Arrogant Husband

Merahasiakan Lisa Pada Sang Mertua



Merahasiakan Lisa Pada Sang Mertua

0Saga mulai membuka kedua paha indah nan mulus milik sang istri. Kemudian ia memasukkan juniornya dalam lubang kenikmatan. Ia menghentak-hentakkan tubuhnya beberapa kali, agar junior itu bisa masuk ke dalam sana. Setelah itu, Saga melakukan gerakan maju dan mundur dengan teratur.     

Wajah Alisa sekilas tersenyum ke arah Saga. Namun, ia masih merasa perih di bawah sana. Sang suami pun mendekatkan wajah ke arahnya.     

Saga mulai memberikan ciuman pada Alisa. Sambil terus menggenjot dan penuh semangat. Pria itu masih bergerak maju mundur.     

Tangan Saga bergerayang dan meremas-remas buah dada sang istri. Semua spot favoritnya telah ia jelajahi. Betapa nikmatnya sekarang bisa bercinta dengan sang istri.     

"Ahhh," desah Alisa.     

Saga saat ini memegangi kedua paha Alisa. Ia ingin memasukkan juniornya lebih dalam lagi. Gerakannya pun makin lama makin terasa cepat. Membuat Alisa mengerang tak karuan. Mereka sama-sama mengeluarkan keringat.     

Pria itu lagi-lagi memberikan ciuman yang bertubi-tubi pada Alisa. Setelah dari bibir, lalu turun ke arah dada. Memberikan sebuah tanda merah di sana. Saga mencium sambil menghisap kuat.     

Begitulah permainan panas yang dilakukan oleh Saga dan Alisa. Suami istri itu sangat menikmatinya. Sebentar lagi, mereka berdua akan sampai di puncak kenikmatan.     

Alisa terus mengeluarkan suara desahan, sementara Saga terus memberikan gempuran hebatnya pada sang istri. Saat mereka bermain cinta seperti ini, membuat getaran yang ada di atas ranjang kian hebat.     

Junior itu masih tertanam di dalam sana. Alisa pun makin bergelinjang tak karuan. Saga yang melihat ekspresi sang istri seperti itu, terus berusaha untuk menggempur sampai puas.     

"Ahhh,"     

Saga sudah berhasil membuat sang istri merasakan kenikmatan. Ia pun juga merasa nikmat karena pelayan yang Alisa beri. Ia ingin menyudahi, takut kalau Lisa terbangun, tapi Saga ingin berlama-lama berhubungan intim seperti ini.     

Wajah Alisa tak karuan. Kadang kala, mulutnya terbuka lebar saat Saga terus memberikannya gempuran di sana. Pria itu masih betah menjamahnya seperti ini.     

Kedua tangan Alisa berpegang kuat pada lengan kekar Saga. Pria itu lalu memintanya untuk berganti gaya berhubungan intim.     

Saga pun dengan perlahan, mulai mengeluarkan juniornya dari dalam sana. Ia kemudian bertanya pada Alisa.     

"Sayang, apakah kau lelah?"     

"Hmm, tidak. Mungkin satu ronde lagi."     

"Baiklah."     

Saga menyuruh sang istri untuk duduk dalam pangkuannya. Alisa kini duduk di atas pahanya, kemudian sang suami mulai menanamkan kembali junior di dalam sana.     

Alisa lagi-lagi mendesah, saat milik Saga sudah masuk ke dalam. Tubuh Alisa bergetar hebat. Kemudian, ia melingkarkan kedua tangan ke leher sang suami.     

Permainan cinta mereka cukup lama, bahkan sampai beberapa ronde kemudian. Saga dan Alisa sama-sama terpuaskan. Menjelang malam, mereka pun menyudahinya.     

***     

"Sayang, aku ingin bicara sebentar denganmu sebelum kita makan malam di bawah," ujar Alisa. "Dan, ini penting."     

"Apa itu sayang?"     

"Reva tadi pagi datang ke sini lagi. Aku takut, dia akan berbuat nekat lagi. Aku tak ingin sampai dia mengetahui tentang Lisa di rumah ini."     

Rasa trauma karena telah kehilangan anak, membuat Alisa sangat takut setiap Reva datang kemari. Wanita itu selalu saja ingin berbuat onar dengan sesuka hatinya.     

"Kau jangan takut. Aku akan berjanji padamu untuk selalu menjaga Lisa dengan baik. Jangan khawatirkan hal itu."     

