Arrogant Husband

Bentuk Perhatian dari Saga



Bentuk Perhatian dari Saga

0"Menyebalkan sekali si Agam itu! Bisa-bisanya dia tak percaya dengan ucapanku. Ini semua gara-gara Joseph!"     

Reva menghentak-hentakkan kedua kakinya ke atas tanah. Kemudian, wanita itu segera masuk ke dalam mobil dan berniat pulang. Percuma saja, ia harus capek-capek datang ke bar, tapi Agam hanya meresponsnya biasa saja.     

"Semua pria tuh sama aja. Sama-sama menyebalkan! Saga, Joseph, dan Agam pula." Wanita itu mulai mengendarai laju mobilnya dalam kecepatan tinggi.     

Saat ini, suasana hati Reva sedang tidak baik. Ia ternyata salah datang kemari dan bertemu dengan Agam. Pria itu masih tak percaya, bahwa dirinya tak menjalin hubungan apa-apa dengan Joseph. Entah kenapa, Reva seakan ingin marah dengan pria itu.     

Apakah Reva perlahan mulai menyukai Agam? Ia tak mau, pria itu salah paham padanya. Saat ini, Reva masih terus memikirkannya.     

"Kenapa aku sekarang, ya? Apakah aku mulai menyukai Agam?"     

"Ah, tidak mungkin! Prioritasku hanya Saga saja dan tak ada pria lain lagi. Saga berlimpah harta kekayaan, sedangkan Agam tidak."     

Reva tak mungkin menyukai pria miskin seperti Agam, yang bekerja sebagai seorang bartender di sebuah bar. Jelas saja, ia lebih memilih Saga ketimbang pria itu. Rencananya pun untuk mendapatkan Saga kembali, perlahan ia susun dan akan berpikir dengan matang.     

"Aku harus bisa mendapatkan Saga lagi! Harus! Aku harus membuat Saga dan Alisa segera berpisah!"     

***     

Bu Angel akhirnya terbangun dari tidur. Ia sekarang sudah merasa agak sedikit segar daripada sebelumnya. Kemudian, wanita paruh baya itu merasa lapar dan ingin makan, karena sejak kemarin ia belum menyuap sebutir nasi.     

Wanita paruh baya itu pun segera beranjak dari ranjang. Ia ingin memasak sebentar di dapur. Bahan-bahan di kulkas pun masih banyak.     

Bu Angel terkejut karena melihat beberapa orang pria tengah berdiri di depan kamarnya seperti ini.     

"Siapa kalian?" tanya Bu Angel pada mereka.     

"Kami disuruh oleh Tuan Saga untuk menjaga Nyonya di sini."     

Lantas, Bu Angel mengangguk dan ia paham dengan maksud sang anak. Saga melakukan semua ini karena merasa khawatir padanya. Dengan adanya beberapa anak buah Saga, tak membuat Bu Angel jadi kesepian.     

"Aku mau memasak dulu di dapur."     

"Apakah Anda perlu bantuan dari kami?" Salah satu dari mereka menawarkan diri untuk membantu.     

"Ah, tidak usah. Kalian tetap di sini saja. Biarkan aku yang melakukannya sendiri."     

Bu Angel pun segera turun dari tangga dan menuju ke dapur. Wanita itu lekas menyiapkan bahan-bahan masakan untuk diolah menjadi makanan. Sekarang kekuatan energinya sedikit bertambah karena tidur tadi. Dan, hampir menjelang malam hari baru terbangun.     

***     

Saga terlihat sibuk sedang teleponan dengan Anton. Sedangkan, Alisa sedari tadi ingin tahu apa yang terjadi.     

"Ya sudah kalau begitu. Tolong jaga ibuku baik-baik di sana, ya." Pria itu lalu memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.     

"Sayang, ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Alisa penasaran dan dirinya langsung bertanya.     

"Ibu sudah bangun ternyata. Sebentar lagi, Anton akan menjemputmu pulang. Kasian anak kita karena ibunya terlalu lama di sini."     

Alisa mengangguk dan mematuhi ucapan sang suami. Ia pun sudah merasa rindu dengan Lisa di rumah.     

"Apakah kau akan bermalam lagi di rumah sakit ini?" tanya Alisa.     

