Arrogant Husband

Kesabaran Ada Batasnya



Kesabaran Ada Batasnya

"Dok, apa yang terjadi pada istri saya? Kenapa dia jadi seperti ini?"     

"Istri Anda mengalami depresi. Dia merasa sangat putus asa karena sudah kehilangan bayinya. Pandangannya jadi kosong seperti itu."     

Saga tak kuasa menahan tangis. Ia tak tega melihat Alisa harus seperti ini. Cobaan datang bertubi-tubi pada keluarga mereka.     

"Temani istri Anda selalu, pak. Saya permisi dulu."     

"Silakan, dok," ujar Anton yang seakan mewakili Saga.     

Saga meraup wajahnya sendiri dengan kasar. Merasa tak becus dalam menjaga istri dan anaknya yang sudah tiada. Pria itu merasa bersalah. Anton yang melihat pemandangan ini, sama sekali merasa kasihan.     

"Alisa ...." Saga meraih tangan sang istri, lalu menciuminya. Namun, tetap saja, respons Alisa masih diam.     

"Anton, segera urus administrasi rumah sakit. Aku akan membawa Alisa pulang dari sini."     

"Tapi, Ga? Kau akan membawa Alisa pulang dari sini? Kenapa? Bukankah dia masih perlu perawatan."     

"Aku tak ingin membuatnya tambah terbebani berada di sini. Aku akan mengajaknya berlibur beberapa hari lagi."     

Keputusan Saga tak bisa diganggu gugat. Anton tetap melaksanakan perintah pria itu. Ia segera ke luar dari sini dan mengurus biaya rumah sakit.     

Saga masih menggenggam tangan Alisa. "Sayang, kita akan pulang sebentar lagi. Kau akan kembali lagi ke rumah, ya."     

***     

Malam hari telah datang menyapa. Anton, Saga, dan sang istri telah tiba di rumah. Saga menggendong Alisa sampai berada dalam kamar. Sedangkan, Anton membantu membawa kursi roda ke atas.     

Saga harus berusaha sekuat tenaga agar tak menangis di depan Alisa sekarang. Ia tak mau, malah membuat sang istri tambah depresi.     

"Terima kasih," ucap Saga saat pintu kamarnya dibukakan oleh Anton.     

"Sama-sama."     

Mereka semua masuk. Saga mendudukkan sang istri di atas ranjang. Saat berada di dalam kamar, ia tak menemukan paket yang dimaksud oleh Alisa. Ataukah mungkin sudah dibersihkan oleh para pelayan.     

Tak ingin mengganggu waktu kebersamaan mereka berdua, Anton pun segera ke luar dari sini.     

Setelah kepergian Anton dari kamarnya, Saga mencoba lagi untuk bicara dengan istrinya.     

"Aku mohon bicaralah. Jangan seperti ini padaku." Air mata Saga tumpah. Ia tak bisa menahan lebih lama lagi.     

"Bukan cuma kau yang merasa kehilangan. Tapi, aku juga sama," ujar Saga lagi.     

Mendengar ucapan Saga, Alisa jadi ikut menangis. Mereka berdua menangisi kepergian bayi yang sudah tiada lagi.     

"Aku telah gagal jadi seorang ibu! Gagal! Aku tak bisa menjaganya dengan baik." Dengan tangis terisak, Alisa mencoba untuk tetap bicara.     

Saga menyapu air mata Alisa yang jatuh terus menerus. Ia tak ingin, melihat wanita yang ia cintai berderai air mata seperti ini. Mereka berdua telah gagal menjadi orang tua.     

"Maafkan aku, sayang. Maafkan aku. Aku bukan suami yang siaga untuk kalian berdua."     

Alisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Semua ini bukan salahnya Saga, tapi Reva. Wanita itu harus diberi pelajaran yang setimpal, saat dirinya sudah pulih kembali.     

Tok! Tok!     

Terdengar suara ketukan dari luar pintu kamar. Saga pun segera membukanya.     

"Saga ada orang tuamu di bawah," ucap Anton.     

"Buat apa mereka malam-malam datang ke sini? Aku sedan menemani Alisa di kamar."     

"Aku juga tidak tahu."     

Mau tak mau, Saga akan turun ke bawah untuk menemui kedua orang tuanya di sana. Ia pun segera menyuruh Anton untuk pergi dari sini. Sedangkan, Alisa ia tinggal sebentar di kamar.     

