Arrogant Husband

Terlanjur Kecewa



Terlanjur Kecewa

0Pagi hari, Bu Angel berniat akan ke rumah Reva untuk menghampirinya di sana. Tanpa ditemani oleh sang suami, ia pun bergegas ke sana.     

Entah kenapa, Bu Angel merasa kesal bukan main, karena menurutnya Reva sudah kelewatan. Bahkan wanita itu tega membunuh cucunya yang masih dalam kandungan Alisa.     

"Aku tak menyangka, Reva senekat ini sekarang."     

Wanita paruh baya itu berjalan dengan cepat. Kemudian, masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin. Bu Angel tak mau berlama-lama lagi, ia pun segera melajukan kecepatan mobil.     

***     

Kurang dari lima belas menit, Bu Angel sudah sampai di depan rumah Reva. Wanita itu langsung ke luar dari dalam mobil.     

Tok! Tok! Tok!     

Bu Angel mencoba mengetuk pintu rumah. Setelah berkali-kali mengetuk, akhirnya Reva ke luar juga. Wanita itu membukakan pintu untuk Bu Angel dan lekas menyuruhnya masuk.     

Namun, Bu Angel masih tetap berdiri di ambang pintu. Wajahnya terlihat sangat marah.     

"Tante, kenapa tak masuk?"     

Plak!     

Sebuah tamparan keras melayang dari Bu Angel, membuat pipi Reva memanas serta kesakitan. Reva pun bertanya apa alasannya.     

"Tante kenapa menampar aku?"     

"Kau tak sadar? Telah melakukan kejahatan pada Alisa?"     

'Oh, jadi karena Alisa? Tante Angel jadi menamparku seperti ini.'     

Bu Angel terlihat memarahi Reva. Mereka sama-sama masih berada di depan pintu. Kali ini, amarah Bu Angel meledak-ledak karena dirinya juga bersedih karena kehilangan cucu.     

"Kau boleh saja menyakiti Alisa bila kau mau. Tapi, cucuku? Kau jadikan amukan kemarahanmu juga karena tak bisa mendapatkan Saga lagi? Tante sangat kecewa padamu."     

Reva berlutut di hadapan Bu Angel. Ia meminta maaf dengan sangat menyesal karena sudah melakukan ini. Ia menarik kedua tangan Bu Angel perlahan. Dirinya pun menangis.     

"Maafkan Reva, tante."     

Bu Angel menepis tangan Reva pada akhirnya. Ia masih sangat marah sekarang. Kecewa sekali dengan perbuatan Reva yang sudah membuatnya kehilangan seorang cucu.     

Bu Angel mencak-mencak karenanya. Ia bahkan melarang wanita itu untuk bertemu lagi dengan Saga. Reva tentu saja tak terima.     

"Mulai sekarang, jangan pernah temui Saga lagi! Dia kecewa sekali padamu!"     

"Tidak tante, tidak! Aku tak akan pernah menyerah untuk mendapatkan Saga kembali." Reva menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tak akan menyerah sampai di sini.     

"Terserah kau saja, Va. Tante rasanya sudah sangat kecewa sekali pada kelakuanmu. Memang ya, sampai sekarang pun tante masih belum bisa menerima Alisa sebagai menantu. Tapi, dia hampir memberiku cucu."     

Reva menatap sekilas ke arah Bu Angel. Kalau hanya menginginkan seorang cucu, Reva pun bisa memberikannya pada orang tua Saga.     

"Tante mau seorang cucu? Reva bisa memberikannya untuk tante dan om. Asal Saga bisa kembali lagi sama aku," ujar Reva.     

"Jangan berharap tinggi, Va!"     

Reva tak suka dengan respons Bu Angel. Wanita itu sekarang ternyata lebih memihak pada Alisa. Ia tak habis pikir.     

Saat Bu Angel hendak berlalu pergi dari rumahnya, tiba-tiba Reva kembali lagi memohon. Namun, wanita paruh baya itu tetap pada pendiriannya sendiri. Bu Angel lekas menuju ke mobilnya dan segera pergi begitu saja.     

"Isshh!" Reva menghentak-hentakkan kaki. Bu Angel sudah pergi dari rumahnya.     

"Aku tak boleh sampai kehilangan Saga. Tak boleh."     

Reva masih saja mengharapkan Saga agar kembali lagi padanya. Sekarang, masalahnya bertambah runyam. Bu Angel sekarang sudah tak memihaknya lagi. Lantas, harus bagaimana Reva sekarang?     

