Arrogant Husband

Hancur Berkeping-keping



Hancur Berkeping-keping

0Reva menangis terisak-isak saat Joseph sudah mengeluarkan juniornya dari dalam lubang. Wanita itu menutup seluruh wajahnya dengan kedua tangan.     

"Bajingan! Sialan!" umpatnya pada Joseph.     

Pria itu saat ini terbaring lemas di sampingnya. Reva masih menutup wajahnya dan menangis. Joseph mencoba untuk menenangkan sang kekasih. Tangannya terjulur untuk merengkuh tubuh Reva.     

"Jangan sentuh aku lagi!" ujar Reva. "Ini adalah yang terakhir kalinya kau menyentuhku! Dan, apabila masalah ini sudah selesai, aku tak akan pernah menemuimu lagi!"     

"Jangan seperti itu, Va," lirih Joseph.     

"Memang harus seperti itu!"     

Reva masih menangis. Kantung matanya terlihat besar sekarang. Joseph merasa bersalah karena tak dapat menahan hawa nafsunya. Sekarang, ia sudah semakin dibenci oleh wanita itu.     

Reva meringis sakit, saat mencoba untuk bangkit dan berdiri. Di area pangkal pahanya masih terasa perih. Lalu, ia memasang pakaian dalamnya tepat di hadapan mata Joseph.     

"Va, maafkan aku. Aku mohon."     

Wanita itu tak bersuara sama sekali dan fokus berpakaian. Reva ingin pulang saja dari sini untuk menenangkan pikiran. Di rumah Joseph, sama sekali tak membuatnya merasa tenang.     

Saat Reva sudah hampir selesai berpakaian, maka Joseph pun bangkit dan memasang celana miliknya.     

"Reva, tunggu!" Joseph menarik tangan Reva lagi.     

"Singkirkan tanganmu dariku, Jo!" Reva mendorong tubuh Joseph dengan kuat. Membuat pria itu terjengkal ke belakang. Reva berhasil ke luar dari kamar itu.     

Sambil menahan perih karena bercinta tadi, Reva tetap berusaha untuk menuruni anak tangga dengan perlahan. Ia ingin pulang saja dari sini dan tak akan bertemu dengan Joseph lagi.     

Terdengar teriakan dari Joseph yang memanggil namanya. Namun, Reva sama sekali tak ingin menggubris. Wanita itu langsung menuju ke halaman depan.     

"Va, aku mohon. Maafkan aku." Joseph berhasil lagi meraih tangan Reva. Namun, sang kekasih rupanya sangat membencinya sekarang. Reva langsung menepis tangan Joseph dengan kasar.     

Wanita itu langsung masuk ke dalam mobil sambil menangis tersedu-sedu. Reva segera pergi dari sini dan membuat Joseph merasa bersalah bukan main.     

"Kau jahat, Jo! Kau jahat!" Reva memukul stir kemudi untuk melampiaskan rasa kesalnya.     

"Aku tak ingin bertemu denganmu lagi!"     

***     

Keesokan harinya sesuai dengan ucapan Saga, kedua orang tuanya kini sudah berada di rumahnya. Ia dan sang istri menyambut mereka dengan penuh kehangatan.     

"Akhirnya, ayah dan ibu bersedia datang ke sini."     

"Tentu saja kami datang."     

Sebentar lagi, Saga akan segera berangkat ke kantor. Ia menitipkan sang istri bersama dengan kedua orang tuanya. Ia berharap, semoga saja semuanya akan akur, seperti yang terlihat sekarang.     

Saga pun pamit dengan sang istri dan juga kedua orang tuanya. Ia terlihat sangat hormat dengan ayah dan sang ibu. Tak lupa, Saga mencium kening Alisa sebelum berangkat.     

"Sayang, aku berangkat ke kantor dulu, ya," ujar Saga sesudah mencium kening Alisa.     

"Iya sayang, hati-hati."     

Alisa, Pak Surya, serta Bu Angel tampak mengantar Saga ke halaman depan. Sang suami masuk ke dalam mobil dan terlihat melambaikan tangan.     

Setelah mobil Saga sudah tak terlihat lagi, Alisa dan sang mertua pun masuk kembali ke dalam rumah. Alisa mempersilakan mereka untuk duduk.     

"Ayah, ibu, mau minum apa? Biar aku yang buatkan untuk kalian."     

"Tak usah! Aku tak mau minum dari buatan tanganmu!"     

Mendengar ucapan ketus dari Bu Angel, membuat Alisa tak percaya. Bukankah kata Saga kemarin, kedua orang tuanya sudah mulai menerimanya dan janji akan berubah.     

