Arrogant Husband

Dapat Restu? Serius Atau Hanya Candaan



Dapat Restu? Serius Atau Hanya Candaan

0"Saga ...!" Bu Angel kaget melihat kedatangan anak semata wayangnya kemari secara mendadak. Pria itu bahkan ke sini tak mengabarinya dulu.     

"Astaga Nak, keadaanmu masih belum pulih betul. Kau kan bisa hubungi ibu dan ayah biar kami yang ke rumahmu."     

"Tidak perlu. Aku ke sini hanya ingin bicara dengan ibu dan juga ayah."     

Saga meminta pada sang ibu untuk memanggilkan Pak Surya yang masih ada di dalam kamar. Wanita paruh baya itu menuruti ucapannya dan beranjak ke atas kamar. Sementara menunggu kedatangan ayahnya, maka Saga duduk dulu di sofa ruang tamu. Kali ini, ia harus bicara serius dengan mereka.     

Ia mengetuk-ngetukkan jari jemari ke atas meja, agar menghilangkan rasa jenuh di sini. Tak lama kemudian, orang tuanya turun bersamaan dari dalam kamar. Pak Surya gembira dan menyambut Saga dengan penuh kehangatan.     

"Anakku ... kau sekarang tidak apa-apa?" tanyanya.     

"Iya yah, aku sudah tidak apa-apa."     

Mendengar kabar baik ini, membuat Pak Surya sekaligus sang istri tampak senang. Anak mereka sudah dalam keadaan yang lumayan baik.     

Mereka semua duduk di sofa. Terlihat dari wajah Saga yang sudah tak sabar ingin membicarakan hal ini pada orang tuanya.     

"Kedatanganku ke sini untuk membahas sesuatu." Saga membuka percakapan setelah tadi terdiam sesaat.     

"Membahas apa, Nak? Utarakan saja pada kami berdua."     

"Ini menyangkut aku dan Alisa," ujar Saga yang memandang secara bergantian wajah orang tuanya.     

"Kenapa dengan kalian?" Bu Angel bersuara datar.     

"Tolong ayah dan ibu hargai Alisa sedikit saja. Dia istriku dan tengah mengandung buah cinta kami. Dan, di dalam sana ada cucu kalian! Masa ayah dan ibu tega, membiarkan Alisa sedih terus-menerus seperti ini karena dia mengharapkan sekali restu dari kalian."     

"Aku datang ke sini, mungkin ini yang terakhir kalinya," ujar Saga lagi.     

"Maksud kau apa Saga?!" ketus Pak Surya, tak suka.     

"Kalau kalian tidak bisa menerima Alisa sebagai menantu, aku juga tak akan menganggap ayah dan ibu lagi seperti orang tua kandungku. Adil kan?"     

Pak Surya mengembuskan napas berat, sambil menahan emosi. Ia menatap putra sulungnya dengan amarah berapi-api. Tak terima dengan keinginan Saga ini. Apalagi kalau harus menerima Alisa sebagai menantu mereka. Bu Angel pun demikian, wanita paruh baya itu juga tak sependapat.     

"Pilihan ada di tangan kalian. Kalau ayah dan ibu bisa bersikap baik dengan istriku, aku tak akan menjauhi kalian."     

Bu Angel tengah menatap mata sang suami. Ia bingung, haruskah menerima Alisa sebagai menantu? Dan, mulai bersikap baik pada istri Saga itu?     

Tak ada jawaban yang ke luar dari mulut orang tuanya. Saga sedari tadi sedang menunggu jawaban dari mereka. Ia pun tersenyum kecut. Dirinya terpaksa melakukan hal ini, karena merasa kasihan dengan Alisa. Istrinya itu terus-menerus berharap agar bisa dekat dengan orang tuanya.     

"Yah, bu, kasihanilah Alisa. Dia anak yatim piatu, tak mempunyai orang tua lagi sekarang. Dia juga ingin merasakan kasih sayang orang tua lagi. Dan, lewat kalian berdualah, dia bisa merasakan semua itu." Saga berharap, hati kedua orang tuanya akan luluh.     

Orang tuanya masih bertatapan satu sama lain. Sampai sekarang, mereka tak memberikan jawaban apa pun.     

"Sebelum anakku lahir nanti, aku dan Alisa ingin melihat kalian bisa memberi restu pada kami. Agar keluarga kita harmonis."     