***     

Dari kejauhan, Bu Angel bisa melihat rumah Saga dari dalam mobil. Terlihat, mobil sport sang anak tengah terparkir di halaman. Rupanya, Saga hari ini tak masuk ke kantor.     

"Aku ingin masuk ke sana dan menemui mereka berdua. Tapi ...."     

Setelah kejadian kemarin, Bu Angel terlihat sedih. Ia tahu, bagaimana perasaan Alisa sekarang. Pasti hatinya sangat hancur berkeping-keping karena telah kehilangan calon anak. Apalagi saat melihat wajah Alisa dan Saga yang menangis tadi malam, membuatnya tak tega sama sekali.     

"Apa yang telah aku lakukan selama ini dengan mereka berdua?" tanya Bu Angel seolah menyesali perbuatannya.     

Ia ragu untuk masuk ke dalam menemui Saga dan juga Alisa. Pasti suami istri itu masih tak bisa menerima kehadirannya. Namun, biar bagaimanapun Bu Angel merasa khawatir.     

Cukup lama terdiam di dalam mobil, akhirnya Bu Angel tetap memaksa untuk menuju ke rumah Saga. Ia lajukan mobilnya sampai di depan halaman rumah sang anak.     

Terlihat Anton dan beberapa anak buah yang lain tampak siaga di depan pintu rumah. Mereka semua sudah diamanahi oleh Saga agar tak menerima tamu dulu, siapa pun itu.     

"Bu Angel?" Anton melihat Bu Angel ke luar dari dalam mobil. "Mau apa lagi, beliau datang ke sini?"     

Saat Bu Angel hendak masuk, Anton segera melarangnya. Wanita paruh baya itu memohon agar bisa bertemu dengan Saga dan Alisa di dalam.     

"Aku mohon, biarkan aku masuk ke dalam untuk menemui anak dan menantuku."     

Anton cukup terkejut mendengar Bu Angel menyebut Alisa sebagai menantu. Setelah sekian lama, ini baru yang pertama kali.     

"Hmm, tak bisa bu. Maaf sekali. Ini sudah perintah langsung dari Tuan Saga. Lebih baik Anda pulang saja dari sini."     

Menurut Anton percuma saja, karena Saga dan Alisa tak ingin menerima tamu siapa-siapa dulu. Mereka berdua masih dalam keadaan bersedih. Namun, Bu Angel tetap ngotot, berusaha untuk tetap masuk ke dalam. Penjagaan pun ketat dilakukan.     

Dengan terpaksa, akhirnya Anton menarik kedua tangan Bu Angel agar kembali lagi ke mobilnya. Pria itu sebenarnya tak tega, tapi karena ini adalah permintaan Saga, maka ia harus terima.     

"Kurang ajar sekali kau menarikku seperti itu!" Bu Angel melotot ke arah Anton.     

"Maaf, Bu. Tapi, ini perintah langsung dari Saga."     

"Alah! Mana mungkin. Saga tak seperti itu. Lepaskan aku!" Bu Angel masih berusaha untuk melepaskan cengkeraman Anton. Wanita itu masih berusaha untuk melepaskan diri.     

Di tengah keributan yang terjadi antara Anton dan Bu Angel, maka datanglah Saga dari dalam. Pria itu berdiri sambil menatap keduanya. Ia tampak tak suka ibunya datang kemari.     

"Buat apa ibu datang ke sini?" tanya Saga yang tiba-tiba.     

"Saga, anakku."     

Anton pun melepaskan cengkeramannya dari tangan Bu Angel. Wanita itu lekas menghampiri putra semata wayangnya yang ada di depan pintu. Bu Angel begitu senang, bisa berjumpa dengan Saga lagi.     

"Lebih baik ibu pulang saja. Aku tak mau melihat wajah ibu ada di sini."     

"Tapi, nak ... ibu ingin melihatmu dan Alisa di dalam."     

"Tidak usah! Istriku tak mau bertemu dengan ibu lagi. Dia sudah kehilangan kepercayaannya pada ibu. Aku pun sama, tak percaya lagi." Tunjuk Saga pada Bu Angel.     

Saga memerintahkan Anton untuk mengusir ibunya dari sini. Dirinya dan sang istri sudah terlanjur dibuat kecewa. Mau bagaimana lagi?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.