"Sepertinya iya sayang. Aku tak tega kalau menyuruh ibu datang kemari lagi. Biarkan ibu istirahat dulu di rumah."     

"Ide bagus. Baiklah sayang."     

Alisa tengah bersiap-siap, karena sebentar lagi Anton akan segera menjemputnya di rumah sakit. Ia ingin pulang dan menjaga sang anak. Sudah cukup lama, Alisa dan sang suami di sini.     

"Maafkan aku, ya. Malam ini, kau harus tidur berdua lagi dengan Lisa," ujar Saga.     

"Ah, tidak apa-apa sayang. Kau jangan pikirkan hal itu, ya. Pokoknya, kau harus di sini menjaga ayah."     

Saga tersenyum ke arah sang istri. Alisa mengerti, bahwa Saga tak mungkin meninggalkan ayahnya dalam keadaan seperti ini.     

"Siap-siaplah. Anton sudah menuju ke sini untuk menjemputmu."     

Alisa menyuruh Saga tetap berada di depan ruangan ICU. "Kau di sini saja, jangan ke mana-mana. Biarkan aku saja yang ke luar sendiri untuk menunggu jemputan dari Anton."     

"Benarkah?" tanya Saga dan ia melihat sang istri mengangguk-angguk. "Hmm, baiklah. Aku di sini saja."     

Saga memeluk sang istri dalam waktu cukup lama. Kemudian, dirinya menciumi kedua pipi Alisa dengan penuh kasih sayang. Tak luput, ia juga mencium kening Alisa dengan lembut. Lantas, wanita itu juga membalas perlakuan yang sama.     

"Ya sudah, aku akan ke depan dulu ya sayang."     

"Iya sayang. Kau baik-baik di rumah bersama Lisa."     

Alisa pun melangkahkan kaki menuju ke luar parkiran. Ia ingin menunggu jemputan dari Anton. Rasanya, malam ini kembali sepi lagi karena tak ada sang suami yang menemaninya di dalam kamar.     

Beberapa saat kemudian, datanglah Anton. Alisa pun segera masuk ke dalam mobil tanpa harus menunggu Anton yang membukakan pintu untuknya. Tak ingin membuang waktu lagi, mereka pun segera menuju ke rumah.     

Alisa tak menyadari bahwa Saga sedari tadi tengah memperhatikannya. Pria itu merasa lega, karena sang istri sudah menuju jalan pulang. Saga pun berbalik arah lagi untuk menuju ke ruangan ICU, tempat di mana Pak Surya tengah dirawat.     

Malam ini, hanya Saga yang bermalam di rumah sakit. Tadi, beberapa saat ia sudah menelepon Bu Angel untuk tak datang ke sini dulu. Ia ingin memastikan bahwa sang ibu istirahat yang cukup. Saga tak ingin ibunya kelelahan lagi.     

***     

Selesai menyantap makanan, Bu Angel harus kembali lagi istirahat dalam kamar. Saga tak mengizinkannya untuk kembali lagi ke rumah sakit.     

Wanita paruh baya itu mau tak mau, harus mengikuti ucapan Saga. Kalau tidak, pria itu akan marah padanya.     

"Yah, maafkan ibu, malam ini tak menemani ayah dulu di rumah sakit. Tapi, ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kesembuhan ayah di sana," ujar Bu Angel.     

Ia pun merebahkan diri di atas ranjang. Sedangkan, anak buah Saga masih berjaga di depan dan dalam rumahnya. Memang sang anak sangat perhatian dan selalu merasa mencemaskannya.     

Bu Angel beruntung memiliki anak laki-laki seperti Saga. Pria baik dan penuh tanggung jawab. Saga juga sering bersikap dewasa dan mengambil segala tindakan dengan matang.     

"Ibu bangga padamu, Nak, dan juga Alisa. Kalian berdua memang sangat cocok. Dan, ditakdirkan oleh Tuhan untuk bersatu. Kalian sama-sama berhati mulia."     

Bu Angel menarik selimut tebal dan menyampirkannya ke tubuh. Kemudian, ia perlahan-lahan ingin memejamkan kedua matanya. Mungkin besok pagi, Bu Angel akan kembali lagi ke rumah sakit untuk menjaga sang suami yang masih dalam keadaan koma.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.