"Ibu ... kau kenapa seperti itu lagi? Bukankah kata Saga–"     

"Aku tak akan pernah menganggapmu sebagai menantu. Titik! Dan, jangan pikir kau akan diterima dengan mudah di sini."     

"Mimpi jangan ketinggian, Alisa! Aku dan istriku tak akan sudi menerimamu sebagai menantu!" ujar Pak Surya lagi.     

Ternyata benar, apa yang dikatakan oleh hati kecilnya. Mereka berdua tak akan pernah mau menerimanya. Semua yang mereka katakan pada Saga hanya omong kosong belaka.     

"Harusnya aku tak akan pernah percaya, bahwa kalian berdua akan menerimaku dengan baik! Itu semua hanya omong kosong. Kalian berdua sengaja membuat tipu daya pada Saga."     

"Kalau kau berani mengadu pada Saga, awas saja ya!"     

Alisa hanya tersenyum remeh. Ternyata mertuanya takut pada Saga. Namun, mereka sama sekali tak menginginkan keinginan suaminya.     

Hati Alisa sudah hancur berkeping-keping. Kepercayaannya sudah luluh lantak. Tak mungkin lagi, ia percaya dengan mertuanya sendiri. Mereka berdua hanya berucap bohon dan membual saja. Sampai kapan pun, Pak Surya dan istrinya tak akan menerimanya sebagai menantu.     

Hari ini, Alisa benar-benar dibuat yakin dengan mereka. Sehingga, ia tak ingin lagi mengharap sebuah restu dari mertuanya itu.     

"Mulai sekarang, aku berjanji tak akan pernah berharap restu dari kalian lagi! Silakan saja, kalian berdua membenciku sampai kapan pun dan aku tak peduli!"     

Alisa tiba-tiba menangis. Ia sangat geram dengan kelakuan mertuanya yang seperti ini.     

"Bagus, kau selalu sadar diri. Reva jauh lebih baik dari pada kau! Harusnya kau menjauh dari hidup anakku!"     

"Tak mungkin! Aku tak akan pernah melepaskan Saga begitu saja hanya demi kalian berdua! Kalian adalah orang tua yang pemaksa. Kasian sekali suamiku punya orang tua seperti kalian!"     

Kali ini, ucapan Alisa lah yang menusuk tajam ke hati Bu Angel dan Pak Surya. Mereka berdua sama sekali tak menduga, bahwa Alisa bisa juga berucap setajam ini.     

"Jaga bicaramu wanita miskin!" umpat Bu Angel.     

"Aku sudah cukup sabar dengan kalian berdua. Dan, kesabaranku juga ada batasnya."     

Orang tua Saga menatapnya dengan pandangan melotot. Namun, Alisa mampu melawan mereka berdua.     

"Antonn ...!" panggil Alisa dengan berteriak. Ia memanggil Anton untuk kemari.     

Salah satu orang kepercayaan Saga, yaitu Anton telah mendekat padanya.     

"Ada apa, Nyonya?"     

"Suruh mereka berdua pergi dari sini. Usir mereka!" Alisa berucap itu sambil menangis.     

Merasa diusir seperti ini oleh sang menantu, membuat Bu Angel tak suka hati. Wanita itu mengumpat berkali-kali dan berontak bukan main.     

"Kalian sungguh jahat padaku! Kalau kalian berdua tak pergi dari sini, akan kuadukan hal ini pada Saga sekarang juga!"     

Akhirnya, Bu Angel dan suaminya mengalah. Mereka berdua terlihat menjauh dari rumah ini. Anton mengantar mereka untuk ke luar. Sepasang suami istri itu lalu masuk ke mobil dan segera menghilang dari pandangan.     

Betapa sakit hati Alisa karena menerima hal pahit begini. Apa salahnya? Kenapa takdir seperti ini? Kedua orang tua Saga bahkan tega mengucap sesuatu yang masih saja membandingkan dirinya dengan Reva. Ia pun tahu diri dengan keadaannya dulu, yang terlahir dari keluarga yang miskin. Tidak seperti Reva, wanita itu dari kalangan orang yang berduit.     

"Nyonya, berhentilah menangis. Jangan seperti ini terus, kasian bayi yang Anda kandung," ujar Anton, menasihati Alisa. Pria itu telah kembali seusai menjalankan perintahnya.     

"Iya Anton, terima kasih."     

'Kasian sekali Nyonya Alisa. Ingin sekali aku memberitahukan hal ini pada Saga.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.