"Tapi?"     

Saga menempelkan jari telunjuknya ke bibir Alisa. Pria itu tak ingin membuat sang istri bertambah cemas. Namun, dalam lubuk hati terdalam, ia pun juga merasakan hal yang sama dengan Alisa. Belajar dari pengalaman yang lalu, bahwa mereka berdua akan selalu menjaga Lisa.     

"Aku juga tak ingin kalau sampai orang tuamu tahu tentang Lisa. Bisa-bisa, salah satu dari mereka akan melaporkan hal ini lagi pada Reva. Aku sungguh tak mau, kalau kejadian dulu terulang lagi."     

Saga langsung memeluk sang istri dalam dekapan. Ia tahu dengan kegelisahan Alisa sekarang. Wanita itu tak mau lagi kehilangan anak untuk yang kedua kali. Mereka sama-sama cukup terpukul karena kehilangan itu.     

"Baiklah. Aku janji tak akan pernah memberitahu ayah dan ibu soal ini. Hanya kita saja dan orang rumah yang tahu tentang ini."     

Alisa mengangguk mendengar jawaban dari suaminya. Ia tak rela, kalau Lisa dalam keadaan bahaya. Cukup satu kali saja, ia merasakan kehilangan anak.     

"Bagaimana? Apakah kau sudah merasa enakan sekarang?" tanya Saga pada sang istri.     

"Iya. Aku sudah lumayan tenang."     

Ia bisa melihat wajah sang istri yang perlahan semakin terlihat senang. Senyuman pun mulai merekah di sudut bibir Alisa. Saga juga turut senang, karena sudah membuat Alisa tak merasa gundah lagi.     

Alisa pun mengajak sang suami untuk makan malam bersama di bawah, mumpung sang anak masih dalam keadaan tertidur pulas. Mereka memanfaatkan waktu ini dengan sebaik mungkin untuk berduaan.     

Alisa dan Saga menuruni anak tangga dengan perlahan sambil berbincang-bincang.     

"Apakah nanti kau bisa memaafkan kesalahan ayah dan ibuku?" tanya Saga.     

Wanita itu berhenti di anak tangga yang ke sekian. Ia terdiam sejenak.     

"Sebenarnya, aku juga merasa kasian pada ibumu, karena begitu memohon maaf padaku. Tapi, aku belum bisa memaafkannya dengan setulus hati. Hatiku masih sangat sakit akibat perlakuan kedua orang tuamu padaku," ujar Alisa. Ia berkata terus terang, walau perkataannya mungkin membuat Saga merasa sakit.     

"Aku tahu, dengan apa yang kau rasakan sekarang. Kecewa dan sakit hati pasti ada. Aku pun tak bisa menyuruhmu memaafkan kesalahan orang tuaku, kalau kau sendiri pun masih belum bisa ikhlas." Saga menerima keputusan sang istri, karena ia tahu di balik itu semua, Alisa masih mempunyai hati yang baik untuk memaafkan orang lain.     

Alisa melanjutkan lagi berjalan menuruni anak tangga. Saga mengekor di belakangnya.     

"Iya sayang. Terima kasih karena kau sudah mengerti dengan keadaanku."     

Saat melihat kedatangan mereka berdua di meja makan, maka tak lama para pelayan mulai mempersiapkan makanan selagi panas. Banyak menu yang mereka hidangkan untuk Alisa dan Saga.     

Alisa benar-benar beruntung hidup seperti ini. Di luaran sana, pasti banyak wanita yang menginginkan posisinya ini sebagai Nyonya rumah Tuan Saga, termasuk Reva. Wanita itu sampai sekarang pun masih berusaha nekat untuk bisa menarik simpati suaminya. Namun, lagi-lagi, Alisa beruntung karena Saga adalah pria yang tak mudah tergoda dengan bujuk rayunya.     

Tatapan mata Saga langsung tertuju pada makanan yang telah terhidangkan di atas meja. Alisa mulai mengambil piring milik sang suami dan menyendokkan nasi, sayur, serta lauk pauk.     

"Terima kasih sayang." Saga menerima piring itu yang telah disajikan oleh Alisa.     

"Iya, sama-sama sayang. Selamat makan ya."     

Keharmonisan di dalam rumah ini, membuat Alisa yakin pada Saga. Pria itu selalu membuatnya percaya dengan apa yang ia lakukan.     

'Semoga saja, kita berdua bisa menjaga anak kita dengan baik.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.