Arrogant Husband

Pergi Berdua Bersama Agam



Pergi Berdua Bersama Agam

0Hari-hari telah berlalu, tapi perasaan cinta Joseph untuk Reva masih bersemi dalam hati. Pria itu masih mencintainya sedari dulu. Masih belum ada, wanita yang mampu mengalahkan pesona Reva dari pandangannya.     

Walaupun Reva adalah sosok wanita yang bersikap jahat dan berambisi tinggi, maka Joseph tak pernah berniat untuk menjauh. Ia akan terus memperjuangkan cintanya untuk sang wanita. Jungkir balik pun selalu terjadi dalam dirinya yang sedang berjuang.     

Reva tak pernah menginginkannya. Wanita itu selalu saja mendambakan Saga, yang sudah beristri. Padahal pesonanya pun tak bisa diremehkan. Banyak para wanita yang mendekat dan ingin menjadi kekasihnya. Namun, Joseph sama sekali tak menginginkan mereka. Ia hanya ingin Reva selalu di sisinya.     

Pagi yang cerah ini, ia ingin menuju ke rumah Reva. Mau atau tidak Reva menerimanya di sana, yang penting Joseph tetap pergi untuk menemui sang pujaan hati.     

"Aku tak pernah menyerah untuk mendapatkan cintamu sepenuhnya, Va. Aku akan terus berjuang."     

Joseph hari ini ingin mengunjungi rumah Reva lagi. Walaupun wanita itu menolak, maka ia tak akan mundur. Ia sudah berpakaian rapi, dengan mengenakan kemeja panjang. Tiba-tiba, ia berpikir untuk memberikan sesuatu pada Reva.     

"Aku akan membelikan Reva bunga. Dia pasti suka." Joseph kemudian masuk ke dalam mobil dan segera melajukan kecepatannya. Ia ingin mampir sebentar ke toko bunga sebelum ke rumah Reva.     

***     

Hatinya membawanya ke sebuah bar, tempat di mana Agam bekerja. Entah kenapa, ia ingin sekali ke sini. Mungkin ingin minum sebentar atau hanya nongkrong saja.     

Reva segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Ia bisa melihat dari sana sosok Agam yang tengah melayani pelanggannya.     

"Hai," sapa Reva ketika ia telah duduk di kursi.     

"Ahh, hai, Va. Kau ke sini lagi rupanya," balas Agam.     

"Iya, entah kenapa aku ingin sekali ke sini."     

Agam sontak menatap Reva cukup dalam. Bahkan, pria itu menghentikan sejenak aktivitasnya. Reva yang merasa dipandangi seperti itu pun jadi salah tingkah.     

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa ada yang salah dengan dandananku?" tanya Reva.     

"Tidak, tidak ada. Hanya saja kau–"     

Tiba-tiba ucapan Agam terpotong karena ada seorang pria yang ngotot minta minum lagi. Pria itu pun melayani pelanggannya dengan ramah tamah. Reva yang melihat orang itu hanya bisa bergidik ngeri.     

Pria dengan jenggot panjang itu pun menatap ke arah Reva. Tubuh Reva yang seksi, pasti sangat menawan di mata orang itu.     

"Hai cantik," sapanya. Namun, Reva sama sekali tak menghiraukan. Ia pura-pura tak mendengar ucapan sang pria.     

Merasa tak dihiraukan oleh Reva, orang itu jadi tak terima. Dengan perasaan yang mulai marah, ia mulai mendekati Reva dengan beringas. Bahkan, beberapa orang yang duduk dekat dengan Reva pun sontak menjauh.     

"Aku menyapamu, tapi tak kau balas!" ucapnya sambil menggebrak meja. Pria itu terlihat marah pada Reva.     

"Aku tidak mendengar ucapanmu!"     

Kemudian, pria itu dengan tidak sopan, mulai menyentuh tubuh Reva. Spontan, Agam menghantamkan sebuah botol bir ke atas kepala pria tersebut dan membuatnya mengaduh sakit.     

Seisi ruangan dalam bar sontak riuh dengan teriakan ketakutan. Beberapa orang berlari tunggang-langgang. Agam menarik kerah baju orang itu.     

"Kurang ajar sekali kau dengan wanita ini hah! Minta maaf padanya, cepat!"     

Reva yang melihat kejadian ini langsung melerai Agam dan pria itu.     

"Sudah, hentikan!"     

