Arrogant Husband

Alisa Keguguran



Alisa Keguguran

0Anton segera menghubungi Saga agar segera menyusulnya ke rumah sakit. Alisa saat ini tengah ditangani oleh tim medis. Ia berharap, agar sang Nyonya akan selamat beserta dengan janinnya.     

Perasaan Anton saat ini tak karuan. Rasa takut dan cemas jadi satu. Wanita sebaik Alisa, banyak sekali yang ingin berbuat jahat.     

"Semoga Nyonya Alisa tak kenapa-kenapa," ujarnya sambil memohon.     

Tak lama kemudian, muncullah Saga. Wajahnya sangat panik dan napasnya tersengal-sengal. Ia pun langsung meraih pundak Anton.     

"Bagaimana keadaan Alisa?" tanya Saga.     

"Masih di dalam, Ga, sedang ditangani oleh tim dokter."     

Saat keadaan informal seperti ini, ia bisa memanggil pria itu dengan sebutan 'Saga'. Namun, kalau sedang di rumah, Anton harus memanggilnya dengan sebutan 'Tuan.'     

"Ya Tuhan, semoga istriku tidak kenapa-kenapa."     

Anton mengangguk. Ia juga berdoa untuk keselamatan Alisa.     

Saat seorang dokter ke luar dari dalam ruangan, Saga dan Anton dengan cepat menghampiri. Saga langsung bertanya mengenai kondisi Alisa. Ia ingin tahu keadaan sang istri sekarang.     

"Dok, bagaimana kondisi istri saya?"     

"Istri Anda tidak apa-apa. Tapi ...."     

Saga dan Anton langsung dibuat cemas seketika. Mereka sungguh penasaran.     

"Tapi apa, dok?" Saga ingin jawaban itu sesegera mungkin.     

"Bayi Anda tidak dapat kami selamatkan. Istri Anda keguguran."     

Saga dan Anton terkejut bukan main. Rasanya bagaikan ditusuk oleh sebuah pedang di ulu hati. Sesak, hingga tak mampu bernapas. Saga pun terjatuh ke lantai. Anton segera membantu memegangi kedua bahu pria itu.     

Sang dokter pamit dari hadapan mereka berdua. Saga menangis deras dan tak menyangka bahwa semua ini akan terjadi. Dirinya telah kehilangan sosok anak yang telah cukup lama dinanti.     

"Kenapa? Kenapa ...!" teriak Saga histeris.     

"Saga, tenanglah."     

Saat ini, Saga masih terduduk lemas di lantai. Masih sangat syok dengan kabar buruk ini. Anton yang berada di samping, mencoba membuatnya tegar.     

"Saga, ayo kita ke dalam menemui Alisa di sana."     

Saga mendongak menatap wajah Anton. Matanya lalu terpejam, menangis, merasa sangat hancur. Kemudian, pria itu memukul-mukul kepalanya sendiri. Anton tak bisa melihat begitu saja, saat Saga menyakiti diri sendiri.     

Bukan hanya Saga yang merasa terpukul, tapi Alisa juga. Bagaimana nanti, jika wanita itu tahu bahwa dirinya keguguran.     

Mereka berdua mencoba untuk masuk ke dalam dan menemui Alisa. Anton membantu Saga untuk berdiri tegak. Matanya masih merah karena terus menangis.     

Kedua pria itu sudah berada di sisi Alisa. Wanita itu masih belum sadarkan diri. Sedangkan, Saga masih terus menangis, seolah tak bisa berhenti.     

"Bagaimana nanti aku mengatakan hal ini pada Alisa?" tanyanya sambil terisak. "Aku tak sanggup rasanya bila harus jujur begini. Kasian dia." Anton mengembuskan napas panjang, saat melihat Saga dan Alisa bergantian.     

Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba Alisa mulai sadar. Wanita itu perlahan-lahan mulai membuka mata. Ia mengedarkan pandangan, menatap ke sekeliling.     

"Sayang, kau ke–kenapa?" tanya Alisa yang melihat Saga menitikkan air mata.     

Beberapa detik kemudian, Alisa tersadar dengan kejadian sebelum dirinya tak sadarkan diri. Ia langsung duduk dan memegangi perutnya. Ia menatap ke arah Saga dan Anton.     

"Sayang, katakanlah ... anak kita tak apa-apa kan?" tanya Alisa memastikan.     

