Lisa dulu selama ia menyantap makanan.     

"Siapkan aku makan ya, aku lapar. Oh, iya, salah satu dari kalian, tolong jaga Lisa di dalam kamar dulu, ya."     

"Baik, Nyonya."     

Salah satu di antara mereka segera bergerak ke atas kamar. Sedangkan, yang lain sibuk untuk menyiapkan makanan untuk Alisa. Alisa memang sengaja tak ingin sarapan pagi karena ingin menjaga sang anak di dalam kamar. Ketika jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, barulah ia ingin makan.     

Terlihat semua makanan sudah tersaji di atas meja. Ada lauk pauk, sayur-mayur, hingga buah-buahan yang terlihat sangat segar. Alisa dengan segera menyantapnya dengan penuh selera. Sebelum makan, ia terlebih dulu membaca doa. Terpaksa Alisa makan dengan cepat. Ia takut, kalau bayi perempuannya akan terbangun dan merasa lapar.     

"Nyonya, ada telepon. Orang itu mencari Nyonya."     

Tiba-tiba, ada yang meneleponnya lewat telepon rumah. Mau tak mau, Alisa pun menuju ke ruang tamu. Apakah Reva yang tengah meneleponnya? Untuk apa wanita itu menghubunginya segala.     

Alisa sudah berada di ruang tamu. Ia pun segera mengangkat panggilan itu.     

"Hallo?"     

"Alisa ...."     

Dari suaranya saja Alisa sudah bisa menebak bahwa itu adalah Reva. Terdengar dari suaranya yang sedikit serak. Untuk apa Reva meneleponnya?     

"Aku tau siapa kau! Mau apa kau meneleponku ke sini hah?!"     

"Ketat juga ya rumahmu sekarang. Banyak diawasi oleh para penjaga," ucap Reva.     

"Tak usah banyak bicara kau, Va! Sudahlah, bicara denganmu itu semua tak penting!"     

Saat Alisa hendak menutup sambungan itu, tiba-tiba Reva memberikannya sebuah ancaman.     

"Aku peringatkan sekali lagi, jauhi Saga dengan segera. Apa kau ingin aku merebut harta yang paling berharga di hidupmu sekarang?"     

Saat Reva mengucapkan itu semua, Alisa jadi kepikiran langsung dengan bayi perempuannya. Ia tak mau terjadi apa-apa pada Lisa. Apakah Reva sudah tahu dengan keberadaan Lisa? Kalau pun iya, maka nyawa sang anak mulai terancam.     

"Apa maksudmu, Va?! Jangan pernah kau ganggu keluargaku sedikit pun!"     

"Aduhh, Alisa ... Alisa. Kau jangan marah dulu. Aku memberikan peringatan padamu agar kau segera menjauh dari hidupnya Saga. Kalau kau tak mau, ya tanggung sendiri nanti akibatnya."     

Setelah itu, Reva menutup sambungan teleponnya dengan sepihak. Ancamannya itu membuat Alisa sangat khawatir dan langsung kepikiran dengan Lisa. Ia tak mau terjadi sesuatu pada bayi perempuannya.     

"Apakah Reva sudah tahu tentang ini semua? Bagaimana bisa? Ya Tuhan, aku harus melakukan apa sekarang?"     

Karena rasa takut sudah menjalar ke seluruh tubuh, maka Alisa pun berniat akan kembali lagi ke dalam kamar untuk menjaga Lisa di dalam. Ia tak kembali lagi ke dapur dan makan.     

Saat ini, nyawa Lisa mungkin akan terancam. Ia berniat akan menghubungi Saga langsung.     

"Nyonya ...." Pelayannya terkejut karena Alisa membuka pintu kamar dengan kasar.     

"Aku sudah selesai makan. Kau boleh tinggalkan kami di sini."     

Pelayan itu mengangguk dan ke luar menuju kamar. Ia masih cemas dengan ancaman Reva tadi. Alisa langsung menuju ke tempat tidur sang anak.     

'Apa kau ingin aku merebut harta yang paling berharga di hidupmu sekarang?'     

Ucapan Reva masih terngiang-ngiang dalam kepalanya. Alisa tak mau, kalau sampai terjadi sesuatu pada sang anak.     

"Nak, kaulah sekarang yang menjadi harta paling berharga dalam hidup ibu. Ibu tak akan pernah rela, kalau orang lain berniat jahat padamu."     

Alisa menangis dan masih merasa ketakutan. Ia ingin menghubungi Saga di kantornya.     

"Sayang, bisakah kau pulang agak cepat nanti? Ada hal penting yang ingin kubicarakan dan tak mungkin lewat telepon seperti ini."     

"Baiklah sayang, aku akan segera pulang. Tapi, aku harus selesaikan kerjaan kantor terlebih dahulu," balas Saga dari ujung telepon.     

Alisa pun langsung menutup panggilan itu secara sepihak. Mungkin, sekarang ia telah membuat sang suami cemas. Namun, sekarang pun dirinya merasa takut dan khawatir bukan main.     

"Ya Tuhan, semoga kau selalu melindungi keluarga kecilku selamanya. Aku tak mau terjadi apa-apa pada mereka."     

***     

Reva telah puas karena sudah menghubungi Alisa lewat telepon rumah. Wanita itu sudah tahu, bahwa Alisa telah memiliki seorang bayi.     

"Aku yakin, kau dan Saga telah mengadopsi seorang bayi untuk menutupi luka hati kalian."     

Saat malam tadi, Reva tak sengaja melihat Alisa dan Saga sedang ke sebuah toko perlengkapan bayi. Ia membuntuti mereka tanpa ketahuan sama sekali.     

"Alisa, Alisa. Akan kubuat hidupmu terus menderita dan tak akan pernah bahagia sama sekali. Kalau kau tak melepaskan Saga juga, aku akan melakukan hal nekat lagi untukmu. Mungkin lebih parah dari yang sebelum-sebelumnya."     

Saat ini, Reva berada cukup jauh dari rumah Saga. Namun, ia masih bisa melihat dari kejauhan rumah bertingkat dua itu. Mungkin saat ini, Alisa merasa sangat ketakutan dengan ancamannya tersebut. Biar bagaimanapun, Saga harus kembali lagi dalam pelukannya.     

Reva tak akan pernah membiarkan hidup Alisa bahagia sedikit pun. Ia juga akan merebut bayi itu dari tangan Alisa secepatnya.     

"Aku hanya ingin Saga kembali lagi bersamaku. Hanya itu saja." Reva tersenyum penuh licik.     

Setelah cukup lama memantau seperti ini, Reva pun berniat akan pulang saja. Ia yakin, bahwa saat ini, Alisa pasti ketakutan bukan main.     

"Aku ingin, kau memikirkannya dengan matang-matang. Kalau kau ingin anak itu, maka lepaskanlah Saga untuk bersamaku. Kalau kau masih mempertahankan Saga juga, akan kubuat kau menderita berkali-kali lipat. Kau akan kehilangan anak untuk yang kedua kalinya." Reva tertawa terbahak-bahak saat membayangkan betapa hancurnya hidup Alisa nanti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.