Agam melepaskan kerah baju orang itu dengan kasar, karena mendengar suara Reva. Pria itu kemudian minta maaf padanya dan tak akan mengulangi lagi.     

Pria yang tidak sopan itu kemudian ke luar dari dalam bar. Beberapa pengunjung ada yang masih bertahan dan ada yang pulang karena takut.     

"Maafkan aku," ucap Reva.     

"Kenapa kau minta maaf?"     

"Gara-gara aku, kau jadi berkelahi dengan pria itu."     

Agam tersenyum manis kemudian. "Itu bukan salahmu. Salah dia yang menyentuhmu dengan tidak sopan."     

Sekarang, keadaan kembali kondusif. Agam mulai membereskan sisa-sisa pecahan botol bir tadi dan membuangnya ke tempat sampah. Kemudian, ia kembali bertugas dan melayani pelanggan. Beberapa orang ada yang mendekat dan memesan minum lagi.     

"Kau mau minum apa?" tanya Agam pada Reva.     

"Aku tidak ingin minum apa-apa. Takut kalau mabuk berat lagi."     

Agam langsung tersenyum ketika mendengar ucapan Reva. Ia pun menghargai keputusan wanita itu.     

Reva masih terus menatap Agam tanpa kedip. Apalagi saat pria itu menolongnya dari orang yang tak dikenal. Agam adalah orang yang baik.     

Drtt! Drttt!     

Reva merasakan ponselnya sedang bergetar di dalam tas. Ia pun segera meraih dan melihat siapa yang tengah menghubunginya.     

"Ahhh, dia lagi." Reva malas sekali kalau Joseph yang menghubunginya. Ia pun segera menon-aktifkan ponsel dan menaruhnya dalam tas lagi.     

Agam melihat ekspresi Reva yang mendadak berubah jadi murung. Entah apa yang menyebabkan wanita itu jadi begini.     

"Oh, ya, setelah ini ... apakah kau bisa jalan berdua denganku? Hmmm, maksudku kita cari makan sekitar sini." Reva ingin mengajak Agam makan berdua. Sontak, pria itu pun mengangguk.     

"Tentu saja, dengan senang hati. Tapi, cuma sebentar saja ya. Aku tak bisa kalau harus meninggalkan pekerjaanku lama-lama."     

"Tidak masalah."     

Agam merasa senang karena diajak makan berdua oleh Reva. Pria mana yang menolak ketika diajak makan oleh seorang wanita cantik seperti Reva? Pesona wanita itu tak terbantahkan lagi.     

Sebentar lagi, mereka akan makan berdua di dekat sini. Agam tengah memanggil seorang temannya untuk menggantikan tugasnya sementara.     

Setelah itu, Agam mempersilakan Reva berjalan lebih dulu di depannya. Ia pun mengekor di belakang. Entah kenapa, baru pertama kali, debaran jantung Agam terasa berdegup dengan kencang. Mungkinkah dirinya menyukai Reva?     

Namun, Agam menepis pikiran itu dari dalam kepalanya. Mana mungkin, wanita secantik Reva yang kaya raya bisa menyukainya yang hanya bekerja sebagai seorang bartender?     

'Ahh, Gam, singkirkan pikiranmu itu! Terlalu jauh impianmu itu untuk bisa bersama dengan Reva.'     

Ia juga tidak tahu, apakah Reva sudah ada yang punya atau belum. Agam sama sekali tak ingin ikut campur dalam masalah asmara wanita cantik yang ada di sebelahnya ini. Bisa jalan berdua seperti ini saja, ia sudah senang bukan main. Hanya teman biasa pun sudah bersyukur.     

Agam dan Reva melangkah ke luar dari bar dan menyisir jalan ini untuk mencari makan. Tak jauh dari bar ini ada sebuah restoran.     

"Va, makasih sudah mengajakku makan berdua." Agam tersenyum manis ke arah Reva.     

"Iya, sama-sama. Makasih juga sudah menolongku tadi. Kalau kau tak menolong, apa jadinya pria itu terhadapku."     

"Kau jangan cemas. Selama ada aku di sampingmu, kau pasti akan aman," ujar Agam.     

Entah kenapa, ucapan Agam membuat hati Reva tiba-tiba menghangat. Seperti telah terjadi sesuatu di dalam dirinya. Wanita itu tak bisa menampik, bahwa saat ini Reva merasa senang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.