"Baiklah Nak, ibu dan ayah akan memperlakukan Alisa dengan baik mulai sekarang." Bu Angel berpandangan dengan sang suami.     

"Be–benarkah? Ka–kalian berjanji?" tanya Saga terbata-bata.     

"Kami akan mencobanya."     

Saga mendekat pada kedua orang tuanya. Ia terharu, akhirnya dengan perlahan bisa juga meluluhkan hati mereka. Ayah dan sang ibu perlahan akan memperlakukan Alisa dengan baik layaknya sebagai menantu.     

Saga langsung menciumi kedua telapak tangan ayah dan ibunya. Merasa senang karena keinginannya terkabulkan. Pria dengan rambut kecoklatan itu tak lupa berterima kasih dengan orang tuanya.     

Bu Angel terpaksa mengiyakan keinginan Saga, agar sang anak merasa senang. Namun, bukan berarti bisa dengan mudah hatinya terbuka untuk Alisa. Wanita itu masih suka terhadap Reva.     

"Baiklah, yah, bu, Saga pulang dulu ya. Sekali lagi terima kasih banyak."     

Pria itu berpamitan dengan kedua orang tuanya. Saga melangkah ke luar dan menghampiri mobil sport-nya.     

Bu Angel dan Pak Surya mengantar sang anak sampai depan pintu. Kemudian, mereka saling melambaikan tangan. Mobil Saga perlahan ke luar dari halaman rumah.     

Pak Surya mengajak sang istri untuk kembali masuk. Kemudian, pria paruh baya itu bertanya.     

"Bu, apakah yang ibu katakan tadi benar? Ibu mau menerima Alisa sebagai menantu dan sudah memberi restu?"     

"Ya, belum lah yah, ibu masih sangat berharap sama Reva. Hanya dia yang terbaik untuk Saga, bukan Alisa."     

"Tapi, bu? Kata ibu tadi kan?"     

"Ya, memang. Ibu hanya pura-pura saja." Pak Surya lalu mengangguk-angguk mendengar jawaban dari istrinya. "Emang ayah mau, punya menantu kayak Alisa? Tak tahu asal-usulnya dari mana?"     

"Ya enggak lah bu."     

Bu Angel terpaksa harus berbohong dengan Saga. Jelas saja, mereka berdua masih belum bisa menerima Alisa dengan baik.     

Suami istri itu memang sengaja berdusta, agar Saga tak jauh dari mereka berdua. Sang anak rela menjauh dari ibu dan ayahnya sendiri, ketimbang meninggalkan Alisa. Itu makin membuat Bu Angel tambah tak menyukai sang menantu.     

"Bu, ayo kita naik ke kamar lagi. Ayah pengen mesra-mesraan sama ibu lagi." Pak Surya menoel pipi sang istri.     

"Ayah tuh ya, emang selalu begini sama ibu." Pipi Bu Angel bersemu merah. Mereka pun akhirnya naik juga ke atas kamar.     

***     

Saga sudah pulang ke rumah dengan membawa kabar gembira untuk sang istri. Pasti Alisa akan merasa senang mendengarnya. Ia sudah bisa meluluhkan hati orang tuanya agar memberi restu pada mereka berdua.     

Pria itu melangkah dengan langkah tegap. Melewati anak tangga dengan cepat, agar sampai di dalam kamar. Rasanya sudah tak sabar lagi, ingin menyaksikan wajah semringah yang terpancar dari Alisa.     

Saga mulai memegang gagang pintu dan membukanya. Terlihat Alisa yang sedang menengok ke arahnya.     

"Sayang, akhirnya sudah pulang," ucapnya dengan manja.     

Saga langsung merengkuh tubuh ramping itu ke dalam pelukan. Napasnya memburu sesaat.     

"Sayang, ada apa?" tanya Alisa kemudian.     

Pria itu melepaskan pelukannya lalu memegangi kedua pipi Alisa. Sang istri bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi. Saga masih memandang wajah cantik wanita itu.     

"Aku membawa kabar baik untukmu." Wajah Saga berseri-seri.     

"Kabar baik apa itu, sayang? Katakanlah, aku sudah penasaran sejak tadi."     

"Ibu dan ayah sudah memberi restu mereka padamu. Mereka berdua janji, akan menyayangimu layaknya menantu di rumah ini. Kau akan dapat hakmu sayang." Alisa tak bisa berkata apa-apa lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.