Arrogant Husband

Pembalasan Untuk Saga



Pembalasan Untuk Saga

0Saga datang ke rumah Reva untuk menemuinya. Ia ingin memberi wanita itu sedikit pelajaran karena sudah berani macam-macam dengan keluarga kecilnya.     

Pria itu menggedor-gedor pintu dengan keras, agar Reva segera ke luar dari dalam. Amarah Saga sudah berada di puncak. Ia tak mau diam, kalau sudah begini kejadiannya.     

"Ke luar kau, Va! Aku ingin bicara padamu! Buka pintunya." Saga sangat marah dengan Reva sekarang. Ia masih berusaha menggedor-gedor pintu agar si pemilik rumah menemuinya.     

Reva yang sejak tadi ketakutan di ruang tamu, sampai sekarang tak berani membuka pintu. Ia tahu, Saga sangat marah padanya. Reva hanya mendengarkan saja suara pria itu yang terus memanggil namanya.     

"Gawat! Saga ada di luar. Aku harus bagaimana ini?" Reva mondar-mandir dan terlihat panik.     

"Kalau kau tak membuka pintu, akan kulaporkan kau ke polisi sekarang juga!" teriak Saga dari luar.     

Nada ancaman dari Saga berhasil membuat Reva ke luar. Wanita itu dengan cepat membuka pintu. Wajahnya sudah pucat pasi.     

Saga menarik tangan Reva dengan kasar dan membawanya ke dalam. Baru kali ini, Reva merasa takut saat bertemu dengannya.     

"Kurang ajar sekali kau! Berani-berani ke rumahku dan ingin hampir mencelakai Alisa. Dia istriku dan kau harus sadar hal itu!" Saga masih mencengkeram kuat pergelangan tangan Reva. Ia tak peduli dengan rintihan yang ke luar dari mulut wanita itu.     

"Aku melakukan semua itu agar kau bisa kembali padaku lagi, Ga. Hanya itu. Aku ingin kita bersama lagi seperti dulu," ucap Reva yang menyendu.     

Pria itu tak habis pikir dengan jalan pikiran Reva sekarang. Tak mungkin lagi mereka bisa bersama, karena Saga sudah punya istri dan tak ada lagi rasa di dalam hatinya.     

"Kau ini wanita macam apa, hah?! Bisa-bisanya punya pikiran seperti itu? Aku sudah menikah dengan Alisa dan sebentar lagi kami akan punya anak. Buang jauh-jauh harapanmu itu, Va!"     

Reva tersenyum remeh, saat Saga menyuruhnya untuk membuang jauh-jauh harapan terbesar dalam hidupnya. Sampai detik ini, dalam hatinya hanya ada Saga seorang.     

"Gampang sekali kau menyuruhku menjauh seperti itu, Ga? Setelah kita lalui semua ini bersama?" Reva berusaha menepis cengkeraman Saga yang masih mencekal pergelangan tangannya.     

"Memang harus seperti itu! Kita berdua sudah jadi masa lalu. Carilah pria yang lebih baik daripada aku di luar sana!"     

Pria itu memperingatkan lagi untuk tak macam-macam dengan Alisa. Saga juga menyuruh Reva agar tak menginjakkan kaki lagi di rumah besarnya itu.     

"Jangan pernah kau injakkan kaki lagi di rumahku! Jangan pernah usik rumah tanggaku dengan Alisa! Kalau sampai kau berani seperti itu lagi, maka aku tak akan pernah tinggal diam." Saga menunjuk-nunjuk wajah Reva.     

Ultimatum diberikan oleh Saga. Wanita itu ketar-ketir saat berhadapan denganya. Reva langsung terdiam seketika.     

Saga merasa sudah cukup berada di sini untuk memberikan Reva peringatan. Ia pun hendak berlalu pergi dari sini. Namun, rupanya wanita itu masih mengejarnya juga.     

Reva memohon agar Saga kembali lagi. Pria itu tak menjawab apa-apa dan langsung pergi begitu saja dari rumahnya. Melihat kepergian Saga dari rumah, membuat hati Reva hancur berkeping-keping.     

"Aku tidak akan menyerah untuk memperjuangkan cinta ini." Dengan tangis yang tertahan, Reva kembali masuk ke dalam rumahnya. Meninggalkan segenggam harapan yang sempat ia bangun, lalu dirobohkan kembali oleh Saga.     