Mendengar suara Alisa yang cemas, langsung membuat Saga menangis lagi. Pria itu tak kuasa menahan tangis.     

Saga menepuk-nepuk kepalanya sendiri. Apakah ia harus berkata jujur pada Alisa, yang keadaannya seperti ini? Sang istri langsung menggenggam kedua tangannya untuk meminta sebuah jawaban.     

"Sayang, kenapa menangis seperti itu? Anak kita baik-baik saja kan? Iya kan? Tak terjadi apa-apa padanya."     

Anton hanya tertunduk lesu. Pria itu tak kuasa saat menatap wajah Alisa yang sendu.     

"Maaf sayang, maaf ...." Saga tambah menangis deras.     

"Kita telah kehilangan bayi kita," ujar Saga lagi.     

Alisa menggelengkan kepala. Ia tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Saga. Ini hanya omong kosong semata. Sang suami langsung memeluk dirinya dengan erat. Namun, ditepis oleh Alisa begitu saja.     

"Bohong! Kau pembohong!" Alisa berontak. Ia berteriak-teriak. "Tidak mungkin!"     

Alisa terus saja berontak, bahkan ingin melepaskan infus yang ada di tangan kirinya. Saga yang melihat itu, langsung melarang sang istri. Ia dengan cepat memeluk Alisa untuk mencoba menenangkan.     

Sang istri sangat terpukul dengan keadaan ini. Namun, bukan hanya Alisa saja, tapi Saga pun juga merasakan hal yang sama. Air mata mereka terus saja mengalir deras, tak henti-henti.     

Anton yang menyaksikan dua sejoli itu, tampak bersedih hati. Melihat dua orang yang baik padanya, tengah terluka seperti sekarang.     

"Aku juga sangat sakit mendengar kabar ini," ujar Saga. Pria itu masih merengkuh tubuh Alisa dengan erat.     

Namun, tiba-tiba datanglah seorang dokter yang menangani Alisa tadi. Dokter itu ingin bicara dengan Saga sebentar. Saga pun menurut dan izin pada Alisa.     

"Ton, jaga Alisa dulu ya."     

"Baik, Ga."     

***     

Cukup lama Saga dan dokter itu saling bicara. Mereka membahas tentang keadaan Alisa. Saga akhirnya tahu, bahwa sang istri keracunan dari sebuah susu cair. Ada sejenis zat yang bisa membuat kandungan jadi keguguran.     

Saga hendak ke luar dari ruangan sang dokter. Ia ingin segera ke ruangan Alisa dan membahas hal ini. Ia ingin bertanya pada sang istri ada makan apa saja hari ini.     

Pria itu melangkah dengan cepat dan tergesa-gesa. Saga mendorong pintu ruangan dan mengangetkan Alisa serta Anton.     

"Sayang! Aku ingin bertanya sesuatu dan kau harus jawab jujur!" Saga menatap tajam ke arah Alisa.     

"Kau ada makan apa saja hari ini?" tanyanya lagi.     

"Pagi tadi, aku menerima paket makanan darimu," ujar Alisa. Ia mendapat paket berisi kue bolu serta sebotol susu.     

Saga mengerutkan kening. Ia merasa tak memberi apa-apa pada Alisa hari ini. Jadi, ada paket apa sebenarnya.     

"Paket? Paket apa yang kau maksud? Aku tak pernah memberikanmu apa-apa," balas Saga.     

Adu mulut pun terjadi di antara Saga dan Alisa. Anton berusaha untuk melerai keduanya.     

"Saga, ada seorang kurir ke sini pagi tadi. Dia mengantar paket mengatasnamakan dirimu." Anton menceritakan kejadian pagi tadi.     

"Paket itu berisi kue dan susu! Ada kartu ucapan di dalamnya." Alisa menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia masih menangis.     

"Aku tidak pernah memberikan paket apa-apa hari ini. Apalagi sampai menyuruh seorang kurir untuk mengantar ke rumah!" Saga berontak dan marah.     

"Aku tidak perlu orang lain untuk mengantarkannya ke rumah, apalagi menyuruh mengantar paket, karena aku bisa sendiri. Seperti yang sudah-sudah, dengan tanganku sendiri ... aku yang memberinya untukmu!"     

Mendengar ucapan Saga, Alisa tak bisa berkata apa-apa lagi. Benar apa yang dikatakan oleh sang suami. Berarti, ini sudah direncanakan terlebih dulu oleh orang lain. Lalu, siapakah orang itu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.