Pria itu berbalik lagi menuju ke arah Alisa. Saga ingin turun ke bawah sebentar untuk menemui orang tuanya.     

"Sayang, aku turun sebentar ke bawah ya. Ada ibu dan ayah di sana."     

Mendengar bahwa ada Bu Angel dan Pak Surya di sini, Alisa pun juga ingin turun ke bawah. Namun, dilarang oleh Saga.     

"Aku ingin turun sekarang juga!" Alisa memaksa untuk turun ke bawah.     

Dengan terpaksa, Saga mengiyakan keinginan Alisa. Wanita itu tak sabar ingin menemui kedua orang tuanya. Saga menuntun sang istri dengan perlahan.     

Saat keduanya sudah turun dari tangga, Alisa lalu menghampiri keduanya.     

"Puas kalian, puas?!" sindir Alisa pada kedua orang tua Saga.     

"Apa maksudmu, Alisa?" tanya Bu Angel.     

"Ini kan yang kalian berdua inginkan?" Alisa menceritakan pada mereka berdua, bahwa dirinya sudah kehilangan sang bayi dalam kandungan.     

"Ini yang kalian inginkan! Aku sudah keguguran! Kalian pasti berniat akan menjodohkan Saga lagi dengan Reva, iya kan?!"     

Melihat amukan Alisa yang seperti ini, membuat Saga turun tangan. Ia pelan-pelan menasihati Alisa.     

"Sayang, kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi." Alisa tersenyum ketir.     

"Maksudmu?"     

"Orang tuamu hanya pura-pura baik padaku. Sampai sekarang, mereka masih belum bisa menerimaku dengan baik. Ini hanya sandiwara belaka. Kau sudah dipermainkan oleh orang tuamu sendiri."     

Anton yang mendengar ucapan Alisa, membenarkan hal itu. Membuat Saga makin naik pitam pada orang tuanya sendiri.     

"Ya Tuhan, bisa-bisanya kalian membodohiku lagi?"     

"Nak, maafkan ibu dan ayah."     

Bu Angel tak bisa berkata apa-apa lagi. Saat ini, ia merasa takut pada Saga. Mereka juga turut bersedih atas kehilangan ini.     

"Aku minta, ibu dan ayah ke luar dari rumahku! Jangan pernah menginjakkan kaki di sini lagi. Aku tak ingin, mempunyai orang tua seperti kalian!"     

"Jangan seperti ini pada kami, nak. Ibu melakukan semua itu demi–"     

"Demi Reva, iya?!" tanya Saga penuh emosi. "Wanita itu yang sudah membuat Alisa keguguran. Dia memberi racun di makanan istriku. Ayah dan ibu lantas mendukungnya? Di mana hati kalian?!"     

Bu Angel meraih tangan Alisa dan ingin minta maaf padanya. Namun, Alisa menepis tangan itu dengan kasar. Ia tak sudi, memaafkan orang seperti Bu Angel.     

"Kesabaran orang ada batasannya. Ibu dan ayah sudah melewati batasan itu."     

Alisa sudah berkali-kali disakiti bahkan dihina oleh mereka berdua. Bu Angel dan Pak Surya ingin minta maaf padanya, tapi tak semudah itu. Atas apa yang sudah mereka lakukan, Alisa masih belum mau memaafkan mereka.     

Ia adalah seorang menantu. Harusnya mereka lebih sayang padanya, bukan dengan Reva, yang bukan siapa-siapa itu.     

Dengan tegas, sekali lagi Saga menyuruh orang tuanya agar ke luar dari sini. Ia sudah tak tahan, harus dibodohi seperti ini lagi.     

"Aku sudah muak dengan kalian, yah, bu! Saga muak! Kalau ibu dan ayah memperlakukan Alisa dengan tidak baik hanya untuk membuat kami berpisah, kalian salah besar! Aku tak akan pernah meninggalkan Alisa sedikit pun."     

"Mertua yang harusnya aku hormati, malah seperti ini. Kalian lebih memilih seorang wanita penjahat, dibanding aku yang menantu kalian."     

Alisa meminta pada suaminya untuk mengusir mereka berdua dari sini. Ia tak mau, makin bertambah sedih kalau harus bertemu dengan mereka. Saga setuju dan mulai mengusir orang tuanya dari sini.     

"Aku tak mau bertemu dengan ibu dan ayah lagi mulai sekarang!"     

"Nak, jangan seperti ini pada ibu dan ayah," pinta Bu Angel. Namun, Saga sama sekali tak peduli.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.