***     

Tak berselang lama dari kepergian Saga, tiba-tiba Joseph pun mendatangi rumah Reva. Hatinya gelisah sejak tadi memikirkan wanita itu.     

Tok! Tok!     

Joseph mengetuk pintu itu berkali-kali, agar sang tuan rumah segera membuka. Namun, sampai sekarang masih tak ada jawaban dari dalam.     

"Reva di rumah atau tidak, ya?" pikir Joseph. "Dia tak mungkin pergi, mobilnya masih ada di halaman." Joseph mencoba mengetuk pintu lagi berkali-kali sampai Reva muncul dari dalam.     

Akhirnya, yang ditunggu-tunggu telah menampakkan batang hidung. Reva membuka pintu tapi dalam keadaan menangis sesenggukan. Membuat Joseph heran sekaligus cemas.     

"Va, kau kenapa?" tanyanya.     

"Mau apa kau ke sini, Jo? Pergi sana!" Reva mendorong tubuh Joseph agar pergi dari sini. Namun, pria itu tak mau pergi darinya.     

Joseph malah menerobos masuk ke dalam rumah Reva. Membuat wanita itu seketika ingin mengusirnya sekarang juga.     

"Aku minta kau pergi dari sini, Jo!"     

Pria itu tak mau pergi setelah mengetahui kondisi Reva. Wanita yang ia cintai sedang menangis seperti ini. Ia perlahan memeluk tubuh Reva.     

"Apa yang terjadi padamu, Va? Kenapa kau menangis seperti ini?" Joseph memintanya untuk menceritakan semua ini.     

Saat ini, mereka tengah berpelukan. Joseph mencoba untuk menenangkan Reva. Wanita itu bicara padanya dengan terus terang. Ia menyimak dengan baik, apa yang diucapkan oleh Reva.     

Tak ada satu pun yang Reva sembunyikan dari Joseph. Ia bicara jujur dari awal sampai akhir. Sampai Saga datang ke sini pun tak luput ia sampaikan. Pria itu terdiam, seolah-olah tengah berpikir.     

Joseph mengusap-ngusap punggung belakang Reva, agar semakin tenang. Wanita itu kini tangisannya sudah mereda.     

"Sudahlah, kau jangan menangis lagi, Va," ujar Joseph.     

Reva mengangguk. Ia masih bersedih karena memikirkan ucapan Saga. Pria itu semakin benci padanya karena Alisa. Wanita itu benar-benar membuat Reva semakin benci.     

Melihat sang kekasih bersedih seperti ini, membuat Joseph tak tinggal diam. Ia ingin membalas perbuatan Saga dan Alisa. Mereka harus mendapat ganjarannya karena sudah membuat Reva menitikkan air mata.     

"Aku mohon, kau jangan bersedih lagi. Aku minta maaf atas kesalahanku yang lalu. Aku–"     

"Tak usah kau bahas itu lagi!"     

'Berani sekali Saga datang kemari dan membuat Reva menangis. Aku tak akan tinggal diam. Liat saja nanti, apa yang akan kulakukan.'     

Pria itu berniat ingin membalaskan dendam Reva pada Saga dan istrinya. Mereka berdua harus membayar dengan harga yang mahal. Bagi Joseph, tak ada yang boleh menyakiti Reva sedikit pun.     

Melihat orang yang ia cintai harus seperti ini, membuat hatinya sakit. Hancur, berkeping-keping saat Reva harus menangis dalam pangkuannya.     

"Lebih baik kau pulang sekarang, Jo. Aku hanya ingin sendiri saja di sini," pinta Reva.     

"Baiklah, aku akan pulang. Kalau kau perlu apa-apa, hubungai saja aku."     

Dengan berat hati, Joseph pun mengiyakan permintaan Reva. Padahal, dirinya masih ingin berlama-lama di sini, hanya untuk menemani wanita itu. Ia pamit dan segera pulang dari sini. Langkahnya mulai menjauhi sang kekasih. Joseph pun masuk ke dalam mobil. Reva langsung menutup pintu rumah.     

Pria itu lekas melajukan mobilnya dari sana. Joseph sengaja memacu kecepatan dengan tinggi.     

"Awas saja kau, Ga! Aku akan membalas dirimu demi Reva!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.